Pemulihan Korban Pemerkosaan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T484B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Dampak pemaksaan hubungan seksual tidak dapat dianggap enteng. Musibah ini mampu meninggalkan luka yang sangat dalam pada korbannya, baik itu luka fisik maupun luka psikis. Perbincangan ini memaparkan lima langkah pemulihan yang ditempuh korban pemerkosaan dan saran-saran bagi kita sebagai orang yang mendampingi dalam proses pemulihan tersebut.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Dampak Pemerkosaan
Fisik: Luka fisik akibat pukulan, cekikan, cakaran
  • Luka di daerah kemaluan atau anus
  • Penyakit menular seksual
  • Kehamilan
Psikis:
  • Menyalahkan diri dan merasa bersalah
  • Merasa diri kotor dan berdosa
  • Marah, malu, sedih bercampur aduk
  • Kecemasan berat
  • Depresi, merasa lelah berkepanjangan, ingin muntah tanpa tahu sebab
  • Sulit berkonsentrasi
  • Sulit tidur
  • Mudah tersinggung
  • Teringat-ingat kembali
  • Mimpi buruk berulang
  • Ketakutan luar biasa
  • Ingin mengakhiri hidup
Kebutuhan Korban Pemerkosaan
  1. Meyakini bahwa diri dikasihi. Mula-mula mungkin marah sekali kepada Tuhan. Merasa diri ditolak dan dicampakkan oleh Tuhan, keluarga, dan orang-orang yang dikasihi. Maka sangat penting untuk didampingi dengan setia sebagai bukti diri tetap dikasihi.
  2. Membawa rasa sakit kepada Tuhan. Rasa terhina, teraniaya, dicampakkan dan terbuang perlu dipersembahkan terus-menerus kepada Tuhan. Dengan sepenuh hati memindahkan pada salib Yesus yang turut menanggung sakit dan luka pemerkosaan.
  3. Mengampuni pelaku pemerkosaan. Mengampuni merupakan keputusan iman yang perlu diperbarui hari demi hari berdasarkan pengampunan tak terbatas yang telah diterima dari Tuhan Sang Juruselamat. Keputusan pengampunan yang terus-menerus diperbarui ini akan melandasi kasih dan penerimaan terhadap janin dan bayi yang mungkin lahir. Mengampuni tidak identik dengan membenarkan perilaku salah pelaku. Mengampuni juga bukan berarti serta-merta bersedia hidup bersama pelaku.
  4. Menerima dan mengekspresikan semua emosi kepada sahabat dan orang terdekat yang bersedia mendampingi maupun lewat tulisan, gambar, musik, gerak teatrikal dan ekspresi seni lainnya.
  5. Menerima dan menjalani saat-saat kebutuhan beristirahat dan menyendiri untuk memulihkan energi fisik dan psikis serta memproses duka.
  6. Aktif berkegiatan sebagai sarana memecah pikiran lewat aktivitas yang disukai, seperti hobi, berkumpul dengan sahabat, olahraga, atau menjadi relawan membantu orang lain. Membuat orang lain merasa terbantu dan gembira adalah bagian terapi pemulihan yang bagus untuk melepaskan beban luka dan pikiran negatif.
Tahap-tahap Dukacita yang Turut Dialami Korban Pemerkosaan
  1. Terkejut,
  2. Penyangkalan,
  3. Kemarahan,
  4. Berkabung,
  5. Pemulihan
Peran Pendamping
  1. Mengizinkan korban leluasa mengekspresikan duka dan luka dengan menangis, menyatakan amarah dan gugatan, dan sebagainya sepanjang tidak membahayakan jiwa. Dengan keleluasaan ini, danau air mata dan kesedihan korban akan lebih cepat mengecil.
  2. Memberi empati yang tepat. Empati yang salah: "Saya tahu apa yang kamu rasakan". Empati yang tepat: "Apa yang kamu rasakan memang berat, saya sendiri akan mungkin seperti kamu jika mengalaminya."
  3. Menjaga kerahasiaan segala hal yang didengar, terkecuali jika misal korban hendak membahayakan jiwanya atau orang lain.
  4. Bekerjasama dengan konselor terlatih.
  5. Mendampingi suami, anak, orangtua dan keluarga yang turut menanggung luka pemerkosaan. Pemerkosaan memiliki dampak besar terhadap pernikahan dan hubungan seksual suami istri, apalagi jika ada bayi hasil pemerkosaan.
Peran Gereja
  1. Mensosialisasikan ancaman kekerasan seksual dan pemerkosaan beserta pencegahan dan penanganannya.
  2. Melatih dan membentuk tim pendamping dari kalangan warga jemaat untuk siap melayani saat dibutuhkan.