Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Sikap Kita Terhadap Pencobaan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, sebelum kita berbincang-bincang lebih jauh tentang bagaimana kita bersikap terhadap pencobaan, mungkin Pak Paul bisa menguraikan sedikit tentang pencobaan itu sendiri Pak Paul?
PG : Kadang-kadang kita mempunyai konsep bahwa pencobaan haruslah sebuah peristiwa yang sangat berat yang memukul hidup kita atau sebuah godaan yang sangat dahsyat sehingga kita terikat olehnya pencobaan tidak harus seperti itu.
Saya mendefinisikan pencobaan sebagai kondisi atau situasi yang menghadang langkah hidup kita dan memperhadapkan kita dengan pilihan, pilihan mendengarkan dan menaati Tuhan atau tidak. Sudah tentu dari definisi ini kita bisa melebarkan jenis pencobaan, pencobaan tidak harus pukulan yang berat atau godaan yang dahsyat, pencobaan bisa berbentuk bisikan, bisa berbentuk godaan yang kecil yang tidak terlalu mencolok tapi semua itu berpotensi untuk menjatuhkan dan menjauhkan kita dari Tuhan. Peristiwa tersebut biasanya memang peristiwa yang kita anggap awam atau normal saja namun di tangan Iblis peristiwa tersebut menjadi alat yang ampuh untuk menjauhkan kita dari Tuhan namun dalam kemurahan dan kedaulatan Tuhan, Tuhan bisa memakai peristiwa atau kondisi yang dihadirkan Iblis tersebut justru untuk menguatkan kita. Di sinilah kita membagi atau mengkategorikan, ada yang kita sebut pencobaan ada yang kita sebut ujian. Kalau datangnya dari Iblis itu adalah dengan niat jahat untuk menjatuhkan kita, Tuhan memakai peristiwa yang sama itu untuk membangun kita, itu yang kita sebut ujian sebab Tuhan tidak berniat menjatuhkan kita, Tuhan berniat justru membangun, menguatkan kita. Jadi kita bedakan antara pencobaan dan ujian dari sumbernya, yang satu dari Tuhan dan yang satu bukan dari Tuhan.
GS : Dan bagaimana sikap Tuhan terhadap umatnya yang beriman?
PG : Tuhan selalu memberikan peringatan kepada kita supaya kita itu awas, makanya firman Tuhan berulang-ulang berkata, "Berjaga-jagalah dan berdoalah." Kita juga diminta untuk menyadari bahwa Ilis senantiasa menghening kita dan siap untuk menerkam kita, itu tercatat di kitab 1 Petrus, di kitab Efesus 6 dikatakan bahwa, "Kita itu senantiasa dalam kondisi perang dengan Iblis, Iblis senantiasa mau menghantam kita."
Makanya dikatakan dalam Alkitab bahwa kita berperang dan berjuang, kita melawan penguasa-penguasa, pemerintah-pemerintah, penghulu-penghulu dari Iblis. Maka kita harus siap karena kita senantiasa diserang oleh Iblis tapi Tuhan sudah memberi peringatan sehingga kita bisa mendengar peringatan Tuhan dan jauh dari dosa. Dan yang kedua adalah bukan saja Tuhan hanya memberi peringatan tapi Tuhan juga mendoakan kita, Tuhan menolong kita, Tuhan akan mengulurkan tangan membantu kita, tapi kita ini juga harus melawan pencobaan tersebut.
GS : Tapi kadang-kadang, sepertinya Tuhan mengizinkan pencobaan itu datang kepada kita, ini pasti ada tujuan tertentu Pak Paul?
PG : Ini seringkali menjadi pertanyaan dan mengganggu orang Kristen yang jatuh ke dalam pencobaan. Dia berkata misalnya kalau Tuhan tidak izinkan maka seharusnya saya tidak jatuh, kalau Tuhan thu saya akan jatuh seharusnya Tuhan menghindarkan saya dari pencobaan tersebut dan sebagainya.
Itu salah! Tuhan memberikan peringatan kepada kita sama seperti misalkan kita memberitahu anak kita untuk berjalan hati-hati ada selokan, tapi kita tidak lagi memperhatikan selokan dan tetap saja berjalan, akhirnya kita jatuh ke dalam selokan tersebut. Orang tua adakalanya sengaja membiarkan, sebab orang tua ingin agar anaknya belajar langsung "Hati-hati dengan selokan." Maka sekarang kita akan melihat setidak-tidaknya ada dua alasan kenapa Tuhan membiarkan kita dicobai meskipun Tuhan berdaulat, berkuasa untuk mencegah kita dicobai tapi tetap Tuhan membiarkan. Saya sudah bahas pada pertemuan yang lampau bahwa waktu Iblis ingin mencobai Ayub, Iblis meminta izin kepada Tuhan. Berarti Tuhanlah yang memberikan izin tersebut, Iblis berniat jahat ingin menjatuhkan Ayub, tapi Tuhan ingin memakai pencobaan tersebut justru untuk membangun Ayub. Jadi yang pertama kita akan lihat adalah bahwa selama kita hidup dalam dunia ini, kita akan harus berjumpa dengan pencobaan sebab kita harus menanggung juga konsekuensi kehadiran dosa, kitalah yang mengundang dosa masuk ke dalam kehidupan ini dan akibatnya dunia tercemar oleh dosa, akibatnya Iblis pun bermain dengan bebasnya di dalam dunia ini. Kitalah yang membuka pintu untuk Iblis masuk ke dunia ini maka pencobaan akan selalu datang. Selama kita hidup dalam dunia, tidak bisa tidak kita akan harus berhadapan dengan pencobaan dan dosa. Ini yang pertama kita memang harus hidup dan menanggung konsekuensinya.
GS : Ini menjadi suatu pergumulan di dalam kehidupan umat manusia, Pak Paul?
PG : Dan tidak akan berakhir. Tidak ada yang bisa berkata, "Nanti setelah saya sudah berusia berapa, setelah saya matang secara rohani maka saya tidak akan lagi dicobai, itu tidak! Sampai kapanpun kita masih bisa dicobai, tidak ada batas usianya.
Jadi kita memang senantiasa harus berjaga-jaga dan berdoalah, itu tidak mengenal batas waktu. Yang kedua untuk menjawab pertanyaan mengapakah Tuhan membiarkan kita dicobai? Adakala karena Tuhan ingin memakai pencobaan untuk membangun kita menjadi manusia yang dewasa. Kita mesti ingat satu hal, Pak Gunawan, Tuhan tidak tertarik menjadikan kita anak-anak, Dia ingin menjadikan kita dewasa. Maka Yakobus 1:2 berkata "Saudara-saudaraku, anggaplah sabagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun." Dengan kata lain, Tuhan memberikan izin Iblis mencobai kita, Iblis berniat jahat tapi Tuhan berniat baik. Dia akan pakai pencobaan yang sama itu justru untuk membangun kita sebab tatkala kita diuji dan kita berhasil melawannya bersama dengan Tuhan, kita menjadi orang yang lebih tabah, lebih tekun. Dan firman Tuhan berkata, "Ketekunan atau ketabahan inilah yang menjadi modal munculnya sebuah karakter yang utuh, yang dewasa, yang matang." Inilah tujuan Tuhan, maka untuk mencapai tujuan ini, Dia memberikan kepada kita izin untuk dicobai.
GS : Kadang-kadang dengan kita menjadi bertumbuh dewasa di dalam iman, ini bisa menjadi berkat untuk orang lain yang disekitar kita Pak Paul?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan. Dan inilah yang Tuhan Yesus katakan kepada Petrus saat Petrus itu diperingati Tuhan, "Simon, Simon lihat Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum tai Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur."
Di sini Tuhan memberi peringatan kepada Petrus dan yang kedua kita lihat sambungannya, "Dan engkau, jikalau engkau sudah insyaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." Jadi Tuhan sudah tahu Petrus akan jatuh tapi Tuhan pun tahu Petrus akan insyaf, maka Tuhan memberikan kepada dia sebuah pengharapan dan tugas, "Kamu nanti kalau sudah insyaf, kamu mempunyai suatu tugas baru, kuatkanlah saudara-saudaramu." Jadi benar yang Pak Gunawan katakan, "Karena kita pernah dicobai, kita pernah melawan dan mengatasinya maka kita dapat menguatkan saudara-saudara kita yang lainnya."
GS : Berarti kita harus mempunyai sikap tertentu terhadap pencobaan, ini apa saja Pak Paul?
PG : Saya kira ada beberapa yang bisa kita pelajari Pak Gunawan, agar kita bisa bersiap-siap melawan pencobaan. Yang pertama adalah kita mesti menyadari titik lemah dalam hidup kita. Ingat Ibli selalu menyerang kelemahan kita, Iblis tidak akan menyerang kekuatan kita.
Maka jangan sampai kita menyangkal kelemahan kita, misalkan kita tahu kalau kita bisa angkuh dengan sangat mudah sekali, maka kita mesti berjaga jangan sampai kita berkesempatan angkuh. Kalau ada situasi atau hal-hal yang terjadi yang dilakukan dan kita tahu itu bisa membuat kita angkuh maka kita harus mundur, kita jangan sengaja untuk ke sana. Contoh lagi dengan misalkan godaan-godaan seksual yang seringkali mencobai kita, kalau kita tahu kita mudah jatuh maka jangan dekat-dekat dengan pencobaan tersebut kita mesti tahu kita tidak kuat, jangan sampai kita berkata, "Tidak apa-apa, Tuhan bisa menolong kita. Kalau sampai kita jatuh berarti Tuhan tidak menolong kita." Itu sikap tidak dewasa, sikap orang dewasa adalah sikap yang tahu kelemahan dirinya, tahu keterbatasannya maka dia akan berjaga-jaga justru di daerah-daerah dimana dia tahu dia lemah. Tadi kita sudah bahas tentang Daud, Daud seharusnya menyadari kalau Daud mempunyai kelemahan dalam hal wanita, dia mudah tertarik dengan wanita yang cantik tapi Daud lengah. Waktu dia melihat Betsyeba, dia tidak bisa menguasai dirinya. Yang harus dilakukan Daud adalah dia sudah tahu kalau dari atas bisa melihat kamar mandi orang di bawah, maka seharusnya jangan naik-naik ke atas, jangan melihat-lihat. Kemungkinan besar dari sisi Alkitab ialah Daud tahu siapa yang tinggal disitu, tidak mungkin Daud tidak tahu orang yang tinggal di sekitar kompleks istananya. Dan karena Uria adalah salah satu panglimanya dan tinggal di sekitar situ, seharusnya Daud tahu kalau itu istri Uria. Dan kita tahu bahwa ayah dari Betsyeba adalah salah satu penglima Daud dan kakak dari Betsyeba adalah seorang penasehat Daud yaitu Ahitofel, dia tahu siapa Betsyeba maka dapat diduga bahwa Daud pun memang sengaja ke atas, melihat-lihat dan seolah-olah kebetulanlah melihat Betsyeba mandi, itu tidak! Jadi Daud akhirnya jatuh ke dalam dosa yang begitu dalam. Maka kita mesti tahu keterbatasan kita, maka istilah tahu diri disini sangat penting. Orang yang tidak tahu diri akhirnya akan mengalami krisis rohani, tidak pernah bertumbuh karena tidak punya hikmat untuk tahu diri.
GS : Memang yang sukar adalah menemukan kelemahan diri kita sendiri. Kita lebih mudah melihat kelemahan orang lain, dan kita juga merasa, "Saya bisa mengatasi dan saya tidak akan jatuh." Tapi kita malah jatuh?
PG : Maka itu akan membawa kita kepada point yang kedua, dalam menghadapi pencobaan, kita tidak boleh meremehkan pencobaan dan percaya pada kemampuan sendiri. Dulu dalam pekerjaan saya juga berecimpung dalam penanganan narkoba, di rumah sakit jiwa di mana dulu saya bekerja.
Saya masih ingat sekali Pak Gunawan kalau orang itu mau sadar, mau bersih tidak lagi memakai narkoba baik itu alkohol maupun narkoba yang lainnya, mereka itu harus berjanji tidak mencicipi setetes pun alkohol atau memakai narkoba sekecil apa pun, sama sekali tidak boleh. Sebab mereka diperingati, "Begitu kamu cicipi setetes, kamu akan meneguk sebotol tidak bisa berhenti." Maka yang kamu harus hindari yang setetes itu. Masalahnya dengan para pengguna narkoba dan peminum adalah mereka selalu berdialog dengan diri sendiri dan berkata, "Setetes tidak apa-apa, tidak ada salahnya!" jadi meremehkan. Dan mereka selalu berkata, "Pasti saya bisa, mana mungkin saya tidak bisa menahan diri saya. Saya selalu bisa mengendalikan diri, saya tidak pernah sampai kenapa-napa," itulah awal kejatuhan. Maka kita mesti sadar, kita tidak boleh meremehkan pencobaan dan terlalu percaya diri, jangan main api dengan pencobaan. Itu sebabnya dalam Doa Bapa Kami, Tuhan mengajarkan kepada kita untuk berdoa supaya Ia menjauhkan kita dari pencobaan dan Tuhan menjawab doa kita, Dia menjauhkan kita dari pencobaan. Masalahnya adalah kita yang kemudian lari dan mendekati pencobaan akhirnya kita jatuh lagi dan jatuh lagi.
GS : Itu karena pencobaan memang merupakan sesuatu yang menarik Pak Paul, bukan sesuatu yang menakutkan.
PG : Sebab pencobaan sekali lagi dihadirkan oleh Iblis atau muncul dari keinginan sendiri yang memang berkenaan dengan diri kita yang kita sukai. Tadi saya sudah singgung, Iblis tidak mencobai ita di wilayah di mana kita kuat, dia mencobai kita di mana kita lemah, di mana dia tahu inilah sebenarnya letak hasrat nafsu atau keinginan kita.
Makanya orang yang ingin kaya selalu jatuh di harta, orang yang ingin berkuasa selalu jatuh di kuasa, orang yang ingin kenikmatan seksual selalu jatuh di dalam dosa seksual. Iblis tidak menghadirkan pencobaan yang terbalik-balik atau salah menyandingkan tapi dia akan sandingkan pencobaan dengan keinginan kita dan cocok. Maka kita memang harus sadar, kita tidak boleh sembarangan. Kita harus sadar bahwa kita bisa jatuh dan sampai kapan pun kita bisa jatuh. Seperti tadi yang saya bagikan kepada para pecandu narkoba dan alkohol, mereka tidak boleh bahkan mencicipi setetes pun sebab dari satu tetes itu menjadi satu botol.
GS : Sikap yang lain apa Pak Paul?
PG : Sikap yang lain adalah kita mesti ingat bahwa pencobaan dari Iblis dan dari diri sendiri adalah sama berbahayanya. Kita kadang beranggapan yang dari Iblis yang pencobaannya paling berbahaya. Memang Iblis itu sangat besar, sangat berkuasa, dia bisa membisikkan kata-kata untuk menghasut kita berontak kepada Tuhan tapi kita juga harus sadar bahwa yang dari kita sendiri juga sangat berbahaya yaitu kita adalah makhluk berdosa sehingga kita bisa memainkan rasio kita dan membuat diri tidak merasa berdosa. Kita tahu bahwa raja Daud sewaktu dia jatuh ke dalam dosa, dia diam-diam saja sampai Natan nabi Tuhan harus datang untuk menghardiknya. Saya perhitungkan secara manusia secara perkiraan kasar, terbentang waktu setidak-tidaknya hampir setahun dia jatuh ke dalam dosa sampai Tuhan peringati dia. Memang kita tahu di Mazmur, Daud menceritakan pergumulannya waktu dia berdosa, tulang-tulangnya pun terasa sakit dan sebagainya. Tapi pertanyaannya adalah mengapakah Daud tidak meminta ampun, tidak bertobat meskipun tulang-tulangnya dia katakan sakit? Karena dia menyimpan dosa. Inilah kekuatan rasio kita, semakin saya berusia semakin saya menyadari, firman Tuhan itu benar sekali bahwa kita memang sangatlah berdosa, sangatlah rusak sehingga pikiran kita pun begitu rusaknya sehingga bisa mengubah sesuatu yang jahat, yang keji, yang salah menjadi sesuatu yang tidak mengganggu kita dan kita bisa membenarkan diri kita. Contoh klasik adalah yang baru saja terjadi di Amerika di sekolah "Virginia Tech University" dimana ada seorang mahasiswa asal Korea membunuh 32 orang, sebelumnya dia memvideokan dirinya, memarah-marahi seluruh dunia. Dengan kata lain dia beranggapan bahwa tindakannya itu benar. Jadi pikiran manusia begitu rusak sehingga bisa mengubah sesuatu yang sangat salah menjadi sangat benar dan tidak mengganggu dirinya lagi. Maka kita harus menyadari, diri kita mempunyai kemampuan untuk memanipulasi kebenaran Tuhan, kekudusan Tuhan dan memanipulasi dosa sedemikian rupa sehingga kita bisa tetap berdosa dan jatuh ke dalam pencobaan terus-menerus dan tidak merasakan salah sedikit pun.
GS : Memang sumber dari segala pencobaan itu nantinya akan menyerang pikiran kita. Jadi baik yang kita lihat yang kita rasakan yang kita dengar, nanti akan diproses di otak kita lalu otak yang nanti mengubah tingkah laku kita dan kita menuruti pencobaan itu?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Itu sebabnya saya rasa banyak orang juga tahu hal ini begitu banyak orang Kristen yang jatuh ke dalam dosa misalkan yang sekarang umum adalah dosa perselingkuhandan tidak merasa salah Pak Gunawan, itu benar-benar yang tidak bisa kita pahami yaitu meninggalkan istri hidup dengan wanita lain atau tidak meninggalkan istri tapi tidak setia namun minggu demi minggu tetap berbakti kepada Tuhan, tidak merasa salah sama sekali.
Ini membuat kita berpikir kenapa ada orang yang seperti itu. Pikiran kita sangat berkuasa sehingga kita bisa memainkan untuk membenarkan diri kita dan membereskan, membersihkan diri kita dari rasa bersalah sehingga kita tidak merasa salah. Maka dalam pengalaman mengkonseling orang dan sebagainya, salah satu tugas berat saya adalah untuk menyadarkan orang akan dosa yang di belakang dosa. Sebab kadang-kadang orang hanya memfokuskan pada dosa yang di depan, ternyata di belakang dosa ada dosa lain yang lebih serius dan seringkali dosa yang lebih serius adalah memainkan pikiran kita untuk membenarkan pikiran kita.
GS : Apakah itu yang disebut merasionalisasikan dosa, Pak Paul?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan. Jadi hal yang Tuhan anugerahkan untuk kebaikan yakni rasio, akhirnya bisa kita gunakan untuk hal yang sangat salah dan melawan Tuhan.
GS : Apakah ada sikap lain yang perlu kita cermati?
PG : Yang keempat adalah terimalah pencobaan sebagai bagian dari ujian untuk mendewasakan kita. Janganlah kita senantiasa ketakutan, hidup dalam kecemasan, nanti bagaimana kalau saya jatuh kedaam dosa dan sebagainya? Ingatlah Tuhan bersama kita, Tuhan memberi peringatan, Tuhan mendoakan kita, Tuhan akan menjaga kita dan memang adakalanya Tuhan mengizinkan pencobaan datang melawan kita.
Jadi yang perlu kita takuti bukan itu, maka yang kita perlu takuti adalah kita tidak taat kepada Tuhan. Maka kita harus terima, kalau memang harus datang, jangan kita panik yang penting kita tidak jatuh, yang penting kita tidak mendengarkan, yang penting kita tidak melakukan apa yang dibisikkan oleh Iblis atau yang dibisikkan dari kita sendiri. Pikiran-pikiran mau berbuat dosa dan sebagainya akan terus melintasi benak kita. Kita tidak selalu bisa menghadangnya, tapi biarkan dia melintas dan jangan justru ditangkap dan dibuahkan seperti yang tadi kita bahas dari kitab Yakobus, membuahkan pikiran yang mau berdosa itulah yang akhirnya menjadikan dosa itu sebagai sebuah kenyataan.
GS : Apakah kalau pencobaan itu tidak kita tanggapi, dia akan hilang sendiri?
PG : Betul, akan hilang sendiri. Jadi Iblis akan menggedor-gedor pintu kita, kalau kita tidak membukakan pintu, dia akan mencari kesempatan yang lain, dia akan dengarkan apa yang ada di balik pntu.
Apakah kita sudah mulai memikirkan lagi, memberikan keinginan diri kita untuk keluar melawan Tuhan. Begitu dia tangkap, "Benar, orang ini sedang memikirkan sesuatu." Dia mengetok pintu, dia akan mengetok lagi pintu hati kita. Maka kita harus berhati-hati tapi memang kalau kita tidak bukakan maka akan lewat, Pak Gunawan.
GS : Tapi yang seringkali terjadi adalah kita tidak punya daya tahan untuk bisa bertahan di tengah-tengah pencobaan seperti itu, kita cepat menyerah Pak Paul?
PG : Ini godaan yang besar sekali Pak Gunawan. Godaan untuk menyerah dan berkata "Memang saya lemah." Tuhan tahu kita lemah dan Tuhan memaafkan kita dalam kelemahan, kita tidak perlu takut datag kepada Tuhan dalam kelemahan.
Bahkan kepada orang yang jatuh dalam dosa tetap saya berkata "Jangan sampai malu datang kepada Tuhan," sebab Iblis akan membisikkan kepada kita "Kamu sudah tidak layak, kamu sekarang sebaiknya mundur, jangan lagi dekat-dekat dengan Tuhan," itu bisikan Iblis. Bisikan Tuhan adalah "Datanglah, bertobatlah." Sebab itulah yang selalu Tuhan serukan "Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah! Jangan keraskan hatimu. Selama masih ada kesempatan, datanglah bertobatlah." Itulah perintah Allah. Jadi datanglah kepada Tuhan dalam kondisi apa pun, kita akan lebih berkemungkinan melawan pencobaan dengan Tuhan dari pada di luar Tuhan. Kita coba atasi sendiri, kita malu datang kepada Tuhan, kita akan semakin terpuruk. Jadi yang kita harus lakukan tetap datang kepadaNya, tetap mendekatkan diri kepadaNya, tetap baca firmanNya, tetap bersekutu dengan sesama anak Tuhan, tetap bercerita, ada suatu pertanggung jawaban kepada seseorang yang kita anggap kakak rohani kita, agar dia bisa memonitor kita supaya kita lebih berhati-hati. Dalam perjalanan hidup tidak langsung sembarangan berbuat dosa, semua ini harus kita lakukan dan kalau kita sudah lakukan maka kemungkinan kita jatuh akan lebih kecil.
GS : Sikap yang lain apa Pak Paul?
PG : Yang terakhir yaitu apa pun yang kita rasakan yakinlah dengan iman bahwa Tuhan melihat dan menolong. Tidak selalu kita melihat bahwa Tuhan bekerja secepat yang kita harapkan, namun yang tepenting adalah mengetahui bahwa Ia beserta kita bahkan dalam pencobaan.
Jangan kita berpikir bahwa tatkala kita dicobai, maka Tuhan tidak lagi bersama kita. Itu salah tapi Dia tetap bersama kita, bahkan sekali pun saat kita jatuh ke dalam dosa, Dia bersama kita dan Dia siap untuk mengangkat kita kembali keluar dari lubang dosa itu asalkan kita berseru kepadaNya, mengulurkan tangan memohon dan mengangkat kita kembali.
GS : Tapi yang seringkali terjadi adalah ditengah-tengah pencobaan kita justru lupa dengan Tuhan karena pikiran kita sudah dipenuhi dengan penderitaan atau rasa malu atau rasa bersalah?
PG : Semua rasa-rasa itu akan datang dan tidak apa-apa bahkan baik, kita harus tahu diri, kita memang telah berdosa maka kita harus menyesalinya. Kita tidak boleh bersukacita dan bermegah dalamdosa kita.
Tapi janganlah perasaan-perasaan itu menghalangi untuk kita datang kembali kepada pelukan Bapa di Surga, sebab sekali lagi Dia menginginkan kita untuk bisa mengalahkan pencobaan. Dia senantiasa bersedia memberikan kita kekuatan dan kekuatan itu hanya dapat kita peroleh kalau kita bersekutu dekat denganNya. Maka firman Tuhan di Yohanes dalam perumpamaan tentang anggur, Tuhan berkata "Kita adalah rantingnya." Kita harus tinggal di pokok atau di batang anggurNya sebab kalau kita lepas kita tidak bisa berbuat apa-apa, lepas dari Tuhan kita bukan semakin kuat tapi semakin lemah. Jadi lebih baik di dalam Tuhan dan masih jatuh bangun dari pada keluar dari Tuhan, kita akan terus jatuh.
GS : Dan sebelum kita mengakhiri perbincangan ini, apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Saya akan bacakan dari 1 Korintus 10:12, "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" ini nasehat Tuhan jangan takabur, "Saya kuat" jangan Supaya kita berhati-hati jangan jatuh.
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami," kata Tuhan, "ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." Ini janji Tuhan bukan janji manusia, jadi dalam keadaan apa pun bersandarlah pada janji Tuhan.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Sikap Kita Terhadap Pencobaan" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.