Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yaitu tentang "Mengenal Anak Melalui Karyanya". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
VA : Gambar yang dibuat oleh anak ini, kita bukan mau menilai menurut nilai artistik, sebagaimana kita orang dewasa ini. Tapi apa yang dia gambarkan itu menunjukkan isi hatinya. Jadi seandainyakita mengatakan, "Coba kamu gambarkan tentang dirimu sendiri," kemudian dia menggambarkan dirinya sendiri, bentuk muka yang sederhana tapi dia mencorat-coret mukanya, itu menunjukkan kalau dia sedang marah dengan dirinya, begitu sedih dengan dirinya, harga dirinya tidak ada.
VA : Mungkin itu salah satu yang menunjukkan kemarahan di dalam dirinya.
VA : Mungkin ada gambar yang semuanya menggunakan warna merah, itu juga menunjukkan kalau dia marah. Mungkin juga menggunakan warna hitam. Ada anak kecil yang disuruh menggambar tentang ayahnya ayahnya digambar seperti memakai topengnya iblis, karena begitu marahnya dia kepada papanya, papanya suka memukuli dia, menyakiti dia.
Jadi dia gambarkan seperti itu, papanya seperti membawa garpu yang besar, garpu itu yang akan menusuk orang lain.VA : Betul. Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sangat menguasai hatinya yaitu ibu yang seperti raksasa itu, bahkan dibuat matanya melotot karena itulah yang ada di dalam pikirannya, ibunya elalu marah dengan mata yang melotot, padahal anggota tubuh yang lainnya kecil-kecil, itu yang tidak mengganggu dalam pikirannya.
VA : Ada anak yang beberapa anggota tubuhnya dihilangkan, bukan hanya tangan mungkin bagian tubuhnya juga tidak ada, dan anak yang seperti itu adalah anak karena korban kekerasan seksual. Jadi agian itu adalah bagian yang dia tidak mau hadapi, bagian yang menyakitkan hatinya.
Secara tidak sadar dia mau membuang.VA : Tidak. Dia juga bisa menggambar tentang pohon, tentang rumah di mana dia tinggal. Biasanya "Coba gambarkan keadaan keluargamu" dia bisa menggambar keluarga sedang berbuat apa, saya pernah enyuruh seorang anak menggambar sesuatu di keluargamu.
Dia bisa menggambar sedang duduk di situ, di lantai menonton TV, mamanya tidak ada dan dia sendirian, saya bertanya, "Apa maksudmu di sini ?" Kemudian dia langsung menceritakan, dia selalu merasa sendirian saat berada di rumah karena mamanya sibuk dengan berbagai hal dan papanya tidak ada. Lalu saya tanyakan, "Apa yang kamu inginkan ?" Dia menginginkan gambar di sebelahnya ada papanya, nonton TV bersama dia. Dari gambaran itu mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya.VA : Betul.
VA : Kalau pohon, umpamakanlah dirimu seperti ada buahnya dan bagi anak mungkin pohon yang tidak ada apa-apanya, jadi pohonnya kosong menunjukkan tidak ada apa-apanya tapi kalau dia bisa mengunkapkan pohon yang ada banyak buahnya, itu mengungkapkan bahwa ada banyak hal yang ada di dalam dirinya yang bisa diberikan kepada orang.
VA : Yang bisa mengungkapkan perasaannya, bisa menggunakan malam(lilin) atau pledo. Jadi dia bisa membentuk sesuatu dan itu mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya dalam bentuk-bentuk itu.
VA : Jadi dia bisa membentuk dan bentuk itu tidak harus berbentuk apa. Jadi buatlah sesuatu, seandainya anak ini tukang marah, bentuklah sesuatu yang menunjukkan dia marah, jadi dia bisa membenuk "inilah marah" , lalu buatlah satu bentuk orang yang membuat dia marah, yang dia anggap selalu mengganggu dia.
Jadi apa itu dan tidak selalu berbentuk orang, itu menunjukkan emosinya, menunjukkan apa yang ada di dalam dirinya melalui karya-karya itu.VA : Tidak, mungkin hanya berbentuk gumpalan.
VS : Betul. Apa maksudnya ? Mungkin ini menunjukkan kemarahannya, ini monsternya.
VA : Dengan sendirinya, buatlah bentuk dirimu sendiri waktu bayi, seandainya anak ini sudah berumur 10 tahun tapi dia selalu merasa ditolak oleh orang tuanya, buatlah dirimu seperti bayi. Dia aan membentuk-bentuk dirinya kecil, lalu kita tanya apa yang terjadi dengan bayi ini, mungkin dia akan menceritakan kalau bayi ini tidak ada yang menyayangi, tidak ada yang mau, lalu bentuklah dirimu sendiri tentang sesuatu yang lain, apa yang mengganggu dia.
VA : Ini menunjukkan sesuatu bahwa dia ini sebetulnya merasa gemas, marah dan ini ditunjukkan di situ.
VA : Dan itu tidak apa-apa, mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya.
VA : Juga bisa menggunakan lambang-lambang, seperti orang dewasa ada lambang salib ada lambang-lambang tentang Tuhan Yesus, dia juga bisa melambangkan apa itu salib, dia menggunakan lambang tenang sesuatu, mungkin dengan binatang yang menakutkan.
VA : Kita sudah sediakan di situ dan kita menyuruh mereka memilih dan suruh meletakkan di mana.
VA : Jadi kita menyuruhnya misalnya anak mengalami trauma karena orang tua berpisah dan dia sekarang baru pindah rumah bersama mamanya dan papanya di rumah yang lain. Coba letakkan ini lambang umah, rumahmu yang baru dan lambang siapa yang tinggal di sana mungkin itu orang-orang kecil.
Lalu lambang tentang papanya yang berkunjung, jadi lambang itu menunjukkan pergumulan di dalam hatinya.VA : Ya, siapa yang dilambangkan dan pergumulan dia juga kelihatan di sana.
VA : Mungkin papa yang tidak hadir di situ, dan untuk Papa tetap dilambangkan dengan orang tapi mungkin untuk tempat tinggal papa dia menggunakan batu saja. Jadi sesuatu yang tidak bisa dia kunungi dan tidak bisa dia tinggali.
VA : Jadi dari sana kita bisa melihat apa yang terjadi dan kita tanyai, "Apa yang terjadi di sini ?" dan dia menginginkan papanya kembali tapi di satu pihak tidak bisa sehingga terjadi perpisahn.
Dan itu menceritakan.VA : Ya, apa yang kamu pikirkan, apa yang terjadi di sini yang dilambangkan, apa intinya. Kita sendiri tidak bisa mengartikan dan si anak harus mengartikan sendiri.
VA : Jadi kita harus tanya dia, "Apa itu artinya ?" Seperti sekarang ini dia menggunakan lambang gunting, apa itu artinya ? Dia mengatakan, kalau dia melakukan sesuatu, orang tuanya selalu mengunting semua usahanya dan rasanya dia kehilangan semangat karena usahanya digunting terus, dia menggunakan lambang itu.
VA : Ada permainan yang lainnya misalkan menggunakan games.
VA : Games itu seperti menggunakan kartu, kartu apa saja. Jadi sambil bermain kartu anak itu ditanya-tanyai, sehingga dia nanti akan bercerita. Jadi anak itu tidak bisa langsung untuk menceritaan keadaannya karena anak tidak bisa langsung diajak berdiskusi seperti ini.
Pikirannya itu dengan bermain games.VA : Macam-macam. Kartu yang juga biasa kita gunakan forty-one, atau ada kartu yang kuno, akan lebih baik kalau kita menggunakan kartu-kartu yang tidak ada menang atau kalahnya.
VA : Betul. Ada juga kartu-kartu perasaan yang dipakai, jadi ada kartu-kartu yang menggambarkan perasaan-perasaan, jadi kita bisa mengatakan, "Pilihlah perasaanmu hari ini" dan dia menunjukkan perasaan menangis, kemudian kita bertanya, "Kenapa kamu mengambil perasaan yang menangis ini ?"
VA : Biasanya saya mengatakan, "Pilihlah kartu yang menunjukkan perasaanmu hari ini". Dan dia akan memilihnya.
VA : Kartu itu saya gunakan untuk anak yang sudah agak besar, jadi maksudnya sambil kita bermain, kita juga bercerita. Dengan kata lain dia konsentrasinya bukan pada cerita untuk mengungkapkan erasaan hatinya, tapi bermain.
Sehingga sepertinya dibelokkan supaya tidak langsung seperti wawancara.VA : Betul.
VA : Kalau di ruang konseling yang banyak kacanya itu tidak mungkin, jadi kita tidak berlakukan itu.
VA : Betul.
VA : Tapi harus ada batasannya.
VA : Anak-anak saya suka membaca jadi saya menggunakan buku-buku. Dulu saya suka mengumpulkan buku untuk menceritakan kepada anak, apa yang ingin saya ajarkan kepada mereka lalu mereka bisa meneritakan diri mereka sendiri melalui karakter-karakter dalam buku itu.
VA : Ya.
VA : Mereka sangat senang sekali dengan buku-buku itu. Sehingga buku untuk anak-anak menjadi banyak sekali dan tidak bosan-bosan.
VA : Saya yang bercerita untuk mengajarkan sesuatu dan mereka sendiri juga suka untuk membaca buku, dan mereka juga bisa bermain-main yaitu bermain dengan menggunakan lambang-lambang dan di sitlah mereka bermain.
Jadi lambang juga saya gunakan.VA : Mungkin bisa dengan balok-balok tertentu, kalau seandainya dia membuat "tower" (menara) seperti yang terjadi pada 11 September , lalu menaranya ini diruntuhkan. Itu menunjukkan traumanya sat melihat di TV bahwa ada 2 menara yang runtuh, mungkin dia akan membangun menara dan meruntuhkannya.
Membangun menara lalu diruntuhkan lagi. Apa yang dia buat itu menunjukkan traumanya.VA : Itu juga bisa, dia trauma melihat tabrakan, atau dia juga pernah mengalami, itu juga bisa seperti itu .
VA : Kalau kita langsung menceritakan sesuatu kepada anak maka orang tua harus pandai bercerita. Tapi kalau ada buku, paling tidak gambarnya itu akan membuat anak menarik. Dan dalam bercerita, alau orang tua pandai bercerita, sebaiknya bercerita tentang masalah yang dihadapi oleh anak dan itu dibuat sebuah cerita.
Misalkan masalah tentang anak yang merasa tidak dicintai karena adik datang. Mungkin orang tua bisa bercerita dengan menggunakan binatang, ada binatang kecil datang tapi mamanya masih mencintai binatang yang besar dan juga masih mencintai binatang yang kecil. Jadi dengan cerita itu menampilkan bahwa mama masih mengasihi yang besar dan juga yang kecil. Jadi cerita yang dibuat khusus untuk anak itu.VA : Ya.
VA : Mungkin untuk hal itu bisa menggunakan cara yang lain. Seperti menggunakan permainan yang mengatakan bahwa, "Ayo kita mendisiplinkan" bukan anak itu tapi menggunakan simbol sebagai si ngopol.
Jadi bukan anak. Dan itu dibuat bermain, ini ada latihannya, "Ayo kita melatih si ngompol ini, supaya tidak ngompol." Agar tidak mengompol, itu harus ada ritualnya, "Bagaimana supaya tidak terjadi," dan kalau akhirnya tidak ngompol ada "chart"nya mendapat bintang-bintang. Jadi akhirnya bermain, sambil bermain sambil melatih.VA : Karena dia takut.
VA : Lewat permainan "Ayo kita melatih si ngompol" jadi si ngompol dibuat nama yang menarik.
VA : Ya menggunakan bintang-bintang. Kalau dalam satu minggu hanya menghasilkan satu, kita sudah bersyukur karena nanti akan bertambah lagi dan bertambah lagi.
VA : Harus dimulai dengan hal-hal yang kecil. Jadi mulai dengan satu saja sudah bagus.
VA : Bisa dilakukan. Jadi menggunakan permainan yang ada nama-namanya. Juga untuk anak yang tukang marah, kita bisa menggunakan gambaran monster yang sedang marah dan sebagainya dan mungkin dibri nama si marah.
Jadi sewaktu malam kita memasukkan si marah ini ke dalam dos, sebelum tidur si marah dimasukkan ke situ lalu ditutup, berarti marah itu bisa dikendalikan. Kalau dia mau marah, permainan ini ditunjukkan lagi, jadi seperti lampu merah, hati-hati ini marahnya mau keluar dan dimasuk-masukkan lagi.VA : Ada jamnya, diberitahu kepada si marahnya, kalau pada jam tertentu tidak boleh keluar, waktu itu harus ditentukan yang disetujui oleh orang tua dan anak. Jadi dilatih, mungkin si marah kelarnya malam saja, yang biasanya tidak marah, malah disuruh marah, dan kalau siang hari si marah keluar, tapi dilatih untuk tidak keluar.
Sehingga kemarahannya dikendalikan, jadi ada waktu untuk marah dan ada waktu untuk tidak marah. Akhirnya anak belajar ternyata kemarahannya itu bisa dikendalikan, bukannya keluar dengan sendirinya tapi bisa dikendalikan, ada waktu untuk marah ada waktu tidak marah, akhirnya dia bisa belajar tidak marah.VA : Betul.
VA : Itu baik sekali karena dengan pasir, dia bisa membentuk banyak hal. Di situ dia bisa membuat bukit, di situ dia bisa membuat rumah-rumahan dan apa saja. Di situ ada lambang-lambang dan diabisa taruh di sana.
Pasir sangat berguna sekali untuk terapi anak.VA : Maka dari itu orang tua perlu mendampingi dan melihat apa yang anak lakukan, setelah itu kita tanya, "Apa yang ada di sini, saya melihat kamu meletakkan benda ini di sini dan kamu menyembuyikan sesuatu di sini," mungkin sesuatu yang dia takuti itu yang dia sembunyikan, sesuatu yang dia tidak mau hadapi itulah yang dia sembunyikan.
VA : Betul. Dengan permainan itu menunjukkan siapa dirinya.
VA : Betul.
VA : Ya. Jadi ini bukan karya seni seperti biasanya tapi karya untuk menunjukkan siapa dirinya.
VA : Sangat bagus sekali kalau kita menggunakan cerita, bahkan kalau zaman dahulu belum ada permainan seperti sekarang. Kalau kita lihat di dalam Alkitab, orang tua zaman dahulu selalu menggunaan cerita untuk menyampaikan sesuatu.
VA : Betul.
VA : Betul. Jadi anak akan mengingat cerita itu.
VA : Ya.
GS Ibu, sebelum mengakhiri perbincangan ini, apakah ada ayat Firman Tuhan yang Ibu ingin sampaikan ?
VA : Saya baca di dalam Markus 10:14, "Sabda Tuhan Yesus, 'Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan llah'."
VA : Maksudnya adalah bahwa Yesus ini sangat senang kalau anak-anak datang kepada Yesus dan kalau anak-anak datang kepada Yesus itu bukan sesuatu yang merepotkan. Karena orang yang seperti, ana-anak itulah yang empunya kerajaan Allah.
Jadi bukan orang yang seperti anak-anak atau kekanak-kanakan tapi ketulusannya seperti anak dan hatinya terbuka seperti anak-anak, itulah yang Tuhan mau.VA : Dan waktu itu murid-murid Yesus berkata, "Jangan" tapi Tuhan Yesus menjawab, "Biarkanlah, karena anak-anak itu sangat berharga," Tuhan Yesus menyayangi anak-anak juga.
GS : Terima kasih, Ibu Vivian untuk perbincangan kali ini, saya percaya dengan perbincangan kita ini, kita akan lebih memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengenal Anak Melalui Karyanya". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Ternyata melalui karya yang telah dibuat oleh anak, kita lebih bisa mengenal anak. Mungkin untuk kita hal itu sangat aneh, karena seringkali anak membuat sesuatu tanpa dia memikirkan atau asal-asalan saja. Bagaimana kita bisa memahami hal ini?
Apa yang bisa kita ketahui dari gambar yang dibuat anak ?
Kita tidak melihat gambar yang dibuat oleh anak ini, menurut nilai artistik, sebagaimana kita orang dewasa. Tapi apa yang dia gambarkan itu menunjukkan isi hatinya. Jadi seandainya kita mengatakan, "Coba kamu gambarkan tentang dirimu sendiri," kemudian dia menggambarkan dirinya sendiri, misalkan :
- Bentuk muka yang sederhana tapi dia mencorat-coret mukanya, itu menunjukkan kalau dia sedang marah dengan dirinya, begitu sedih dengan dirinya, harga dirinya tidak ada.
- Atau warna yang dipakainya, misalkan warna merah atau hitam semua, itu menunjukkan kemarahannya.
- Bentuk gambar, misalkan dia menggambar ibunya yang suka melotot maka dia akan menggambar sesuatu yang matanya besar dan bentuk tubuh yang lain kecil, itu menunjukkan bahwa mata yang melotot itu yang paling dia ingat.
Tidak semua anak suka menggambar, maka kita bisa menggunakan alat-alat seperti :
- Malam atau pledo. Dalam menggunakan pledo ini seringkali anak hanya membentuk gumpalan, tapi sekali lagi kita jangan melihat bentuk artistiknya namun apa artinya itu, dan kita tanya kepada anak, apa artinya?
- Lambang-lambang dan kita menyuruh meletakkan lambang-lambang itu. Misalnya anak mengalami trauma karena orang tua berpisah dan dia sekarang baru pindah rumah bersama mamanya dan papanya di rumah yang lain. Coba letakkan lambang rumah, rumahmu yang baru dan lambang siapa yang tinggal di sana mungkin itu orang-orang kecil. Lalu lambang tentang papanya yang berkunjung, jadi lambang itu menunjukkan pergumulan di dalam hatinya.
- Kartu. Kartu bisa bermacam-macam seperti forty-one atau kartu tentang perasaan. Kita bisa bertanya "Bagaimana perasaanmu hari ini?" dan dia bisa memilih salah satu kartu perasaan itu yang menunjukkan perasaan itu. Dan dari situ kita bisa berkomunikasi dengan dia.
- Gunting. Ada anak yang mengambil gunting karena apa pun yang dia perbuat, orang tuanya selalu menggunting. Dan itu sangat membekas kepada anak.
Jadi kita harus selalu bertanya "Apa artinya itu?" kita tidak bisa mengetahui isi hati anak, sehingga anaklah yang harus mengungkapkan isi hatinya dan dari situlah kita tahu apa yang sedang anak rasakan. Maka kita harus lebih aktif bertanya.
Tuhan Yesus sering menggunakan cerita sebagai sarana untuk menyampaikan ajaranNya. Kita juga bisa menggunakan cerita untuk mendekatkan diri dengan anak. Oleh sebab itu orang tua perlu belajar bercerita. Seringkali kita beranggapan bahwa kita orang tua sulit untuk bercerita karena tidak mempunyai pengalaman bercerita. Maka kita bisa menggunakan buku penuntun karena dengan menggunakan buku, anak-anak akan lebih bisa mengingatnya karena di dalam buku itu ada gambar-gambar yang bisa dilihatnya. Kalau orang tua tidak menggunakan buku, maka orang tua harus lebih lebih kreatif dalam menyampaikan cerita.
Firman Tuhan :
Markus 10:14, "Sabda Tuhan Yesus, 'Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah'."
Maksudnya adalah bahwa Yesus ini sangat senang kalau anak-anak datang kepada Yesus dan kalau anak-anak datang kepada Yesus itu bukan sesuatu yang merepotkan.