Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini bersama Ibu Wulan, S.Th. akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengapa Tuhan Mempertemukan Kami", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul ada orang yang berpendapat bahwa jodoh itu di tangan Tuhan, bagaimana tanggapan Pak Paul terhadap ungkapan seperti itu?
PG : Begini Pak Gunawan, kalau kita berkata bahwa jodoh itu di tangan Tuhan, itu adalah suatu pernyataan bahwa Tuhanlah yang berdaulat atas hidup ini, sehingga bukan saja jodoh di tangan Tuhan api segala hal yang terjadi di dalam kehidupan kita ini semua ada di tangan Tuhan, dalam kedaulatan Tuhan.
Tidak ada sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini di luar kedaulatan atau penguasaan Tuhan sendiri. Jadi kira-kira seperti itulah maknanya, namun dalam pengertian kita tentang jodoh itu di tangan Tuhan, kita memaknainya seperti ini bahwa meskipun itu dalam kehendak Tuhan namun Tuhan memberikan andil kepada manusia untuk berpartisipasi dalam mewujudkan kehendak Tuhan itu. Sehingga dalam perjodohan kita ini tidak diam, tidak hanya menantikan Tuhan berbuat sesuatu membawa seseorang ke dalam kehidupan kita dan kita berkata inilah jodoh yang Tuhan berikan kepada kita, tidak. Pengertian dalam kehendak Tuhan, kita ini diberikan kesempatan dan juga andil untuk berpartisipasi dalam mewujudkan kehendak Tuhan itu.
GS : Itu berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus maupun tidak, Pak Paul?
PG : Betul, dalam pengertian ini bahwa Tuhanlah yang memegang kendali penuh atas semua kehidupan dan aktifitas di dalam dunia ini ya, semua hal yang terjadi memang dalam kedaulatan Tuhan sendir, pertanyaan berikutnya adalah apakah semua pernikahan itu adalah pernikahan yang Tuhan setujui dalam pengertian kehendak itu sesuatu yang terjadi tidak ada yang di luar penguasaan Tuhan.
Namun kalau kita masuk ke point berikutnya apakah semua pernikahan itu disetujui oleh Tuhan, ternyata tidak Pak Gunawan.
GS : Kalau begitu pasti ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi sebuah pernikahan itu disetujui atau dikehendaki oleh Tuhan atau pun tidak?
PG : Betul sekali, dan syaratnya sebetulnya Alkitab hanya memberikan dua. Yang pertama Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang percaya, dengan ssama orang yang sudah ditebus oleh darah Tuhan Yesus Kristus.
Maka di
1 Korintus 7:39 Rasul Paulus memberikan nasihat bahwa kalau seseorang kehilangan pasangannya karena kematian, boleh menikah lagi dengan siapapun yang dikehendakinya asalkan dia orang percaya. Dalam terjemahan Alkitab yang lain ditulis asalkan dia orang yang di dalam Kristus. Yang kedua adalah saya ambil dari
Kejadian 2:18, di sana dikisahkan tentang penciptaan Hawa. Nah kita tahu bahwa Hawa bukan hanya sembarang manusia tapi adalah istri Adam, jadi memang penciptaan Hawa itu harus dilihat dari dua konteks. Konteks penciptaan manusia yang selanjutnya tapi juga dalam konteks pernikahan, ini adalah istri yang Tuhan bawa dalam kehidupan Adam. Istilah yang Tuhan gunakan adalah seorang penolong yang sepadan bagi Adam. Berarti kalau kita boleh menggunakan ayat ini sebagai kriterianya, Tuhan menghendaki kita ini menikah dengan yang cocok, yang sepadan dengan kita, yang bisa terlibat dalam relasi saling tolong sehingga kita mendapatkan bantuan, masukan dari pasangan kita dan demikian pula sebaliknya. Nah dua syarat inilah yang Tuhan sudah tetapkan, jadi kalau kita keluar dari dua syarat ini berarti itu adalah pernikahan yang tidak Tuhan setujui.
WL : Pak Paul, berkaitan dengan pernikahan yang dikehendaki Tuhan, apakah Pak Paul bisa menjelaskan perbedaannya dengan area ketetapan Tuhan. Ketetapan Tuhan yang saya mengerti seperti keselamatan, orang ini dipilih atau tidak dipilih. Saya merasa perlu dijelaskan lebih lagi berkaitan juga dengan pertanyaan Pak Gunawan. Tidak sedikit orang Kristen yang meyakini bahwa memang benar-benar si A jodohnya itu pasti si B. Saya juga pernah membaca sebuah buku yaitu pengalaman seorang Jepang, benar-benar mengasumsikannya seperti itu, bahwa dia yakin di suatu hari kelak di satu hutan tertentu dia akan bertemu dengan jodoh yang ini. Nah, masalahnya kalau ternyata bukan. Saya sendiri juga pernah mengalami, suatu hari di perayaan Natal di gereja lain, tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri saya, saya sedang telepon kemudian pria ini berkata: "Kamu adalah jodoh yang dikehendaki oleh Tuhan buat saya," saya terkejut luar biasa, "bagaimana bisa tahu bahwa saya ini jodoh buat kamu. Saya belum kenal kamu, kamu pun belum kenal saya," Pak Paul mungkin bisa menolong untuk menjelaskan?
PG : Contoh Ibu Wulan itu contoh yang baik sekali yaitu contoh penyalahgunaan kehendak Tuhan. Jadi kita mesti berhati-hati agar kita tidak mengklaim inilah kehendak Tuhan, meskipun kita belum mmpunyai buktinya.
Saya pernah mempunyai seorang teman yang mendapatkan pinangan yang sama seperti yang pernah Ibu Wulan alami dulu. Pria ini datang kepadanya dan berkata: "Dalam doa saya mendapatkan wahyu dari Tuhan bahwa engkaulah jodoh untukku." Nah, jawabannya dia adalah sangat baik, dia berkata: "OK, saya akan doakan dan kalau Tuhan juga memberikan wahyu yang serupa kepada saya barulah saya yakin ini adalah kehendak Tuhan, kalau Tuhan tidak memberikan wahyu yang sama berarti memang bukan." Jadi itu salah satu cara untuk menangkal pinangan-pinangan orang yang seperti ini. Tapi yang kedua adalah Tuhan meminta kita berandil di dalam mewujudkan kehendakNya bagi kita untuk menemukan pasangan hidup kita. Tuhan justru tidak menghendaki kita ini menjadi seperti orang yang pasif tidak ikut andil sama sekali, seolah-olah hanya menantikan seseorang dibawa di dalam kehidupan kita. Tidak, andil kita apa, andil kita adalah kita mesti melihat kecocokannya, kita mesti benar-benar menguji apakah relasi ini relasi yang cocok dan ujian ini harus melewati kurun yang tertentu, waktu yang tertentu agar kita bisa meyakini ya bahwa ini adalah pasangan yang cocok untuk kita. Kalau misalkan orang ini seiman dan sama-sama dalam Tuhan, tapi orang ini tidak cocok dengan kita, itu adalah pernikahan yang Tuhan tidak setujui meskipun dia seiman, namun kita dalam menjalani masa-masa perkenalan dengan dia kita pun menyadari waduh.........90% pertemuan kita itu diisi dengan pertengkaran, 10% baru tidak diisi dengan pertengkaran. Seharusnya itu sudah cukup kuat untuk memberitahukan kita bahwa ini bukanlah relasi yang cocok, bukan relasi yang sepadan. Memang sebetulnya kehendak Tuhan itu bisa kita lihat dari berbagai level, meskipun dari mata Tuhan kehendak Tuhan hanya satu tapi dari kacamata manusia seolah-olah kita bisa membeda-bedakan kehendak Tuhan dalam dua atau tiga level. Nah, level yang paling dekat dengan kehendak Tuhan adalah ketetapan langsung misalnya kelahirang Tuhan Yesus, kematian Tuhan Yesus di kayu salib itu yang saya panggil ketetapan langsung namun memerlukan kondisi artinya Tuhan memang sudah tetapkan Tuhan Yesus akan mati di kayu salin, namun ada kondisinya. Kondisinya adalah manusia-manusia itu mengambil bagian dalam mewujudkan kehendak Tuhan yaitu mereka membenci Tuhan, mereka melihat Tuhan Yesus sebagai pengacau dan harus disalibkan, sehingga akhirnya Tuhan benar-benar mati disalib. Itu ketetapan Tuhan namun manusia itu seolah-olah mempunyai bagian di situ dalam mewujudkan kehendak Tuhan. Berbeda dengan misalnya kelahiran Tuhan Yesus langsung, tulah yang Tuhan berikan kepada Mesir langsung, itu ketetapan yang benar-benar langsung. Penciptaan alam semesta ini, itu juga benar-benar ketetapan yang langsung sekali tanpa sedikit pun manusia mempunyai bagian dalam kehendak Tuhan itu. Nah, dalam level yang kedua yang tadi saya berikan contoh tentang kematian Tuhan Yesus jelas adanya andil manusia di situ, terus tentang penyebaran Injil dari Yerusalem ke Yudea dan akhirnya ke seluruh muka bumi ini, itu diawali dengan penganiayaan orang Kristen di kota Yerusalem. Memang Tuhan menghendaki murid-murid Tuhan itu pergi ke seluruh penjuru dunia tapi mereka tidak pergi. Jadi seolah-olah Tuhan itu memakai peristiwa penganiayaan itu untuk membawa murid-muridNya keluar dari Yerusalem. Tapi ada level yang ketiga, level yang yang ketiga adalah seolah-olah tidak ada ketetapan dari Tuhan maka saya sebut ketetapan tidak langsung, tetap ketetapan tapi seolah-olah Tuhan tidak turut campur dengan jelas membisikkan inilah ketetapannya, inilah yang harus terjadi. Kalau Tuhan Yesus sebelum mati Dia pun sudah berkata Dia akan disalibkan, Dia akan dibunuh, tapi dalam berpacaran dan memilih pasangan hidup biasanya itu tidak terjadi, nah seolah-olah Tuhan tidak memberikan ketetapan, sebetulnya ada namun secara tidak langsung dan Tuhan memberikan kesempatan dan andil yang sangat besar kepada manusia untuk terlibat di dalam mewujudkan dan mengetahui dengan pasti akan kehendak Tuhan ini.
WL : Pak Paul, kalau saya boleh mengerti berarti Tuhan memang memberikan hak atau kebebasan kepada manusia untuk memilih pasangannya yang manapun, dengan kata lain sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan Tuhan karena yang sering saya dengar kalau rumah tangga akhirnya berantakan cenderung menyalahkan Tuhan. Kenapa Tuhan akhirnya mengijinkan, pernikahan ini bisa terjadi kalau tidak bukankah waktu di altar itu bisa terjadi sesuatu sehingga tidak jadi menikah tapi ini Tuhan berikan kesempatan ini untuk menikah.
PG : Bu Wulan, ada satu kesalahpahaman yang sering kali dimiliki oleh kita sebagai orang percaya, kita ini beranggapan setelah kita ini percaya kepada Kristus maka hidup ini seharusnya mudah. Jdi seolah-olah tujuan hidup itu adalah kebahagiaan, dalam pengertian kemudahan, kegampangan atau keenakan, itu keliru.
Sebab yang Tuhan janjikan dan inginkan dari kita anak-anakNya adalah pertumbuhan, itu jauh menempati porsi besar dalam rencana kerja Tuhan. Justru yang namanya kemudahan, keenakan dan sebagainya, itu tidak pernah Tuhan janjikan. Maka yang Tuhan pernah katakan kalau engkau mengikut Aku, engkau harus menyangkal dirimu dan memikul salibmu, salib itu lambang kematian pada saat itu. Dengan kata lain memang ada penderitaan, ada kuk yang harus kita pikul, Tuhan berkata pikullah kuk meskipun Dia berjanji itu akan ringan. Bukan karena bebannya ringan tapi kekuatan Tuhan yang begitu besar menolong kita memikul kuk itu sehingga kuk itu tidak terlalu memberatkan kita. Tapi kuk itu sendiri bisa berat namun dengan kekuatan dari Tuhan bisa kita pikul, itu maksudnya Tuhan. Jadi intinya Tuhan tidak menjanjikan kemudahan, keenakan, kelancaran, yang Tuhan inginkan justru adalah pertumbuhan dan kita tahu sebagai manusia bahwa pertumbuhan itu terjadi melewati satu syarat. Syaratnya apa, yaitu kesusahan, krisis, pengujian, nah itu yang memang Tuhan tekankan. Jadi pertanyaan Ibu Wulan adalah bagaimana dengan orang yang sudah menikah yakin ini adalah kehendak Tuhan dan memenuhi syarat, cocok, dan juga sama-sama dalam Tuhan kok masih bertengkar, selama menikah kok masih tidak cocok, seolah-olah ini bukan kehendak Tuhan. Nah, yang pertama saya ingin koreksi adalah konsepnya dulu, kalau kita menikah mengharapkan semuanya lancar berarti kita keliru sebab Tuhan menghendaki pertumbuhan. Dan pertumbuhan biasanya harus melewati proses pengujian.
GS : Yang Pak Paul maksudkan dengan pertumbuhan itu pertumbuhan apa Pak?
PG : Pertumbuhan rohani jiwa kita, jadi roh kita, jiwa kita makin hari makin matang. Misalkan kita kurang sabar, Tuhan ingin menumbuhkan kesabaran kita. Kita misalkan mudah putus asa, Tuhan ingn menumbuhkan ketangguhan kita, makanya di II Petrus dikatakan tambahkan atas imanmu itu kebajikan, tambahkan juga penguasaan diri, tambahkan juga ketabahan, dari situ nanti akan muncul kesalehan.
Kesalehan akhirnya Tuhan minta tambahkan lagi kasih kepada sesama saudara dan sebagainya. Jadi pertumbuhan baik secara rohani maupun secara karakter.
GS : Dalam rangka maksud Tuhan supaya kita bertumbuh, kadang-kadang kita melihat pada kenyataannya bahwa pasangan yang dijodohkan oleh Tuhan, yang dikehendaki oleh Tuhan itu kelihatannya aneh sekali. Jadi kalau kita tadi berbicara tentang sepadan, kalau kita lihat itu tidak sepadan, misalnya yang satu boros, yang satu sangat hemat, yang satu suka keluyuran, yang satu tidak, itu bagaimana Pak Paul?
PG : Sudah tentu prinsipnya adalah sewaktu kita menikah, kita memang mau mencari yang sepadan dalam pengertian kalau pun berbeda bedanya tidak terlalu jauh, kalau memungkinkan itu yang diutamakn.
Dan perbedaan itu tidak sampai akhirnya mengganggu dalam pengertian apakah awal-awalnya tidak mengganggu, pasti mengganggu. Namun pada masa perkenalan kita mencoba untuk mencocokkan atau menyesuaikan. Nah, harusnya sebelum kita menikah proses pencocokkan itu sudah terjadi, mesinnya sudah menyala. Kenapa penting mesinnya menyala karena setelah menikah kita akan menemukan banyak lagi ketidakcocokkan. Artinya kita memang harus siap untuk menghadapi ketidakcocokkan itu.
GS : Yang sering kali dialami oleh mereka yang berpacaran itu justru kelihatannya mereka cocok tapi tidak seiman. Karena memang lingkungannya itu yang tidak memungkinkan mereka bisa bertemu dengan orang-orang yang seiman.
PG : Tadi saya sudah singgung Pak Gunawan, bahwa dua syarat yang harus kita penuhi. Yang pertama adalah pasangan kita harus seiman, yang kedua harus cocok, nah kadang-kadang kita kurang bijaksaa kita hanya melihat faktor seimannya sehingga ketidakcocokkan kita abaikan, akhirnya celakalah yang kita alami, dalam rumah tangga sering bertengkar karena memang dasarnya kurang cocok.
Tapi kesalahan kedua yang sering kita lakukan adalah sudah cocok tapi tidak seiman, kita kompromikan nah itu pun juga bukan pernikahan yang Tuhan setujui karena faktor tidak seimannya itu ada, meskipun kita cocok. Jadi kita harus menjaga keduanya ini harus ada di dalam pernikahan kita, tapi kalau kita sudah yakin keduanya ada dalam pernikahan kita cocok dan seiman, kemudian dalam perjalanannya kita mengalami konflik kita jangan sampai menanyakan kembali, "Tuhan, apakah ini kehendakMu saya menikah dengan pasangan saya." Ini pengalaman saya pribadi juga, pada awal pernikahan kami pun juga harus melewati konflik, nah dalam konflik saya pernah bertanya: "Tuhan, saya salah memilih pasangan hidup atau tidak?" Akhirnya saya memikirkan masalah ini, waktu saya masih berpacaran dengan istri saya apakah saya meyakini ini adalah istri yang cocok dengan saya; ya, apakah dia seiman dengan saya, ya; apakah akhirnya saya simpulkan dia memang pasangan yang Tuhan sediakan untuk saya; ya, kalau begitu sudah saya harus tutup kasus ini, saya tidak boleh bertanya-tanya apakah ini pasangan yang Tuhan berikan sebab kedua syarat ini telah saya penuhi. Berarti yang saya alami dalam pernikahan saya adalah bagian pertumbuhan yang Tuhan tetapkan untuk saya dan istri saya. Nah sekarang setelah hampir 20 tahun saya menikah dengan istri saya kami menikmati relasi yang baik, tidak bisa tidak kami baru bisa melihat ke belakang dan berkata: "O.........ya, pengalaman yang dulu itu memang perlu, harus ada kalau tidak kami tidak akan menanjak, bertumbuh baik dalam karakter kami maupun kerohanian kami." Nah, dengan kata lain maksud Tuhan tercapai, di dalam pernikahan ini akhirnya masing-masing mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan itu kita tahu adalah harus menuju pada sasaran yang sama yakni menjadi serupa dengan Kristus Tuhan kita.
WL : Pak Paul, bagaimana dengan kasus-kasus yang justru tidak seiman tapi harmonis pernikahannya?
PG : Tadi saya sudah singgung, meskipun itu yang terjadi tetap itu bukan pernikahan yang Tuhan setujui.
WL : Ya, tapi agak sulit dimengerti Pak Paul, karena akhirnya banyak orang yang berargumen kalau tidak seiman kemudian menikah dan mereka gontokan-gontokan, ribut, bermasalah akhirnya kita bisa mengerti ya sudah itu kuk yang harus kamu tanggung karena kamu tidak menuruti firman Tuhan. Tapi kalau kebalikannya tidak seiman tapi tetap harmonis, nah orang akan bertanya-tanya Tuhan tidak menghukum mereka kok lalu orang akan lebih setujui maksudnya untuk kasus-kasus berikutnya mereka berkata tidak apa-apa kok kita boleh mencoba.
PG : Tuhan memang tidak menghukum, dalam pengertian Tuhan tidak bertindak secara langsung melakukan sesuatu penghukuman atau menjatuhkan sesuatu yang buruk kepada orang ini. Kenapa, ya saya tidk bisa memastikan rencana Tuhan karena saya yakin sebetulnya ada rencana Tuhan untuk setiap orang, tapi yang bisa saya katakan adalah meskipun mereka memang harmonis tapi tetap berada di luar persetujuan Tuhan.
Nah kalau sampai kita bertanya juga mengapa Tuhan seolah-olah memberkati, mereka tambah hari tambah harmonis apa yang terjadi? Nah kita bisa menyimpulkan nomor satu mereka memang harmonis, memang mereka cocok. Dan yang kedua adalah di dalam kebaikan hati Tuhan, di dalam kemurahan Tuhan, Tuhan memberikan anugerahNya kepada pasangan-pasangan ini. Sebab kenapa, sebab dari pasangan yang tidak seiman ini pun akan lahir anak-anak dan Tuhan menginginkan anak-anak ini bisa menghirup udara yang tenteram dalam keluarga. Nah maka Tuhan juga akan memberikan anugerah itu kepada keluarga tersebut yakni biarkanlah, supaya apa yakni anak-anaknya bisa menikmati ketenteraman hidup. Jadi Tuhan bukanlah Tuhan yang jahat, gara-gara kita melanggar perintahnya, kita menikah dengan yang tidak seiman maka Tuhan langsung akan kutuk sehingga anak-anaknya akan terus hidup di dalam penderitaan, tidak ada kedamaian dan sebagainya tidak selalu begitu. Ada memang yang menikah dengan yang tidak seiman, orang itu berkarakter buruk sehingga pernikahan mereka menjadi sangat-sangat penuh dengan penderitaan, ada yang seperti itu. Tapi saya juga setuju dengan Ibu Wulan, ada yang tidak seperti itu, ada yang harmonis itu adalah anugerah untuk mereka. Tuhan membiarkan itu terjadi, dan Tuhan memelihara anak-anak mereka, Tuhan ijinkan namun tetap saya tegaskan itu di luar persetujuan Tuhan. Sebab firman Tuhan sudah jelas berkata boleh menikah dengan siapa saja asalkan sesama orang percaya.
GS : Pak Paul, kalau dalam kasusnya Ayub yang istrinya itu marah-marah kepada Ayub bahkan mengatakan kamu menghujat Allahmu saja. Nah di sana kita melihat itu sebenarnya pasangan yang sama-sama beriman kepada Tuhan atau kerena ketidakcocokan atau ada faktor-faktor lain Pak Gunawan?
PG : Nah itu contoh yang baik sekali Pak Gunawan, contoh Ayub dan istrinya adalah contoh klasik manusia yang akhirnya retak di dalam penderitaan yang teramat berat. Sudah tentu istri Ayub juga dalah seorang yang saleh memang Alkitab tidak menuliskan sebelumnya, karena dikatakan di Alkitab pada masa anak-anaknya masih hidup Ayub itu ayah yang begitu mengasihi anak-anaknya, berdoa untuk anak-anaknya dan tampaknya ini keluarga yang harmonis, anak-anaknya saling mengunjungi, makan bersama penuh kedamaian jadi saya bisa menduga bahwa keluarga ini keluarga yang baik.
Taat pada Tuhan dan harmonis, tapi kenapa istri Ayub sampai berkata seperti itu, dia retak dalam tekanan yang begitu berat sehingga dia berkata kepada Ayub kenapa engkau tidak mengutuk Tuhan, kutukilah dirimu seolah-olah lebih baik kamu mati dan sebagainya. Saya kira dia retak sehingga mengeluarkan kata-kata seperti itu, bukannya dia orang yang yang seperti itu. Tapi bisa kita simpulkan juga bahwa penderitaan yang begitu berat memang membuat hubungan mereka retak, relasi mereka akhirnya tidak lagi harmonis, akhirnya mereka bertengkar. Nah apakah dari sini kita bisa katakan o.....pernikahan Ayub dengan istrinya dari awalnya memang Tuhan tidak berkati, atau Tuhan tidak setujui, tidak. Jadi kita jangan terburu-buru mengaitkan ketidakcocokkan atau pertengkaran di rumah tangga kita selalu dengan Tuhan tidak memberkati kita lagi, belum tentu. Jelas Tuhan memberkati Ayub dan keluarganya dan jelas bahwa ujian yang diberikan Tuhan kepada Ayub bertujuan untuk pertumbuhan Ayub itu sendiri dan ada rencana Tuhan yang lebih besar yang Ayub sendiri pada saat itu tidak bisa melihatnya. Tapi apakah Tuhan menarik berkatNya dari Ayub, tidak. Nah ini saya ingin sampaikan kepada para pendengar kita Pak Gunawan. Sebab saya tahu bahwa dalam penderitaan karena hubungan kita kurang harmonis, kita berkata: "Tuhan itu menarik berkatNya dari kita" belum tentu. Kalau dua-dua berjalan, takut akan Tuhan, mau menyenangkan hati Tuhan tapi kok masih ada pertengkaran itu bukan pertanda Tuhan menarik berkatNya, itu pertanda Tuhan menginginkan kita berdua bertumbuh.
GS : Berarti untuk meyakini bahwa pasangan kita itu pasangan yang Tuhan berikan, itu ada firman Tuhan yang menguatkan kita Pak Paul?
PG : Saya akan bacakan dari kitab Yohanes 14:25 dan 26 "Semua itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan iutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."
Nah yang ingin saya garisbawahi adalah Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Bukalah diri kita pada pengajaran Roh Kudus, pada pengajaran Tuhan, dalam masalah yang kita hadapi dengan pasangan kita ada pengajaran Tuhan untuk kita, Tuhan sedang mengajak kita bertumbuh, ini bukan pertanda Tuhan menarik berkatNya, jangan. Jangan terburu-buru berkata begitu, yakinlah kalau ini memang dari Tuhan pernikahan ini juga sudah kita penuhi syarat-syaratnya, ini kehendak Tuhan dan kita tidak lagi bertanya. Dan kalau kita harus bergumul itu pertanda Tuhan menginginkan kita bertumbuh.
GS : Ya berarti sejak awal kita mencari pasangan kita itu, kita harus melibatkan Tuhan di dalam hal taat kepada pimpinan Roh Kudus ini. Terima kasih Pak Paul dan Ibu Wulan untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengapa Tuhan Mempertemukan Kami." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.