oleh Ev.Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil.
Kata kunci: Puasa merupakan praktik hidup rohani yang baik untuk dihidupi, puasa total, puasa normal, berpantang, esensi puasa
TELAGA 2022
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga dan perbincangan kami kali ini tentang "Puasa Menurut Alkitab" bagian pertama. Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y: Pak Sindu, puasa itu ‘kan sebetulnya bentuk praktik hidup rohani yang baik. Salah satu disiplin rohani yang harus kita hidupi, namun sayang sekali bagi sebagian orang percaya masih kedengaran asing, hanya kadang-kadang dipraktikkan pada hari-hari khusus saja, misalnya Minggu Sengsara menjelang Paskah sehingga banyak jemaat yang kurang memahami termasuk saya. Saya kadang juga masih bingung apa esensi puasa, apa bentuk-bentuknya, apa saja contohnya didalam Alkitab? Mungkin di tema kita hari ini, puasa menurut Alkitab, Bapak bisa menjelaskan sehingga kami bisa memahami dan tentunya mempraktikkan supaya bisa lebih bertumbuh secara rohani, silakan, Pak Sindu.
SK: Jadi memang berpuasa itu sesungguhnya cukup mudah kita ketahui, kisah-kisahnya, praktik puasa itu bertebaran di Alkitab kita, Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Jadi kita bisa mengenal nama Musa yang berpuasa, Daud, nabi Elia, Daniel di Perjanjian Lama, ratu Ester, nabi Yesaya, imam Ezra, Nehemia dan kalau di Perjanjian Baru, paling tidak Alkitab mencatat adanya rasul Paulus dan Tuhan Yesus sendiri yang berpuasa. Bahkan di zaman setelah Alkitab, para bapak gereja dan para pemimpin gereja era setelahnya, itu juga berpuasa, seperti Martin Luther tokoh reformasi gereja, John Calvin atau orang kadang menyebutnya Yohanes Calvin, John Wesley, Jonathan Edwards, tokoh kebangunan rohani di Amerika Serikat, George Muller tokoh pendoa dan mengalami pemeliharaan Tuhan untuk Panti Asuhan yang dipeliharanya atau pun dana-dana misi yang diberikan George Muller untuk Hudson Taylor di Tiongkok. Nama-nama itu dan masih ada banyak nama lainnya, mereka juga memiliki kebiasaan berpuasa.
Y: Jadi sebetulnya puasa itu sesuatu yang lazim disebutkan, dijelaskan, diajarkan di Alkitab, ya Pak Sindu, bahkan praktik yang dilakukan bapak-bapak gereja kita.
SK: Betul, jadi memang ada masa yang cukup panjang, baik masa di Alkitab, era Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maupun abad-abad setelah Alkitab itu dikanonisasi, sebenarnya puasa itu bagian yang melekat, terintegrasi atau menyatu didalam kehidupan orang-orang percaya, tetapi memang rupanya, Bu Yosie, kalau kita telisik literatur sekitar paling tidak abad 19 dan awal abad 20, rupanya puasa itu tersingkirkan, jarang dibahas di buku-buku sehingga sebagian gereja di dunia tidak akrab, bahkan agak asing tentang puasa. Rupanya karena ini, Bu Yosie, memang sempat ada masa dalam sejarah gereja, puasa itu diidentikkan dengan tindakan asketisme atau artinya penyiksaan diri, inilah akhirnya sebagian orang percaya menolak. Puasa mengapa menyiksa diri, kita ‘kan tidak perlu menyiksa diri untuk mendapat anugerah keselamatan, karena sudah ada darah Kristus yang menebus secara sempurna, menjamin keselamatan kita, ada meterai Roh Kudus, untuk apa menyiksa diri, sempat puasa mendapatkan predikat buruk tetapi puji Tuhan di pertengahan abad 20 sehingga sekarang, puasa sudah kembali menjadi bahasan yang lebih umum dibandingkan abad 19 atau awal abad 20 itu.
Y: Silakan Pak, kalau begitu apa yang Alkitab ajarkan sesuai dengan judul kita kali ini. Apa yang sebetulnya Tuhan kehendaki dengan puasa, lalu bagaimana bentuk puasa?
SK: Ya, jadi kalau bicara tentang puasa, sesungguhnya kalau kita menyitir, mengutip dari pernyataan Tuhan Yesus sendiri, Bu Yosie, sebenarnya Tuhan Yesus sendiri tidak pernah memberi perintah langsung untuk berpuasa, namun Tuhan Yesus memberi teladan berpuasa selama 40 hari, sebelum memulai pelayanan-Nya sebagaimana kita lihat di beberapa Kitab Injil, menceritakan tentang 40 hari berpuasa di padang gurun. Kemudian dalam Khotbah di Bukit di antaranya di Injil Matius pasal 6, Yesus itu membahas 3 topik, di pasal 6 itu, Bu Yosie, dan itu semuanya diawali dengan kata, "Apabila engkau memberi sedekah" (ayat 2), "Apabila engkau berdoa" (ayat 5), "Apabila kamu berpuasa" (ayat 16), rupanya Tuhan Yesus mengasumsikan bahwa memberi sedekah, yang kedua yaitu berdoa, yang ketiga yaitu berpuasa, itu adalah gaya hidup normal orang percaya, sehingga yang diperlukan bukan lagi Tuhan Yesus memerintahkan orang percaya untuk berpuasa, melainkan Tuhan Yesus memberikan petunjuk cara melakukan yang benar.
Y: Menarik ya, Pak. Satu sudut pandang yang baru bagi saya. Tidak sebuah perintah lagi, tetapi sudah seharusnya engkau ketahui, begitu ‘kan, Pak.
SK: Betul, betul, memang memberi sedekah, berdoa, berpuasa itu menjadi bagian normal kehidupan orang percaya dan untuk itu Yesus arahkan yang benar adalah dengan berfokus, memusatkan perhatian hanya pada Bapa Surgawi dan tidak melakukan praktik sedekah, doa, puasa untuk unjuk kehebatan agamawi didepan orang lain.
Y: Jadi istilahnya Tuhan Yesus hanya memindahkan fokus yang tepat, tapi sebetulnya dari sebelumnya sudah ada.
SK: Ya, itu memang praktik yang menyatu dalam kehidupan orang percaya pada saat itu dan tentunya diharapkan juga menjadi praktik hidup orang percaya juga di masa kekinian kita ini, seperti di antaranya memberi sedekah pada orang lain yang membutuhkan, berdoa termasuk yang lain, berpuasa.
Y: Selanjutnya Pak, bentuk puasa seperti apa yang Alkitab ajarkan sebab kalau kadang-kadang di Kristen ini bentuk puasanya sepertinya kurang jelas. Ada yang boleh separuh, ada yang harus penuh, ada yang berapa hari, ada yang hanya pantangan misalnya tidak boleh makan kesukaan, banyak bentuknya, saya sendiri kadang bingung, begitu Pak.
SK: Memang yang disampaikan Bu Yosie itu tepat, ada beberapa bentuk puasa, kalau saya merangkumnya paling tidak ada 3 bentuk, Bu Yosie. Jadi yang pertama, puasa total. Puasa total artinya tidak makan dan tidak minum sama sekali.
Y: Tidak ada waktu berbukanya, ya Pak?
SK: Maksudnya tentunya ada buka puasa tentu, waktu mengakhiri tapi selama berpuasa itu sama sekali tidak makan dan tidak minum. Ini memang secara bentuk, kita akrab dengan penganut agama yang berbeda. Kita tahu di Indonesia dan itu adalah memang pola puasa total, tidak makan tidak minum sama sekali di masa berpuasa, tetapi bentuk puasa total ini hanya disarankan bagi orang yang memang sehat secara fisik dan itupun disarankan maksimal tiga hari.
Y: Sesuai dengan kemampuan fisik kita, Pak.
SK: Betul dan juga memang secara fisiologi tubuh manusia, secara struktur tubuh manusia atau metabolisme tubuh manusia pada umumnya, lebih tiga hari itu akan berbahaya secara medis karena orang itu kalau tidak makan saja tiga hari dan lebih, orang masih bisa hidup asalkan minum minimal minum air bening atau air putih, tapi kalau orang tidak makan dan tidak minum sama sekali, itu membahayakan. Maka masa toleransinya umumnya adalah tiga hari, kalau kita mau puasa total lebih dari 3 hari sebaiknya terlebih dahulu konsultasi dengan dokter, apakah memang tubuh kita memungkinkan atau tidak. Dokter akan membantu kita untuk mengambil keputusan dengan tepat.
Y: Selain itu, pak ?
SK: Kalau boleh saya tambahkan, orang yang melakukan puasa total di Alkitab, paling tidak tercatat ada 3 orang yang puasa total selama 3 hari, atau melakukan puasa total. Tiga orang yang saya temukan, ada Saulus yang kemudian menjadi Paulus dimana ketika Saulus mengalami krisis mata yang buta setelah penampakan Tuhan Yesus dalam perjalanan Saulus dan pasukannya ke Damsyik, disanalah kemudian Saulus diminta oleh Tuhan Yesus untuk masuk ke kota Damsyik dan menunggu petunjuk Tuhan. Ditengah penantian petunjuk Tuhan itu, Saulus berdoa dan didalam doa, didalam kesedihan, didalam rasa shock, Saulus tidak ada minat makan dan memilih untuk tidak makan dan tidak minum, puasa total sambil berdoa dan memang akhirnya pas genap 3 hari, Saulus kemudian menerima mujizat penyembuhan mata lewat pelayanan Ananias yang diutus langsung oleh Tuhan Yesus. Juga peristiwa yang kedua ada peristiwa genocida, di Perjanjian Lama, pembantaian kaum Yahudi di Puri Susan, kita bisa lihat di Kitab Ester dimana pada saat itu ditengah krisis genocida dan termasuk krisis kematian Ester kalau dia menemui raja dan ditolak oleh Raja Ahasyweros, dia akan bisa dihukum mati dan ditengah dua krisis inilah Ester memerintahkan lewat Mordekhai, pamannya untuk memaklumkan, mewajibkan puasa total bagi seluruh kaum Yahudi di Puri Susan termasuk dayang-dayangnya Ester dan Ester. Dan yang ketiga yang saya lihat melakukan puasa total yang tercatat di Alkitab ada imam Ezra, dimana ditengah dukacita, perkabungan, kesedihan yang mendalam setelah mendengar dosa-dosa ketidaksetiaan, kawin campurnya orang Israel di Yerusalem, maka kemudian imam Ezra sangat berduka dan berkabung, dia mengaku dosa mewakili seluruh kaum Israel di Yerusalem dan dia memilih untuk puasa total, tidak makan tidak minum. Jadi kalau saya simpulkan, Bu Yosie, benang merahnya orang-orang ini yang melakukan puasa total itu karena memang ada kejutan tiba-tiba atau shock.
Y: Krisis.
SK: Tepat, krisis sehingga membuat selera makan bahkan selera minum drastis menurun dan mereka memilih berpuasa, untuk menyampaikan dukacita mereka, perkabungan, berdoa dan akhirnya juga segala kegiatan cenderung dihentikan dalam masa-masa puasa total bahkan sampai tiga hari itu.
Y: Jadi khusus untuk berdoa kepada Tuhan ya Pak, ditengah krisisnya itu menanti jawaban Tuhan.
SK: Betul, betul.
Y: Bagaimana dengan puasa yang seperti 40 hari 40 malam itu, Pak, maksudnya apakah mampu?
SK: Kalau puasa 40 hari 40 malam itu ada yang disebut puasa supranatural, Bu Yosie, jadi puasa supranatural itu, kita bisa lihat di Alkitab, yang mencatat dua tokoh yang melakukannya dimana kedua tokoh ini bukan hanya tidak makan, tapi tidak makan dan tidak minum. Jadi puasa total tapi bukan hanya tiga hari bahkan sampai 40 hari.
Y: Dan maksudnya tidak buka puasa, ya Pak?
SK: Tidak ada, jadi penuh 40 hari tidak makan tidak minum, disebut puasa supranatural karena bukan inisiatif atau diprakarsai oleh manusia tapi Tuhan sendiri yaitu kepada Musa waktu Musa mau menerima 2 loh batu, sepuluh perintah Allah itu. Musa diminta untuk berpuasa total oleh Tuhan dan Musa sanggup.
Y: Sanggup melewatinya, ya.
SK: Karena memang Tuhan yang memerintahkan dan Tuhan yang memampukan, karena itu disebut puasa supranatural karena ada kuasa supranatural Tuhan yang bekerja dan memampukan. Termasuk Musa bahkan dua kali setelah dua loh batu itu dihancurkan karena sedih berat dengan perzinahan rohaninya bangsa Israel yang membuat anak lembu emas, Musa naik lagi, dia berpuasa lagi 40 hari 40 malam, itu puasa total. Dan tokoh yang kedua adalah Elia. Nabi Elia kalau kita baca di Perjanjian Lama, dia ketika depresi, dia mau dibunuh itu setelah dia membantai nabi-nabi palsu di Gunung Karmel, didalam kondisi depresinya itu Tuhan memberi makan dan minum termasuk lewat burung gagak, kemudian dikatakan, termasuk diberikan juga oleh malaikat, ada malaikat yang memberikan dan dikatakan Alkitab, Elia mampu berjalan 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum, tanpa istirahat. Puasa total dengan kata lain, untuk menjumpai Tuhan di Gunung Sinai atau Gunung Horeb, gunung yang sama. Jadi ini memang bukan untuk contoh kita, hanya kisah sejarah karena kita tidak mungkin melakukannya kalau tidak ada perintah dari Tuhan atau kemampuan supranatural yang Tuhan berikan. Jadi yang kedua itu adalah puasa normal, Bu Yosie, puasa normal itu puasa tidak makan tapi tetap minum air putih atau air bening. Inilah puasa yang lebih disarankan untuk kita semuanya, secara umum yang tentunya dalam kondisi tubuh yang sehat.
Y: Siapa teladan di Alkitab yang melakukan puasa normal, Pak Sindu?
SK: Minimal Tuhan Yesus sendiri. Di Injil Matius 4:2, ditulis "Dan setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam akhirnya laparlah Yesus". Jadi Yesus lapar dan tidak dikatakan haus, jadi Dia puasa normal. Dia tidak makan selama 40 hari di padang gurun tapi pasti minum air bening atau air putih, sehingga Dia akhirnya lapar, tapi tidak haus. Itu puasa normal. Yang ketiga adalah berpantang, Bu Yosie. Yang tadi sempat Bu Yosie singgung, jadi disini tetap makan dan minum namun mengurangi kenikmatan makan, jadi misalnya untuk konteks Indonesia hanya makan nasi putih dan minum air bening atau air putih. Karena makan nasi putih, ada energi tetapi terkurangi kenikmatannya, biasanya tidak makan dengan lauk, sayur atau daging tidak dimakan. Puasa putihan, itu istilah di Jawa. Itu bagian dari berpantang, tapi berpantang itu bukan hanya puasa putihan. Di Kitab Daniel, dikisahkan Daniel dan kawan-kawan, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego hanya makan sayur dan minum air serta berpantang makan daging, minum anggur dan santapan raja lainnya. Jadi diapun berpantang, berpantang itu juga bisa jadi dalam konteks ini makan sayur, minum air putih atau air bening. Di Kitab Daniel 10 diceritakan bahwa Daniel berpantang selama 3 minggu terhadap kue-kue kering, daging dan anggur dimana pada saat itulah Tuhan memang lebih dulu memberikan penglihatan kepada Daniel dan sebuah beban untuk didoakan sampai terwujud. Itu ada masa penantian, pergumulan itu, Daniel berpantang. Dia tidak puasa total, tapi puasa normal. Kalau dipahami karena dia sibuk sebagai birokrat pemerintahan, katakan semacam Perdana Menteri, dia tetap makan dan minum tapi dia mengurangi kenikmatan supaya dia bisa lebih bersungguh hati, berdoa.
Y: Alkitab sangat jelas, banyak sekali tokoh-tokoh yang melakukannya, tapi kalau kita tarik lebih dalam, Pak Sindu, sebetulnya apakah esensi puasa menurut Alkitab?
SK: Jadi rupanya begini, Bu Yosie, puasa itu sebuah ekspresi jiwa kepada Tuhan. Kalau dikalimatkan bisa dikatakan demikian kira-kira, "Tuhan aku sesungguhnya lapar akan makanan, haus akan minuman tapi aku mau menyatakan Tuhan lewat puasa ini bahwa aku lebih lagi lapar dan haus akan Engkau dan akan pertolongan-Mu".
Y: Wow, indah sekali maknanya. Jadi bukan hanya mengendalikan diri, bukan hanya mengendalikan hawa nafsu, tapi seruan hati kita kepada Tuhan.
SK: Betul, jadi itulah jantung, tadi Bu Yosie sebut esensi, unsur paling hakiki dari berpuasa menurut Alkitab. Seperti sebuah protes jiwa, kita demonstrasi dihadapan Tuhan.
Y: Seruan !
SK: Kalau ada istilah di dunia politik pemerintahan, mogok makan, politis tidak makan, tenda keprihatinan supaya tuntutan orang-orang tertentu dibebaskan atau undang-undang tertentu dibatalkan. Ini mogok makan juga tapi bukan kepada presiden, pemerintah, tapi kepada Tuhan. Mogok makan ini bukan memaksa Tuhan.
Y: Bukan menuntut ya, Pak. Ini juga menarik.
SK: Bukan, tapi lebih menyatakan ketika itu pun disebut menuntut, tapi lebih menuntut, "Tuhan, aku ingin lebih intim dengan-Mu". Yang dituntut itu Tuhan yang sesungguh-sungguhnya. Artinya pribadi Tuhan, "Tuhan, aku ingin makin mengenal, makin mencintai, aku ingin makin dipenuhi oleh Roh Kudus" artinya dipenuhi dengan kehadiran-Mu, dan tunduk taat total kepada-Mu. Justru kalau istilah Jawa saya suka kalimatkan, "Sitir mandunggaling kawula lan Gusti", kebersatuan antara manusia dan Tuhan. Itulah kerinduan untuk menyatukan diri dengan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kerinduan itu semakin tunduk dan taat kepada Allah Tritunggal itu tentunya. Itulah jiwa, spirit, semangat, seruan ketika kita berpuasa menurut Alkitab.
Y: Berarti kita yang memasukkan diri pada kehendak Tuhan dan bukan sebaliknya puasa untuk memaksa Tuhan, menuntut Tuhan turun dan melakukan kehendak kita, ya Pak.
SK: Betul, bukan memaksa tetapi kita tetap boleh meminta, tapi tidak boleh memaksa, meminta boleh karena memang di dalam Alkitab pun ada janji-janji Tuhan dan Tuhan meminta kita berdoa meminta dan ada tokoh-tokoh yang tadi disitir bahwa mereka memang berdoa, bergumul, berdoa, meminta belas kasihan, pertolongan Tuhan dan itu tidak salah tapi itu adalah penyerta, bukan yang esensi itu tadi.
Y: Disini letaknya kemerdekaan puasa Kristen, maksudnya esensi yang sedemikian dalam ini tidak dibatasi oleh hanya berbagai bentuk tadi, tetapi yang penting esensi yang benar, seruan hati kita kepada Tuhan dan ekspresi jiwa kita, ya Pak.
SK: Betul, betul, jadi memang kalau kita menghayati kehidupan berpuasa, maka kita puasa menurut Alkitab kita tidak lagi terjebak pada bentuk-bentuk puasa, jadi bukan seperti penganut keyakinan iman yang berbeda dengan kita. Wah, harus bentuk ini, kalau tidak bentuk ini, batal, tidak diterima, tidak sah. Kita tidak sekaku itu, kita merdeka secara bentuk karena esensi atau hakikinya dari puasa itulah yang utama. Bentuk bisa menyesuaikan, sesuai dengan kondisi kita atau kesempatan yang kita punyai. Dengan demikian kita bisa pilih, mau puasa total, bisa puasa normal, bisa juga berpantang, jadi itu tidak salah, bentuknya fleksibel. Malah menarik seorang bernama James Lee Beal yang menulis buku tentang "Petualangan Berpuasa", dia menyaksikan bahwa orang yang melakukan puasa yang berbeda-beda dan menyesuaikan dengan keadaan dan keperluan adalah orang yang secara rohani lebih seimbang, jadi James Lee Beal ini menemukan mereka menjadi orang yang lebih peka terhadap Tuhan dan berusaha menyenangkan Tuhan daripada hanya mengikuti pemikiran agamawi tertentu saja. Mereka telah memelajari nilai bersikap terbuka kepada Tuhan melalui puasa.
Y: Wow, menarik ya. Jadi puasa bukan hanya untuk kepentingan kita, agamawi yang merasa sudah level tinggi, biasanya kalau kita sudah rajin berdoa, berpuasa bukan hanya itu ya Pak, tapi sebetulnya kita berpuasa untuk menyenangkan Tuhan. Firman Tuhan apa Pak yang bisa Pak Sindu katakan untuk menegaskan?
SK: Saya bacakan Bu Yosie, dari Injil Matius 6:16 dan seterusnya, "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu, cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan membalasnya kepadamu". Jadi bagian firman Tuhan ini adalah penggalan dari Khotbah di Bukit tentang hal berpuasa, Tuhan menegaskan kepada kita berpuasa bukan untuk pamer, untuk Tuhan yang tersembunyi, yang tidak dilihat oleh mata manusia dan Ia melihat perbuatan kita yang tersembunyi lewat puasa.
Y: Karena keterbatasan waktu, kita akan melanjutkan di bagian dua ya, Pak.
Baik, para pendengar sekalian, terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Ev. Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil. dalam acara Telaga (TEgur sapa gembaLA keluarGA), kami baru saja berbincang-bincang tentang "Puasa Menurut Alkitab" bagian pertama. Bagi Anda berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org; kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org; saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.