Post Power Syndrome

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T086B
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Gejala post power sindrome umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan dan ketika tidak menjabat lagi seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil, yang biasanya bersifat negatif.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pengertian post power sindrome. Adalah gejala kejiwaan yang kurang stabil yang muncul tatkala seseorang turun dari kekuasaan atau jabatan tinggi yang dimilikinya sebelumnya.

Gejala Post Power Sindrome:

  1. Gejala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat tua tampaknya dibandingkan waktu dia menjabat. Rambutnya menjadi putih semua, berkeriput, dan menjadi pemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah.

  2. Gejala emosi, misalnya cepat tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi dsb.

  3. Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain.

Ciri-ciri orang yang rentan menderita post power sindrome adalah:

  1. Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.

  2. Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.

  3. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.

Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.

Tindakan preventif yang dapat kita lakukan untuk mencegah atau mengurangi resiko post power syndrome adalah:

  1. Kita perlu sadari bahwa segala sesuatu itu adalah dari Allah, karunia dari Allah termasuk kekuasaan, jabatan-jabatan apapun, setinggi apapun itu adalah karunia dari Allah. dan tugas kita adalah kita hanya sebagai alat untuk melakukan pekerjaan-Nya.

  2. Kita harus menyadari bahwa kekuasaan itu tidak bersifat permanen dan kita harus menyiapkan diri untuk suatu ketika kuasa itu lepas dari diri kita.

  3. Sebaiknya selama berkuasa, kita tidak memikirkan bagaimana mempertahankan kekuasaan tetapi kita memikirkan untuk melakukan kaderisasi.

  4. Kita perlu belajar rendah hati seperti Yohanes Pembaptis yang mengutamakan nama Kristus dari pada diri kita sendiri. Yohanes 3:30

Matius 20:25-28, "Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: Kamu tahu bahwa pemerinta-pemerintah, bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu, barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu hendaklah ia menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang."