Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Dan perbincangan kami kali ini tentang "Pengampunan dalam Pernikahan" bagian ketiga.Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y : Bu Vivian, menyambung kembali mengenai perbincangan kita tentang "Pengampunan dalam Pernikahan", yang mana di bagian kedua kita sudah membahas ajaran Alkitab tentang pengampunan bagaimana Bapa sendiri mengampuni kita, melupakan segala kesalahan kita dan memberi kita tugas untuk mengampuni dan mengasihi orang lain. Tentang bagian yang ketiga ini, apakah ada hal penting lainnya yang Ibu bisa bagikan kepada kami?
VS : Yang ingin saya sebutkan adalah konsekuensi yang masih harus ditanggung orang yang diampuni, meskipun sudah ada pengampunan. Karena seringkali orang menganggap kalau sudah diampuni segala konsekuensinya hilang, tidak ada lagi.
Y : Padahal tidak demikian ya, Bu?
VS : Iya. Seperti pada suatu hari saya mengkonseling satu pasangan suami-istri, karena terjadi hal-hal yang membuat si istri tidak bisa lagi memercayai suami perbuatannya dalam berbagai hal. Lalu suaminya mengatakan, "Istri sudah mengampuni tapi mengapa sampai sekarang istri tidak percaya dengan saya?" maksud si suami bahwa si istri langsung percaya kepada dia lagi ketika pengampunan itu diberikan. Itu konsekuensinya, karena perbuatannya yang beberapa kali tidak bisa dipercayai. Sekarang ini istri butuh waktu untuk memercayai suaminya lagi. Demikian juga konsekuensinya adalah, meskipun sudah diampuni si suami juga mengatakan, "Mengapa kamu ini tidak bisa seperti dulu?" maksudnya romantis satu dengan yang lain sekarang ini hanya menyapa saja. Itu konsekuensi, meskipun sudah diampuni tapi butuh waktu….
Y : Untuk memulihkan relasi.
VS : Dan juga yang seringkali saya hadapi adalah orang yang menjadi korban tindak kekerasan; seringkali tindakan secara fisik, secara emosi, seksual, hingga terjadi hal-hal yang menyakitkan. Bahkan ada satu klien saya yang tubuhnya ini 38 tulang-tulang di tubuhnya ini patah karena dipukul suaminya. Kepalanya dibanting ke tembok kemudian jatuh ke lantai lalu masih diinjak-injak perutnya, kepalanya dipukuli, telinganya dipukuli, sehingga seluruh tubuhnya ini babak belur. Akhirnya yang terjadi adalah suaminya ditangkap oleh polisi. Setelah konseling, awalnya si istri mengatakan,"Saya tidak bisa mengampuni" tapi akhirnya setelah mengerti apa arti pengampunan yang sesungguhnya dia mengatakan "Oke, saya mau mencoba mengampuni." Setelah dia mencoba untuk mengampuni dia mengatakan, "Pertama kali saya bisa tidur nyenyak", tadinya jika tidak minum obat dia tidak bisa tidur dan akhirnya bisa tidur nyenyak karena sudah mengampuni suaminya yang begitu jahat. Tapi suaminya yang di penjara itu dibiarkan mendekam di penjara.
Y : Tidak langsung ditebus, dikeluarkan atau diselamatkan begitu saja ya, Bu?
VS : Suaminya ini dimasukkan penjara 16 tahun karena memang perbuatannya memang sangat jahat sekali. Istrinya yang awalnya bisa jalan sekarang dia harus memakai kursi roda. Juga seringkali dia mengalami pandangan mata yang kabur, pendengarannya juga tidak baik akibat dipukul atau ditampar, perutnya juga banyak masalah karena diinjak-injak oleh suaminya. Jadi banyak organ tubuhnya yang rusak karena perbuatan suaminya. Bukan itu saja, si suami juga melakukan kekerasan seksual. Si istri dipaksa untuk berhubungan seksual dengan anak mereka sendiri yang sudah remaja; tentu sakit hati si istri. Jadi itu semua yang kemudian menjadi alasan mengapa dimasukkan penjara 16 tahun. Nah, melalui proses yang panjang dia akhirnya bisa mengampuni suami tapi konsekuensinya harus tetap ditanggung; suami harus masuk penjara.
Y : Dan apakah itu tidak apa-apa ya? Maksudnya kita sebagai orang yang sudah mengampuni tidak perlu merasa bersalah atau perasaan "Aku belum mengampuni"?
VS : Nah, kalau kita melihat ini adalah tindakan kriminal maka ini tetap harus dilakukan. Contoh yang gampang saja, kita melanggar peraturan lalu lintas. Ada konsekuensinya, kadang kita masih harus membayar denda dan tetap denda itu harus dibayar; bukan lari lalu berdamai. Jadi orang yang membunuh orang lain seandainya, dia tetap harus dipenjarakan.
Y : Mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum.
VS : Iya. Tanggung jawab itu masih akan tetap ada. Seringkali orang mengatakan ketika sudah mengampuni maka ya sudah tanggung jawab hilang semua. Bukankah firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan melupakan dosa-dosa kita. Tapi ternyata Tuhan itu mengajarkan kita bahwa ada konsekuensinya, meskipun dia mengatakan melupakan dosa-dosa.
Y : Bisa ambil contoh di Alkitab Bu, seperti apa ?
VS : Kita bisa melihat contohnya yaitu raja Daud; raja Daud dengan Batsyeba. Sudah tahu Batsyeba ini adalah istri dari Uria, tetap dia mau berhubungan dengannya. Lalu hamillah Batsyeba. Lalu Batsyeba memberitahu bahwa dia hamil. Lalu bagaimana menutupi ini? Kemudian Uria disuruh datang dan disuruh tidur dengan istrinya supaya seakan-akan kehamilannya karena Uria. Tapi Uria dibujuk dengan bagaimanapun juga tetap tidak mau. Akhirnya Daud mengirimkan surat dan menyuruh untuk menempatkan Uria di garis depan medan peperangan supaya dia bisa terbunuh. Akhirnya Uria meninggal untuk negaranya dan untuk raja Daud juga. Ketika Uria sudah dibunuh, lalu raja Daud mengambil Batsyeba sebagai istrinya yang sah; seakan-akan semuanya ini memang sudah tertutup rapi. Tapi Tuhan tidak bisa dikelabui sehingga mengirim nabi Natan dan Adalah Daud harus menanggung perbuatannya.
Y : Konsekuensi dari perbuatannya.
VS : Itu yang bisa kita melihat bahwa di 2 Samuel pasal 12 disitu dengan tegas Tuhan berfirman melalui nabi Natan. Disini Tuhan marah sekali dengan apa? Kalau kita melihat banyak penjelasannya di 2 Samuel pasal 12 dikatakan mulai dari ayat yang ke-7 "Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu!’ Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul." Lihat kebaikan Tuhan. Ayat selanjutnya "Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu." Kebaikan Tuhan sudah diberikan pada Daud. Kalimat selanjutnya "Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu." Ayat 9 - "Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya?" Jadi Tuhan menganggap perbuatan itu perbuatan menghina. Jadi dikatakan, "Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon." Ayat selanjutnya, "Oleh sebab itu, …" nah ini konsekuensinya mulai ayat yang ke-10 Tuhan mengatakan konsekuensinya "…pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu." Lalu ayat 11-12, "Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan." Jadi konsekuensinya begitu besar, melebihi perbuatan tadi yang satu orang saja. Tapi sekarang, pedang tidak akan lepas dari keluarga Daud sampai selamanya. Pedang tidak akan lepas dari keluarga Daud ialah konsekuensinya. Demikian juga dikatakan jika Daud dulu melakukannya secara tersembunyi maka sekarang ini akan terbuka. Lalu Daud berkata ke Natan "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." Dia meminta ampun. Dan Natan berkata kepada Daud, "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." Dengan kata lain, sudah diampuni tidak ada lagi. Tetapi konsekuensinya tetap ada. Coba dilihat di ayat 14, "Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." Jadi meskipun tadi Tuhan mengatakan, "Aku sudah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati" tapi masih ada konsekuensinya.
Y : Tetap jalan konsekuensinya tersebut.
VS : Tetap jalan. Anaknya yang akan lahir itu akan mati. Selain itu konsekuensi yang tak kalah luar biasa ialah pedang tidak lepas dari keluarganya selama-lamanya. Selain itu yang dikatakan tadi bahwa istri-istrinya ini secara terbuka akan diperkosa. Jadi dikatakan, disini kita belajar Tuhan ini juga mengajarkan kalau ada perbuatan kriminal tetap harus ditanggung, meskipun sudah mengampuni.
Y : Ini sebagai alat kendali kita untuk benar-benar bertanggungjawab atas semua perbuatan kita, bukan seenaknya "Oh saya berbuat seenaknya, nanti ‘kan diampuni." Tentu tidak bisa seperti ini ya, Bu?
VS : Betul, betul. Kadang ada orang marah, "Lho saya ‘kan sudah diampuni, kenapa masih dibiarkan?" misalnya berurusan dengan polisi begitu; seperti tadi yang saya katakan seorang ibu yang sampai babak belur hingga 38 tulang-tulangnya patah, dia membiarkan suaminya tetap di penjara meskipun dia mengampuni.
Y : Apakah itu juga yang dinamakan batasan tadi, Bu? Setelah kita mengampuni, kita perlu menetapkan batasan yang sehat?
VS : Nah, itu salah satu batasan tapi tidak semua batasan. Batasan yang dikatakan tadi ialah salah satu dari konsekuensinya memang, namun batasan itu sendiri ialah ketika tidak mau disakiti lagi. Bagaimana tidak disakiti lagi? Yaitu dengan orang yang seandainya suaminya selingkuh terus dan batasannya adalah tanya ke suami, "Kamu memilih apa? Kalau kamu memilih selingkuh, mungkin ini bukan pernikahan yang dipertahankan." Tidak bisa. Kalau suami mau berubah maka itu hal lain. Atau mungkin orang ini juga melakukan kekerasan yang tidak ada habisnya, tentu itu sulit. Tapi yang disini itu bukan hanya batasan, tapi konsekuensi atau pertanggungjawaban atas perbuatannya. Jadi seandainya tindakan kriminal tetap harus berurusan dengan polisi atau dia tetap dihukum.
Y : Dan kita tidak perlu merasa bersalah karena kita dianggap tidak mengampuni. Kita tahu bahwa kita sudah mengampuni tapi kita membiarkan konsekuensi harus ditanggung oleh orang yang berbuat salah.
VS : Betul. Itu kadang-kadang sulit.
Y : Iya Bu. Bagaimana kalau di Perjanjian Baru, Bu? ‘Kan sepertinya Tuhan itu mengampuni tapi tetap memperhitungkan konsekuensi. Bagaimana ini di Perjanjian Baru? Dengan kedatangan Yesus yang dengan sempurna menyalibkan semua dosa kita dan menebus kita. Apakah konsekuensi itu tetap ada buat orang percaya? Maksud saya, apakah kita tetap harus bertanggung jawab atas perbuatan kita, Bu?
VS : Ternyata rasul Paulus juga memberikan contoh, orang yang sudah percaya Tuhan tapi hidupnya masih mengikuti keinginan daging maka itu ada konsekuensinya.
Y : Berarti tetap harus ditanggung ya, Bu?
VS : Iya. Bahkan konsekuensinya sangat besar sekali. Dikatakan, konsekuensinya bagi orang yang melakukan hal-hal yang mengikuti keinginan daging dikatakan tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.
Y : Wah, mengerikan.
VS : Jadi bukan hanya dia ini berurusan dengan polisi tapi juga berurusan dengan Tuhan Allah sendiri. Dikatakan di Galatia 5:21b, "--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Jadi dalam hal apa? Bisa dalam hubungan suami-istri yang sudah mengampuni tapi tetap melakukan hal-hal perbuatan daging seperti tertulis di ayat 19, "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu," jadi meskipun sudah diampuni masih tetap melakukan …
Y : Perselingkuhan, misalnya ya Bu ?
VS : Iya, seperti itu tadi: percabulan, kecemaran, mengikuti hawa nafsunya. Dan disini ada hal-hal yang lain, yaitu: penyembahan berhala, sihir, perseteruan. Jadi mereka masih berseteru. Ada juga berhala yang berarti hal apa saja yang melebihi ibadah kita kepada Tuhan. Mungkin juga pakai ‘guna-guna’, sihir itu pun juga bisa. Seteru satu dengan yang lainnya. Lalu dikatakan juga: perselisihan; masih berselisih satu dengan yang lain.
Y : Itu juga termasuk perbuatan daging.
VS : Nah, itu dikatakan orang berselisih satu sama lain itu adalah hal biasa dalam satu keluarga tetapi ternyata ini perbuatan daging. Lalu iri hati; iri dengan apa saja. Mungkin satu yang diperlakukan dengan lebih baik, dan sebagainya.Iri dengan berbagai hal. Marah, banyak orang atau suami-istri marah terhadap satu dengan yang lainnya.Tapi ternyata marah ini ialah perbuatan daging.Orang seringkali tidak tahu.
Y : Kadang juga sebagai excuse (alasan); "Ya tidak apa saya marah. Memang dia begini, begitu…"
VS : Atau dia marah karena juga, "Iya saya lagi stres di pekerjaan" lalu marah bahkan kadang-kadang ada kekerasan fisik, lalu dengan kekerasan emosi mencaci-maki orang dan mencari kelemahannya. Lalu dikatakan juga disini: kepentingan diri sendiri. Dengan kepentingan dirinya sendiri berarti apa yang dia mau untuk dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan suami-istri dan kepentingan keluarga. Tapi untuk apa yang dia mau sendiri. Lalu ada juga: roh pemecah. Jadi dia ingin memecahkan keluarga ini, kalau bisa memecahkan antara hubungan suami-istri, atau memecahkan hubungan antara suami dengan keluarga asalnya, dengan papanya atau mamanya dan dengan juga memecahkan hubungan dengan saudara kandungnya. Memecahkan hubungan dengan orang-orang lain, orang-orang penting dalam keluarga intinya yang dulu. Bahkan ada juga yang memecahkan hubungan antara anaknya sendiri. Kalau bisa yang lain-lainnya juga. Memecah belahkan, bukan menyatukan. Lalu yang lain: kedengkian, jadi kebencian masih berkecamuk terus. Bukan kadang-kadang datang seperti yang tadi dikatakan, kita sudah mau mengampuni tapi emosi kita kadang-kadang masih datang. Ini bukan, tapi dikuasai. Masih ada kebencian atau dengki terhadap orang yang sudah diampuni. Lalu dikatakan: kemabukan. Jadi mungkin masih suka mabuk-mabuk untuk menghilangkan hal-hal yang menyakitkan, apapun alasannya tidak bisa diterima. Lalu pesta pora dan sebagainya, ini adalah hal yang menunjukkan perbuatan daging menurut rasul Paulus. Di dalam hubungan suami-istri yang seperti itu dan bahkan di dalam hubungan dengan orang lain pun kalau seperti itu, yang dikatakan rasul Paulus ini sangat tegas sekali di ayat 21b, "Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Itu konsekuensinya. Jadi meskipun Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib, sudah mengambil dosa-dosa kita, sudah mengampuni kita demikian juga kita sudah diampuni dan juga belajar mengampuni orang lain, tapi kalau tetap melakukan hal-hal yang sesuai dengan kedagingan ini dikatakan bahwa "tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah". Hal ini sangat fatal sebab menyangkut kehidupan kita seumur hidup bukan hanya saja di dunia tapi juga di dalam kekekalan.
Y : Menerima konsekuensi dalam kekekalan.
VS : Iya. Jadi ada konsekuensinya dalam perbuatan kita. Sebaliknya, kalau hidupnya dikuasai oleh buah Roh maka hidupnya penuh "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." Jadi kalau dia ini orang yang sudah diampuni dan mau berubah tadi yang awalnya dari kedagingan diubah menjadi dipimpin oleh Roh maka akan lain sebab akan saling mengasihi. Lalu ada sukacita dalam keluarga, damai sejahtera, lalu sabar bukan lagi pemarah, dan pemurah hati bukan kepentingan sendiri, baik, setia bukan seperti tadi dikatakan orang yang masih mencari-cari percabulan, dan lemah lembut, bisa menguasai diri bukan marah terus-menerus. Disini tidak ada hukum yang menentang. Konsekuensi hukum dari perbuatan itu masih ada meskipun ada pengampunan dan meskipun Tuhan Yesus mati mau mengampuni kita; jadi masih ada konsekuensinya dan itu pilihan.
Y : Betul. Apakah dapat dikatakan, meskipun kita ini sudah diampuni atau mengampuni kita harus tetap mengerjakan bagian kita yaitu kalau dengan Tuhan berarti hidup dipimpin Roh dan kalau dengan pasangan, walau kita sudah diampuni kita tetap harus melakukan yang baik; menumbuhkan hubungan dalam pernikahan, berbuat kasih kepada pasangan. Sehingga tidak bisa pengampunan itu lepas sendiri tetapi harus ditopang, dibarengi dengan bukti yang nyata atau perbuatan baik kita.
VS : Betul. Ada tanggung jawabnya. Yang pertama tadi yaitu konsekuensi. Dan juga yang kedua ialah kita mau berubah.
Y : Iya. Betul. Dengan demikian ketika kita ada kesalahan lalu mengampuni atau diampuni dan kemudian berubah tentunya relasi di dalam pernikahan akan manis, akan baik, saling membahagiakan.
VS : Betul.
Y : Akhir kata Bu, mungkin Ibu bisa memberikan pesan kepada para pendengar setelah tiga bagian kita membahas "Pengampunan dalam Pernikahan"
VS : Menurut saya, dalam pengampunan tadi kita sudah melihat banyak sekali manfaatnya. Kita harus bekerja super keras dengan bantuan Roh Kudus mau mengampuni orang lain. Nah, supaya kita tidak terjerat oleh beban dari hal-hal yang membuat kita tidak bisa mengampuni dimana kita bisa merasakan sakit macam-macam, ketika kita bisa mengampuni maka itu untuk diri kita sendiri. Nah, untuk orang yang diampuni tentang bagaimana reaksinya itu ialah tanggungjawab orang itu sendiri. Yang terpenting kita sudah melepaskan pengampunan untuk diri kita sendiri. Semoga pihak lain mau menerima pengampunan lalu terjadi rekonsiliasi dan perubahan. Tapi kalau tidak ada, paling tidak untuk kebebasan kita sendiri sudah mengampuni. Itu hanya Tuhan bekerja.
Y : Terima kasih banyak, Bu Vivian, untuk penjelasannya dan saya percaya ini bermanfaat bagi para pendengar. Para pendengar sekalian terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA).Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pengampunan dalam Pernikahan" bagian ketiga atau bagian terakhir. Bagi Anda yang berminat untukmengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda melalui Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK ke Jalan Cimanuk 56 Malang. Atau Anda dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org .Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.