Mengenal Anak Melalui Karyanya

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T245B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo
Abstrak: 
Tanpa kita sadari karya anak menunjukkan apa yang mereka alami dan apa yang mereka harapkan. Bagaimana kita bisa mengetahui atau membaca karya itu? Sebagai orang tua apa yang harus kita lakukan untuk lebih dekat dengan anak? Di sini akan dibahas, dan kita bisa belajar dari Ibu Vivian.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ternyata melalui karya yang telah dibuat oleh anak, kita lebih bisa mengenal anak. Mungkin untuk kita hal itu sangat aneh, karena seringkali anak membuat sesuatu tanpa dia memikirkan atau asal-asalan saja. Bagaimana kita bisa memahami hal ini?

Apa yang bisa kita ketahui dari gambar yang dibuat anak ?
Kita tidak melihat gambar yang dibuat oleh anak ini, menurut nilai artistik, sebagaimana kita orang dewasa. Tapi apa yang dia gambarkan itu menunjukkan isi hatinya. Jadi seandainya kita mengatakan, "Coba kamu gambarkan tentang dirimu sendiri," kemudian dia menggambarkan dirinya sendiri, misalkan :

  1. Bentuk muka yang sederhana tapi dia mencorat-coret mukanya, itu menunjukkan kalau dia sedang marah dengan dirinya, begitu sedih dengan dirinya, harga dirinya tidak ada.
  2. Atau warna yang dipakainya, misalkan warna merah atau hitam semua, itu menunjukkan kemarahannya.
  3. Bentuk gambar, misalkan dia menggambar ibunya yang suka melotot maka dia akan menggambar sesuatu yang matanya besar dan bentuk tubuh yang lain kecil, itu menunjukkan bahwa mata yang melotot itu yang paling dia ingat.

Tidak semua anak suka menggambar, maka kita bisa menggunakan alat-alat seperti :

  1. Malam atau pledo. Dalam menggunakan pledo ini seringkali anak hanya membentuk gumpalan, tapi sekali lagi kita jangan melihat bentuk artistiknya namun apa artinya itu, dan kita tanya kepada anak, apa artinya?
  2. Lambang-lambang dan kita menyuruh meletakkan lambang-lambang itu. Misalnya anak mengalami trauma karena orang tua berpisah dan dia sekarang baru pindah rumah bersama mamanya dan papanya di rumah yang lain. Coba letakkan lambang rumah, rumahmu yang baru dan lambang siapa yang tinggal di sana mungkin itu orang-orang kecil. Lalu lambang tentang papanya yang berkunjung, jadi lambang itu menunjukkan pergumulan di dalam hatinya.
  3. Kartu. Kartu bisa bermacam-macam seperti forty-one atau kartu tentang perasaan. Kita bisa bertanya "Bagaimana perasaanmu hari ini?" dan dia bisa memilih salah satu kartu perasaan itu yang menunjukkan perasaan itu. Dan dari situ kita bisa berkomunikasi dengan dia.
  4. Gunting. Ada anak yang mengambil gunting karena apa pun yang dia perbuat, orang tuanya selalu menggunting. Dan itu sangat membekas kepada anak.

Jadi kita harus selalu bertanya "Apa artinya itu?" kita tidak bisa mengetahui isi hati anak, sehingga anaklah yang harus mengungkapkan isi hatinya dan dari situlah kita tahu apa yang sedang anak rasakan. Maka kita harus lebih aktif bertanya.

Tuhan Yesus sering menggunakan cerita sebagai sarana untuk menyampaikan ajaranNya. Kita juga bisa menggunakan cerita untuk mendekatkan diri dengan anak. Oleh sebab itu orang tua perlu belajar bercerita. Seringkali kita beranggapan bahwa kita orang tua sulit untuk bercerita karena tidak mempunyai pengalaman bercerita. Maka kita bisa menggunakan buku penuntun karena dengan menggunakan buku, anak-anak akan lebih bisa mengingatnya karena di dalam buku itu ada gambar-gambar yang bisa dilihatnya. Kalau orang tua tidak menggunakan buku, maka orang tua harus lebih lebih kreatif dalam menyampaikan cerita.

Firman Tuhan :
Markus 10:14, "Sabda Tuhan Yesus, 'Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah'." Maksudnya adalah bahwa Yesus ini sangat senang kalau anak-anak datang kepada Yesus dan kalau anak-anak datang kepada Yesus itu bukan sesuatu yang merepotkan.