Tatkala Orangtua Menikah Kembali

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T198A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Setelah ayah atau ibu meninggal, orangtua kembali hidup sendiri. Selang beberapa waktu, orangtua memutuskan untuk menikah. Apakah yang seharusnya menjadi sikap kita sebagai anak tatkala orangtua memutuskan untuk menikah kembali? Anak memiliki tugas untuk mengingatkan orang tua. Apa saja harus diingatkan?

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Setelah ayah atau ibu meninggal, orangtua kembali hidup sendiri. Selang beberapa waktu, orangtua memutuskan untuk menikah. Kadang tindakan ini dapat diterima namun adakalanya keputusan ini justru menimbulkan dampak yang mengguncangkan keluarga. Apakah yang seharusnya menjadi sikap kita sebagai anak tatkala orangtua memutuskan untuk menikah kembali?

Pada dasarnya kita mesti memastikan bahwa orangtua telah terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang baik. Ingat, tidak selalu kita dapat memastikan hasil akhir atau keputusannya, namun sekurangnya kita bisa memastikan bahwa kita telah menjalani langkah-langkah yang benar dalam proses pengambilan keputusan. Tugas kita sebagai anak adalah mengingatkan orangtua akan hal-hal berikut ini:

  1. Apakah alasan sesungguhnya orangtua ingin menikah kembali? Kadang keinginan untuk menikah kembali keluar dari
    1. (a) kesepian belaka,
    2. (b) kebutuhan finansial yang mendesak,
    3. (c) kebutuhan seksual,
    4. (d) kebutuhan akan rasa aman,
    5. (e) kebutuhan akan seseorang yang dapat mengurus rumah, dan
    6. (f) kebutuhan untuk dikasihi. Semua alasan ini tidak salah tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya alasan untuk menikah kembali.
    Alasan terutama kenapa kita menikah kembali adalah
    1. (a) kita saling mencintai dan menghormati,
    2. (b) kita saling mengisi kebutuhan masing-masing, dan
    3. (c) secara jelas kita melihat pimpinan Tuhan yang menuntun kita untuk bersatu dalam pernikahan.
  2. Apakah motivasi pasangannya itu menikah dengan orangtua kita? Ada orang yang sengaja menjebak orang untuk menikah dengannya karena alasan ekonomi atau alasan keliru lainnya. Kita mesti memastikan bahwa ia sungguh-sungguh mengasihi orangtua.
  3. Apakah orangtua telah memilih pasangan hidup yang tepat baginya? Apakah ia telah melewati masa berkenalan yang memadai? Apakah ada kecocokan karakter? Apakah ada kecocokan gaya hidup? Apakah ia pasangan yang seiman dalam Kristus?
  4. Apakah pasangannya itu dapat menerima kita sebagai bagian dari keluarganya? Apakah justru sebaliknya, ia berusaha memisahkan kita dari orangtua?
  5. Apakah orangtua dan pasangannya siap untuk menghabiskan masa tua bersama? Masa tua adalah masa keterbatasan fisik; makin tua makin besar kemungkinan sakit. Apakah mereka siap untuk saling merawat dan memberi dukungan?

Firman Tuhan: "Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi istri yang berakal budi adalah karunia Tuhan." (Amsal 19:14) Kita harus mengingatkan orangtua agar berhati-hati dalam memilih pasangan hidup sebab jika keliru memilih, masa tua yang seyogianya dilewati dalam ketenangan malah berubah menjadi kawah yang mendidih.