Sayang dan Berharga II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T270B
Nara Sumber: 
Pdt.Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pada umumnya kita mengawali pernikahan dalam kasih mesra namun pada akhirnya sebagian dari kita tidak lagi dapat menikmati kemesraan di hari tua. Sebaliknya kita justru mencicipi kehambaran. Karena di awal relasi kita mencintai oleh karena kita mendapati pasangan sebagai orang yang menawan. Namun secara perlahan, rasa sayang karena menawan harus bertumbuh berubah menjadi rasa sayang karena ia berharga. Jika tidak, maka perjalanan cinta dalam pernikahan akan menemui masalah. Inilah pertumbuhan cinta yang sehat. Pertanyaannya adalah: Bagaimanakah membuat “Cinta dan Menawan” bertumbuh menjadi “Sayang dan Berharga” ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
T 270 A+B "sayang dan berharga" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pada umumnya kita mengawali pernikahan dalam kasih mesra namun pada akhirnya sebagian dari kita tidak lagi dapat menikmati kemesraan di hari tua. Sebaliknya kita justru mencicipi kehambaran. Apakah yang terjadi sehingga kasih mesra berubah menjadi kehambaran?

Di awal relasi kita mencintai oleh karena kita mendapati pasangan sebagai orang yang menawan. Namun secara perlahan, rasa sayang karena menawan harus bertumbuh berubah menjadi rasa sayang karena ia berharga. Jika tidak, maka perjalanan cinta dalam pernikahan akan menemui masalah. Inilah pertumbuhan cinta yang sehat. Pertanyaannya adalah: BAGAIMANAKAH MEMBUAT "CINTA DAN MENAWAN" BERTUMBUH MENJADI " SAYANG DAN BERHARGA"?

  • Pertama, cinta harus berjalan dari FANTASI kearah REALITAS. Hampir semua pernikahan berangkat dari fantasi yaitu hal-hal yang kita dambakan ada pada pasangan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, fantasi harus digantikan dengan realitas yaitu bahwa ia tidak seperti yang kita harapkan. Pernikahan yang sehat adalah relasi yang didasari atas realitas dan penerimaannya. Sebaliknya, pernikahan yang tidak sehat berlandaskan fantasi dan penolakan atas realitas yang pada umumnya bersumber dari:
    1. Idealisme yang tidak realistik
    2. Kebutuhan yang tak pernah tercukupkan
  • Kedua, cinta harus berjalan dari JASMANIAH ke arah ROHANIAH. Cinta yang jasmaniah adalah cinta yang:
    1. Berorientasi pada penampilan
    2. Menekankan pada pengumpulan materi
    Jadi, cinta yang rohaniah adalah cinta yang tidak lagi menekankan pada penampilan dan materi. Cinta yang rohaniah akan terfokus pada apa yang terkandung di dalam-bukan di luar-diri pasangan yakni kebaikan dan keindahan karakternya.
  • Ketiga, cinta harus berjalan dari NAFSU ke arah SAYANG. Ciri pernikahan yang dikemudikan nafsu adalah:
    1. Penekanan pada kepuasan seksual
    2. Tuntutan pada keindahan badaniah
Jadi, cinta yang bersumber dari rasa sayang tidak lagi mementingkan dan mencari kepuasan badaniah melainkan kepuasan dikasihi dan mengasihi. Kita tetap dapat menikmati penyatuan badaniah namun tidak lagi bergantung padanya sebab terpenting adalah relasi kasih itu sendiri. Sekarang bagaimanakah kita dapat membangun cinta agar bertumbuh menjadi rasa sayang karena berharga?
  1. Kita harus menumbuhkan KEMURAHAN. Firman Tuhan berkata, "Siapa menutupi pelanggaran mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkitkan perkara menceraikan sahabat yang karib" (Amsal 17:9). Berikut akan dijabarkan beberapa ciri kemurahan:
    1. Tidak memfokuskan pada kesalahan tetapi pada kebaikan
    2. Berorientasi pada masa depan bukan masa lalu
    3. Berusaha mengampuni bukan mendendam
  2. Kita harus menumbuhkan KEBIJAKSANAAN. Firman Tuhan berkata, "Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi istri yang berakal budi adalah karunia Tuhan" (Amsal 19:14). Berikut adalah ciri kebijaksanaan:
    1. Berpikir sebelum berbuat dan berkata-kata
    2. Takut akan Tuhan dan menghormati sesama
    3. Belajar dari pengalaman
  3. Kita harus menumbuhkan KESETIAAN. Firman Tuhan berkata, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Berikut adalah ciri kesetiaan:
    1. Tidak mementingkan diri melainkan pasangan dan keluarga
    2. Hidup konsisten: di depan dan di belakang pasangan sama
    3. Memelihara batas yang jelas antara diri dan lawan jenis
  4. Kita harus menumbuhkan KELEMAHLEMBUTAN. Firman Tuhan berkata, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah" (Amsal 15:1). Berikut adalah ciri kelemahlembutan:
    1. Tenggang rasa dan berempati: dapat menempatkan diri pada posisi pasangan
    2. Malu mengumbar emosi
    3. Sadar dengan kelemahan diri sendiri
  5. Kita harus menumbuhkan KEBAIKAN. Firman Tuhan berkata, "Perempuan yang baik hati beroleh hormat, sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan" (Amsal 11:16). Berikut adalah ciri kebaikan:
    1. Dapat membaca kebutuhan orang
    2. Berinisiatif untuk melakukan sesuatu tanpa pamrih
    3. Tidak mudah terpengaruh akan reaksi orang
Sebagai kesimpulan, sesungguhnya Sayang dan Berharga:
  1. Muncul sebagai akibat PENGALAMAN MENGARUNGI HIDUP BERSAMA: jatuh-bangun, suka-duka, pahit-manis
  2. Muncul dari pengalaman merasakan BETAPA BAIKNYA PASANGAN DAN BETAPA BERUNTUNGNYA KITA DIKASIHI OLEHNYA
  3. Muncul dari RASA BERSYUKUR MEMILIKINYA DAN DIKASIHI OLEHNYA
  4. Muncul dari kepastian MELIHAT RENCANA DAN KEHENDAK ALLAH YANG SEMPURNA di dalam pernikahan ini