Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Sebuah paket perbincangan tentang masalah-masalah kehidupan berkeluarga yang dikemas oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen. Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan mengemukakan sebuah masalah tentang pemutusan hubungan kerja, mungkin ini sesuatu yang tidak enak dialami tetapi perlu untuk didengarkan, karena PHK atau pemutusan hubungan kerja ini merupakan sesuatu yang banyak melanda kehidupan kita. Karenanya kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Bapak Paul Gunadi, sehubungan dengan adanya krisis moneter akhir-akhir ini yang kita alami, banyak orang terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK entah karena pensiunnya dipercepat, entah karena perusahaan sudah tidak mampu lagi untuk membayar dan saya kok percaya bahwa di antara para pendengar kita itu satu atau dua orang (saya harap tidak terlalu banyak) juga mengalami PHK, Pak Paul. Yang ingin saya tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap sebuah keluarga, karena biasanya suami atau bahkan istri itu menjadi sumber dana bagi keluarga itu. Dan kalau ada yang di-PHK tentu kondisi keluarga itu ada gangguan Pak Paul, nah sejauh mana dampaknya Pak Paul?
PG : Dampaknya sangat besar sekali Pak Gunawan, jadi saya kira kita ini belum benar-benar melihat berapa jauhnya dampak PHK yang sekarang sedang melanda masyarakat kita. Saya teringat akan stu situasi di Amerika Serikat, kalau tidak salah tahun 20-an, Amerika mengalami resesi yang sangat-sangat parah, namun menariknya adalah masa resesi tersebut tidak disebut masa resesi tapi disebutnya masa depresi.
Nah itu adalah nama formal, nama yang sering dikenal untuk menunjuk pada suatu masa di Amerika Serikat di mana masyarakat mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah. Banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak orang hidup melarat luar biasa. Nah saya masih ingat gambar-gambar atau foto-foto yang diambil pada masa tersebut, foto orang-orang yang duduk di pinggir jalan, foto orang dalam keluarga dengan satu persamaan yaitu wajah mereka memang benar-benar menunjukkan depresi. Jadi wajah yang luar biasa murungnya, benar-benar sendu, tidak ada cahaya, tidak ada gairah hidup maka saya setuju sekali dengan istilah yang diakhiri lekatkan dengan periode tersebut di Amerika Serikat yakni periode depresi. Nah saya khawatir kita pun sebetulnya menghadapi masalah yang serupa bahwa dampaknya ini bisa meluas akibat dari krisis ekonomi yang sedang melanda kita semuanya ini. Dan kalau ini benar-benar melanda separah di Amerika Serikat memang bisa kita sebut sebagai suatu periode depresi karena akan sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang.
GS : Artinya bukan cuma yang mengalami PHK itu ya, yang mengalami depresi tapi juga pengaruh ke segenap keluarganya begitu Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, jadi orang-orang yang bergantung pada si pencari nafkah tersebut, mereka semua akan mengalami tekanan-tekanan.
GS : Apakah ada perbedaannya Pak Paul kalau itu pekerja wanita dan pekerja pria?
PG : Mungkin secara kejiwaan lebih memukul pria karena seperti yang telah kita bahas pada kali yang terakhir, pria menggantungkan harga dirinya pada kariernya. Sewaktu dia kehilangan karier,dia kehilangan dirinya, dia bukan saja kehilangan pekerjaan, saya kira ini tidak sama dengan wanita.
Waktu wanita kehilangan karier, kehilangan pekerjaan, dia tidak kehilangan dirinya namun seperti yang telah kita bahas, jika wanita kehilangan anaknya, kehilangan suaminya, kehilangan orang yang dikasihinya dia akan kehilangan dirinya. Jadi saya kira dampak karier ini atau dampak PHK ini akan lebih berat dirasakan oleh para pria.
(2) GS : Kalau begitu bagaimana Pak Paul seseorang itu harus mempersiapkan diri dalam menghadapai PHK, kita memang tidak mengharapkan PHK itu menimpa kita atau pendengar kita, tetapi mengantisipasi itu perlu, kalau itu berkepanjangan siapa tahu, nah hal-hal apa yang bisa kita lakukan?
PG : Pertama-tama kita harus memahami proses atau dampak PHK pada keluarga Pak Gunawan. Yang pertama adalah waktu suami kehilangan pekerjaan, dia kehilangan jati diri, dia kehilangan dirinya Nah cukup umum pria-pria yang kehilangan pekerjaan juga mulai mengucilkan diri dari pergaulan sosial.
Misalnya dia biasanya rajin terlibat dalam pelayanan gerejawi misalnya, bisa jadi mulai malas ke gereja, dia mulai malas melayani di gereja karena apa? Karena dia merasa dia itu tidak lagi mempunyai sesuatu yang bisa dia banggakan atau ditawarkan untuk masyarakat. Benar-benar dia merasa seperti orang yang tidak ada artinya, daripada dia harus menanggung malu lebih baik dia tidak ke gereja. Kecuali misalkan dalam tim yang sama, dalam kelompok yang sama, ada orang-orang yang senasib dengan dia nah itu menjadi kekuatan bagi dia untuk terus datang, namun kalau tidak, dia cenderung menarik diri. Tapi masalahnya bukan saja dari lingkungan dia menarik diri, ada kecenderungan para suami ini juga menarik diri bahkan dari istri mereka.
GS : Jadi kalau begitu perlu seseorang itu semasa masih aktif bekerja dan sebagainya, dalam kondisi seperti itu membangun jaringan atau relasi dengan teman-temannya dengan harapan kalau dia suatu saat mengalami PHK ada orang yang bisa mengerti dia begitu Pak Paul.
PG : Betul, dan jaringan persahabatan ini kalau memungkinkan bukan disatukan oleh karier sebab kecenderungan pria berteman (GS : Dengan teman-teman yang sekarier) dengan teman-teman yang sekrier atau sejenjang begitu.
Maka kalau kita perhatikan kecuali teman yang dari kecil ya, pada umumnya pria itu berteman dengan orang-orang yang sejenjang dalam kariernya. Misalkan kariernya tidak sama tapi jenjangnya sama atau sejenis, setingkat.
GS : Lalu ada ikatan-ikatan seperti ikatan dokter, ikatan sarjana Pak Paul, itu karena seprofesi.
PG : Ya seprofesi begitu, jadi memang kecuali ini teman dalam sepelayanan atau teman masa kecil umumnya pria itu tidak berteman dengan orang yang jarak kariernya jauh sekali, jenjang karierna berbeda jauh dari dia, di atas dia atau di bawah dia biasanya tidak, biasanya dengan yang selevel.
Nah jaringan yang tadi Pak Gunawan maksud seyogyanya janganlah jaringan yang seperti ini sebab kalau jaringannya hanya ini (GS :Jatuh satu, jatuh semua) jatuh semua, benar-benar tidak ada lagi pegangan dia.
IR : Nah Pak Paul kalau salah seorang keluarga misalnya ayah yang di-PHK, kira-kira dukungan moril atau sikap apa yang harus diperbuat oleh seorang istri untuk mendukung supaya dia tidak terlalu frustrasi, apakah si istri itu terus mungkin mencari pekerjaan atau menanggulangi ekonomi itu dengan dia yang bekerja atau bagaimana Pak Paul?
PG : OK! Kita memang harus menyadari bahwa pada masa PHK apalagi kalau berkepanjangan pria bisa lebih labil secara emosional. Jadi mudah marah, mudah tersinggung tidak panjang sabar. Nah di ini memang dituntut pengertian yang sangat tinggi dari para istri.
Saya bukannya meninabobokkan pria dan mengatakan pria itu harus dimaklumi terus-menerus bukan ya, pria pun harus sadar dia tidak boleh bersukacita dalam kelemahannya, dia harus juga belajar untuk sabar, jangan sampai terlalu mudah tersinggung dan sebagainya. Namun pada saat ini ada baiknya istri menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau tuntutan, tuntutan benar-benar sangat dipandang negatif oleh para suami pada masa-masa PHK ini. Sebab tuntutan mengingatkan si suami akan ketidakmampuannya memenuhi tuntutan tersebut. Jadi sewaktu si istri mengeluarkan kata-kata yang dapat ditafsir menuntut dia untuk menghasilkan uang lagi itu bisa benar-benar memicu kemarahannya atau membuat dia tersinggung dan sebagainya. Jadi yang saya anjurkan adalah untuk si istri misalnya mendekati si suami dari kaca mata, "Mari kita bersama-sama membangun kembali rumah tangga ini, mari kita bersama-sama memikirkan apa yang kita berdua bisa lakukan." Nah jadi bukannya saya mau begini, saya mau begitu, saya mau kerja, saya mau begini supaya rumah tangga ini bisa ada makanan lagi dan sebagainya itu juga harus dihindarkan. Karena sewaktu si istri mulai mengatakan kata-kata seperti itu, saya akan bekerja, saya akan ini, itu membuat si suami makin terpojok dan makin kelihatan lemah, jadi dia akan merasa memang sekarang saya tidak lagi berfungsi sebagai suami, malah istri saya harus bekerja dan sebagainya, nah jadi lebih baik ya jangan berkata seperti itu. Jadi gunakan kata-kata, kita bersama-sama, mari kita bersama-sama bangun lagi, mari kita bersama pikirkan apa yang bisa kita berdua lakukan, yuk kita berdoa dan sebagainya. Jadi kebersamaan itu saya kira lebih bisa diterima oleh si suami.
GS : Mungkin peran istri juga penting untuk membangkitkan minat suami dengan melihat bahwa sebenarnya ada keahlian lain yang dimiliki oleh suami Pak Paul. Ada kadang-kadang seorang pengemudi yang terpaksa harus di-PHK karena perusahaannya juga bangkrut. Sebenarnya dia itu punya kemampuan untuk menjadi tukang kayu, dia mempunyai keahlian itu, tapi sering kali juga dia tidak mau untuk melakukan sebagai tukang kayu. Dia berkata selama ini saya hidup dari mengemudi itu bagaimana Pak Paul?
PG : Ini adalah contoh klasik dari yang kita sebut kepribadian yang kaku Pak Gunawan, jadi manusia yang sehat adalah manusia yang fleksibel, kata fleksibel kata kunci dalam kesehatan jiwa Pa Gunawan, (GS : Yang luwes begitu) yang luwes betul.
Kalau kita ini memang mendasari siapa diri kita pada satu profesi dan waktu profesi itu tumbang, kita pun tumbang. Jadi yang lebih dianjurkan adalah kita membentuk konsep diri kita ini dari berbagai sudut atau bidang. Nah mungkin bagi si pengemudi tersebut menjadi tukang kayu adalah profesi yang lebih rendah daripada mengemudi. Tapi yang sering terjadi adalah kehilangan kepercayaan diri ini yang sering kali menohok, yang paling berat. Sewaktu seorang pria kehilangan pekerjaannya dia kehilangan kepercayaan dirinya sehingga waktu didorong untuk mencoba karier yang baru, semangat juangnya sudah habis, karena sudah kehilangan kepercayaan diri, takut dia akan mengalami peristiwa yang sama, sebab peristiwa PHK itu peristiwa yang berat sekali menampar dirinya. Dan dia takut kalau dia mengulang apalagi memulai karier yang baru yang belum dia begitu paham terus dia mengalami kegagalan akibatnya dia harus menanggung rasa malu yang besar begitu.
IR : Dalam menghadapi keadaan seperti itu Pak Paul apakah bisa kalau seorang istri itu membekali atau mencari teman untuk menasihati suaminya?
PG : Boleh saja, asalkan memang teman itu teman yang bisa diterima oleh si suami, namun sebetulnya di sinilah peran istri yang paling penting. Tadi saya sudah singgung bahwa kita harus menyaari prosesnya dampak PHK pada keluarga.
Bahwa si suami itu cenderung mengisolasi diri, waktu dia mengisolasi diri karena kehilangan dirinya, dia akhirnya menjauhkan diri dari istrinya, dia menjadi orang yang tertutup. Ada kecenderungan suami-suami ini justru makin tidak mau cerita, karena ini hal yang sulit sekali bagi dia untuk dibagikan dengan orang lain, sebab hal yang sangat memukul dia, membuat dia merasa kehilangan dirinya, kehilangan siapa dirinya jadi untuk dia menceritakan kepada istrinya pun tidaklah begitu mudah. Sehingga adakalanya si istri panik karena seperti kita sudah singgung pada kali yang terakhir bahwa si istri justru mendapatkan harga dirinya, makna dirinya dari relasi tersebut. Nah tiba-tiba sekarang hubungannya dengan si suami terputus, nah si suami kehilangan diri atau harga dirinya, si istri juga tiba-tiba merasa yang sama dia kehilangan harga dirinya. Karena hubungannya yang tadinya akrab tiba-tiba sekarang terputus nah ini menggoncang dia, maka PHK kalau tidak hati-hati dicermati dan ditanggapi bisa benar-benar menghancurkan keluarga, dampaknya sebetulnya berat sekali.
GS : Saya melihat dampaknya bukan hanya terhadap hubungan antar manusia Pak Paul, memang dia bisa meninggalkan istrinya, bahkan anak-anaknya tapi ada beberapa orang juga yang justru menyalahkan Tuhan dalam hal ini. Dia merasa Tuhan membiarkan dia mengalami peristiwa semacam ini.
PG : Bisa sekali Pak Gunawan apalagi pertanyaannya sebetulnya bukan hanya satu tapi dua terhadap Tuhan. Yang pertama adalah mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi, artinya mengapa Tuhan mebiarkan saya di-PHK.
Namun yang kedua ini yang lebih serius, kalau setelah di-PHK dia berupaya mencari pekerjaan dan tidak berhasil selama berbulan-bulan, pertanyaan yang kedua akan timbul yaitu Tuhan mengapa engkau tidak mendengar doaku, Tuhan mengapa Engkau tidak menolong aku, di manakah kebenaran janjiMu. Nah justru pertanyaan yang kedua ini yang lebih mematikan.
GS : Nah itu bagaimana Pak Paul kalau sudah sangat serius seperti itu apa yang bisa dilakukan atau orang lain lakukan terhadap korban PHK itu?
PG : Sebelum kita keluar, kita harus memperkuat yang di dalam dulu yaitu apa? Begini di sini si istri melihat bahwa si suami mulai menjauhkan diri, nah jangan panik, bahwa si suami bukan sedng menolak dia, bukan dia sedang menghempaskan dia keluar dari kehidupan si suami tapi si suami mengalami kesulitan membagi dirinya jadi langkah berikutnya adalah si istri harus tetap mendekati si suami, mengajak si suami untuk jalan-jalan, malam hari berduaan, misalkan tidak bisa makan di restoran, tidak bisa makan di mana-mana eh.....kita
makan es krim saja atau es dawet atau apa, jadi terus memberikan suatu sentuhan-sentuhan kepada si suami. Sehingga akhirnya si suami tidak bisa tidak menangkap isyarat dari si istri bahwa si istri sedang bersama dengan dia dan si istri terus membangunkan semangatnya bahwa ini bukan masalah kemampuanmu tapi masalah ini memang yang sedang hilang yang sedang tidak ada di pihak kita tapi engkau mampu, jadi ini terus menguatkan rasa percaya dirinya. Yang kedua adalah si istri dan suami mulai harus memikirkan langkah kreatif, tadi Pak Gunawan sudah singgung tentang seorang pengemudi yang bisa menjadi seorang tukang kayu. Jadi di sini dituntut kreatifitas misalkan si istri bisa masak atau si suami bisa masak, bisa misalnya buka warung atau buka kedai makan misalkan jadi benar-benar kreatif untuk bisa menutupi lubang, apakah ini akan permanen atau tidak, tidak tahu. Nah mungkin si suami berkata: "Masak saya harus menjadi tukang masak seumur hidup saya," nah kita harus beritahu kepada si suami, ini tidak berarti engkau selama-lamanya akan jadi tukang masak. Tapi yang harus kita sadari sekarang ini kita harus melakukan sesuatu jadi kreatif melakukan apa saja yang kita bisa lakukan selama jalannya itu jalan yang betul. Dan yang ketiga adalah meskipun kita belum melihat pemenuhan janji Tuhan, kita tidak meninggalkan Tuhan sebab janji Tuhan itu pasti terpenuhi namun kapannya memang tidaklah kita ketahui begitu Pak Gunawan dan Ibu Ida.
IR : Apakah benar Pak Paul bahwa seorang wanita itu lebih tabah dalam menghadapi masalah daripada seorang pria?
PG : Cenderungnya begitu karena wanita itu mempunyai yang kita sebut daya tahan yang tinggi endurance level yaitu kemampuan menahan sakit untuk waktu yang panjang. Pria kesulitan menahan sakt untuk jangka waktu yang panjang, pria bisa menahan sakit yang besar tapi jangka waktunya pendek, kalau wanita bisa menahan sakit untuk jangka waktu yang panjang.
Nah makanya saya melihat peranan wanita yang sangat besar di sini untuk bisa terus mengangkat si pria. Sebab kecenderungannya adalah pria lebih mudah putus asa dalam hal seperti ini, mungkin wanita lebih sering (maaf ya) mungkin lebih sering marah, lebih sering ngomel, lebih sering mengeluarkan emosinya tapi sebetulnya dia lebih bisa bertahan. Saya mau memberikan satu Firman Tuhan Pak Gunawan dan Ibu Ida diambil dari
Mazmur 91, "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya." Ini
Mazmur 91:14-15. Saya suka sekali dengan perkataan hatinya melekat kepada-Ku dan ia mengenal nama-Ku, jadi kuncinya adalah pada masa PHK ini hati kita terus melekat pada Tuhan dan kita mengenal siapa Tuhan kita, bahwa nama Tuhan kita adalah penyelamat, Yesus adalah penyelamat dan Dia adalah penolong kita. Jadi kita terus berseru kepadaNya dan Tuhan berjanji Dia akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan. Orang yang depresi, orang yang tertekan seolah-olah dadanya sesak, jadi memang Firman Tuhan menggunakan istilah yang sangat grafik sekali di sini tapi Tuhan berkata Dia akan menyertai kita dalam kesesakan dan Dia akan meluputkan kita dan memuliakan kita, jadi tugas kita terus melekat dengan hati Tuhan, terus mencari kerajaan sorga dan kebenarannya, seperti janjiNya maka Dia akan menambahkan. Saya mempunyai teman yang selama lebih dari setahun di-PHK, ini di Amerika Serikat waktu Amerika mengalami resesi yang berat beberapa tahun yang lalu istrinya bekerja sebagai suster, malam hari sampai pagi hari, anaknya ada 5 luar biasa beratnya tanggungan mereka, si suami benar-benar susah sekali tapi mereka terus berdoa dan mereka terus bertahan dalam Tuhan. Dan suami fleksibel, luwes, kreatif, dia seorang insinyur tidak ada pekerjaan lagi sebagai seorang insinyur akhirnya dia membuka suatu usaha baru yaitu mencetak buku telepon atau directory book untuk kalangan Kristen di kotanya dan akhirnya Tuhan memberkati usahanya itu sehingga dia bisa bangkit kembali. Jadi memang diperlukan sekali ketabahan dan diperlukan sekali kerelaan untuk mencoba yang baru dan yang lainnya begitu.
IR : Ya memang janji Tuhan Pak Paul, di dalam kita mengalami kesesakan, di dalam menghadapi masalah kalau kita dekat dengan Tuhan, Tuhan akan memberikan kekuatan dan akan memberikan jalan keluar.
PG : Betul sekali Bu Ida, itulah tumpuan kita satu-satunya.
GS : Ya, jadi memang kita bersyukur, bahwa kita diselamatkan oleh Tuhan bukan hanya jiwa kita nanti karena kita sudah meninggal tapi saya percaya bahwa di dunia ini pun Tuhan memeliharakan kita sebagaimana janjinya.
Jadi demikianlah tadi para pendengar sekalian, telah kami persembahkan sebuah perbincangan seputar pemutusan hubungan kerja, walaupun kita tidak mengharapkan tetapi perbincangan ini mengajak kita untuk mencoba mempersiapkan kalau hal itu menimpa kehidupan kita. Tadi kita sudah berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.END_DATA