Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang “Mengadakan Perubahan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Ada banyak orang yang mendambakan perubahan, sampai-sampai orang mengatakan, “Yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri" jadi itu artinya dimana pun kita berada, dalam kondisi apa pun perubahan itu kalau bukan kita atau orang lain yang mengadakan perubahan, maka mengenai diri kita yang terus-menerus berubah. Hanya masalahnya ada perubahan yang membawa kepada kebaikan dan ada perubahan yang membawa kepada kehancuran. Apakah di dalam Alkitab kira-kira ada peristiwa atau bagian peristiwa yang menceritakan tentang hal itu, Pak Paul ?
PG : Salah satu kisah menyedihkan yang kita ketahui dicatat di Alkitab adalah kisah pecahnya kerajaan Israel, ironinya perpecahan itu disebabkan oleh kecerobohan putra Raja Salomo sendiri yaitu Rehabeam dan terjadinya setelah pemerintahan Raja Salomo yang kita ketahui sangat gilang-gemilang. Sebagaimana dapat kita lihat di 2 Tawarikh 10, perpecahan itu ditimbulkan oleh keinginan rakyat akan perubahan, Rehabeam menolak permintaan mereka dan pecahlah Israel menjadi dua yaitu kerajaan Utara yang terdiri dari 10 suku dan kerajaan Selatan di bawah Rehabeam yang terdiri dari 2 suku. Jadi kita harus berhadapan dengan tuntutan perubahan, siapa pun kita baik dalam kapasitas sebagai suami istri maupun sebagai pimpinan organisasi. Ada yang berhasil mengakomodasi tuntutan namun ada pula yang gagal. Yang gagal biasanya berpandangan bahwa perubahan itu tidaklah diperlukan, sayangnya kegagalan membuahkan perpecahan baik secara terbuka ataupun tersembunyi. Itulah sebabnya sebagai pimpinan atau siapa pun kita, kita harus jeli menentukan apakah perubahan sungguh diperlukan atau tidak.
GS : Dalam hal ini bukankah pernah dinubuatkan bahwa kerajaan Israel itu akan pecah menjadi dua, Pak Paul ?
PG : Jadi sebetulnya peristiwa penubuatan itu terjadi setelah insiden rakyat datang kepada Raja Rehabeam ini. Waktu akhirnya raja mau memerangi kerajaan Utara dan memang akhirnya pernah terlibat peperangan, Tuhan akhirnya menyuruh nabinya datang dan memberitahukan kepada Rehabeam, “Jangan, ini adalah bagian dalam rencana Tuhan" namun dalam pengertian, ini sebetulnya ulah manusia tapi tidak ada yang terjadi di luar rencana Tuhan sebab nanti akan ada yang Tuhan lakukan lewat peristiwa ini. Namun kita tahu jelas ini adalah gara-gara penolakan Rehabeam untuk melakukan sebuah perubahan.
GS : Jadi sebelum kita melakukan perubahan, hal-hal apa yang perlu kita perhatikan, Pak Paul ?
PG : Sebagaimana diuraikan di ayat 4 disini, coba saya bacakan yaitu, “Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami maka sekarang ringankanlah pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami supaya kami menjadi hambamu." Tuntutan akan perubahan ini bersumber dari beratnya beban kerja yang diembankan Raja Salomo kepada mereka. Satu hal yang patut diperhatikan adalah bahwa besar kemungkinan mereka bukanlah orang Israel melainkan penduduk asli Kanaan. Saya bisa tahu itu sebab ini sebetulnya tercantum di 2 Tawarikh 8:7 -9, “Semua orang yang masih tinggal dari orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, yang tidak termasuk orang Israel, yakni keturunan bangsa-bangsa yang masih tinggal di negeri itu dan yang tidak dibinasakan oleh orang Israel, merekalah yang dikerahkan Salomo untuk menjadi orang rodi; demikianlah mereka sampai hari ini. Tetapi orang Israel tidak ada yang dijadikan budak oleh Salomo untuk pekerjaannya, melainkan mereka menjadi prajurit, atau perwira pasukan berkuda, atau panglima atas pasukan kereta dan pasukan berkuda." Jadi dari firman Tuhan ini kita tahu bahwa mereka sebetulnya bukan orang Israel melainkan penduduk asli Kanaan, namun yang menarik untuk diperhatikan adalah yang datang mewakili mereka para pekerja rodi ini adalah orang Israel sendiri yaitu Yerobeam dan yang akhirnya memisahkan diri dari kerajaan Israel juga adalah 10 suku Israel. Singkat kata, dapat diduga bahwa orang Israel sendiri melihat dan mengakui bahwa kerja rodi yang dibebankan kepada penduduk asli Kanaan memang terlalu berat. Itu sebabnya mereka bersimpati terhadap perintah penduduk asli Kanaan dan memohon keringanan kerja. Sewaktu Rehabeam meminta waktu dan memutuskan untuk berkonsultasi dengan para tua-tua yang telah mendampingi Raja Salomo. Sekilas tampak dia telah bersikap bijaksana namun kenyataan bahwa setelah mendapat nasihat mereka untuk menuruti tuntutan itu, ia kemudian berkonsultasi dengan rekan-rekannya yang sebaya dengannya, hal ini memerlihatkan bahwa sebenarnya ia memang tidak menyukai nasihat para tua-tua itu. Kenyataan bahwa ia langsung menyetujui nasihat orang muda sebayanya menunjukkan bahwa memang ia sendiri ingin menolak tuntutan perubahan. Jadi sebagai pimpinan, baik itu rumah tangga sendiri atau organisasi lainnya kita harus dapat menilai tuntutan perubahan secara tepat dan kriteria yang harus kita gunakan adalah yang pertama, apakah memang tuntutan itu beralasan. Ini mesti kita benar-benar perhatikan apakah memang tuntutan itu beralasan. Sebagaimana dapat kita lihat sesungguhnya tuntutan yang diajukan rakyat terhadap Raja Rehabeam adalah beralasan dan bahkan penasihat raja yang pernah mendampingi Raja Salomo juga mengakuinya, sayangnya Rehabeam tidak meluluskannya.
GS : Memang kalau ditinjau dari segi orang Kanaan sendiri memang beralasan, tapi bagi Rehabeam mungkin itu bukan alasan yang tepat. Dan ini yang seringkali terjadi dalam diri kita, ketika orang menuntut diadakan suatu perubahan kita sendiri merasa belum waktunya, belum tepat berubah sekarang, ini adalah masalah sudut pandang.
PG : Dan dari pihak Rehabeam dia memiliki alasan sendiri, saya menduga alasan kenapa Rehabeam tidak menghiraukan tuntutan perubahan itu dikarenakan dia menganggap enteng tuntutan tersebut, karena tuntutan itu berkembang dari para pekerja rodi yang bukan orang Israel. Inilah kesalahan yang kerap kita pun lakukan dan kita ini cenderung meneropong tuntutan akan perubahan bukan dari substansi tuntutan itu sendiri, melainkan dari siapakah yang memintanya. Saya berikan contoh, kadang kita menolak permintaan istri untuk kita melakukan perubahan karena yang meminta adalah istri atau adakalanya kita menolak permintaan anak supaya kita mengadakan perubahan karena yang meminta adalah anak. Kadang kita menolak permintaan pegawai karena yang meminta adalah pegawai orang yang kita bawahi. Kita harus memisahkan orang yang mengajukan tuntutan dari substansi atau isi tuntutan itu sendiri. Bila kita mengakui kebenaran tuntutan tersebut, maka adakanlah perubahan tidak soal siapakah yang mengajukannya. Jadi kita lihat gara-gara Rehabeam melihat orang-orang ini hanyalah budak dan bukan orang Israel, maka dia tidak mau mendengarkan dan justru dia mau menunjukkan wibawanya, jadilah musibah yang paling besar yang dialami oleh Israel saat itu yakni pecah menjadi dua.
GS: Tapi hal itu juga terjadi di dalam keluarga seperti yang Pak Paul katakan, kalau istri yang meminta maka kita berusaha menunda dan juga menolak untuk melakukan perubahan itu, tapi ketika orang lain yang menasihati kita dan akhirnya kita menjadi lebih terbuka. Jadi ini suatu pandangan yang subjektif sekali dengan siapa orang itu mengajukan permintaan kepada kita.
PG : Betul sekali. Maka kita harus mendisiplin diri untuk menilai isi dari tuntutan tersebut, jangan dasari atas orangnya, “siapa yang bicara atau minta kita melakukan sesuatu atau berubah", kalau memang isinya itu benar bahkan kalau yang minta adalah anak kita atau yang kita anggap bawahan kita, maka kita harus mendengarkan dan melakukan perubahan. Jadi kriteria pertama penting sekali bukan orangnya yang kita teropong, tapi isi atau substansi tuntutan tersebut.
GS : Bukan hanya orangnya tapi kadang caranya orang itu membawakan usulan, itu kadang-kadang sangat memengaruhi kita untuk menerima atau menolak, begitu Pak Paul.
PG : Betul. Sudah tentu kadang-kadang kita yang memberikan usulan harus pikirkan baik-baik karena kalau kita tidak pikirkan baik-baik, kalau orang tidak hati-hati justru orang akan menolak bukan karena isi, tapi karena cara kita menyampaikan.
GS : Kita tidak tahu apakah para pekerja rodi itu telah menyampaikan dengan benar kepada Raja Salomo atau mungkin menimbulkan masalah sehingga Raja Salomo menolak.
PG : Memang Alkitab tidak memiliki rekaman suara jadi kita tidak tahu pasti suara mereka, kalau kita hanya melihat dari apa yang mereka sampaikan yang dicatat di 2 Tawarikh ini saya cenderung menyimpulkan, karena mereka menghadap raja tentunya cara mereka bicara penuh rasa hormat, makanya raja awalnya tidak menunjukkan sikap marah atau apa “Kamu ini kurang ajar", tidak! Tapi raja berkata, “Tunggu nanti akan saya konsultasikan" karena nasihat yang begitu baik yang diberikan oleh para tua-tua yang mendampingi Raja Salomo sebelumnya ditolaknya, justru nasihat teman-teman sebaya diterimanya, justru itu karena dia menganggap enteng sebagaimana dikatakan, “Pekerja rodi ini kenapa harus didengarkan ?"
GS : Hal lain yang harus diperhatikan apa, Pak Paul ?
PG : Hal kedua yang harus diperhatikan dalam menentukan perubahan adalah seberapa besarnya kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan umum. Kita mahfum bahwa seringkali kepentingan pribadi tersangkut dalam kepentingan umum dan itu tidak apa-apa, jarang ada yang murni kepentingan umum tanpa ada campuran dari kepentingan pribadi. Yang terpenting adalah persentase kepentingan umum harus jauh lebih besar daripada kepentingan pribadi. Dalam kasus Rehabeam sesungguhnya mereka meminta sesuatu yang berhubungan dengan hajat orang banyak, bukan diri mereka saja, para pekerja rodi ini. Jadi kesimpulannya makin besar dampak perubahan pada orang banyak, maka makin besar perhatian yang mesti diberikan pada tuntutan tersebut. Sayang sekali Rehabeam tidak melihat hal itu. Besar kemungkinan dia beranggapan bahwa permintaan itu hanya berkenaan dengan sejumlah orang yang sebetulnya adalah kelompok minoritas di negerinya dan dia luput melihat bahwa di mata kebanyakan rakyat Israel, kepentingan itu dianggap mewakili orang banyak. Singkat kata, seyogianyalah Rehabeam melihat bahwa tuntutan itu berkenaan dengan kepentingan hajat orang banyak, sayangnya Rehabeam lebih mementingkan kepentingan pribadinya, dia ingin dilihat tegas dan berwibawa seperti ayahnya, Raja Salomo.
GS : Memang kalau perubahan itu tidak membawa sesuatu keuntungan buat kita atau kebaikan pasti kita tolak, juga di dalam keluarga, kita selalu berpikir, “Apa untungnya buat kita" kalau hanya menguntungkan pihak lain biasanya ditolak, Pak Paul.
PG : Besar kemungkinan itu yang dilihat oleh raja Rehabeam dan tidak ada keuntungannya buat dia tapi kenapa dia harus meluluskan, dia lupa bahwa permintaan para pekerja rodi ini menyangkut hajat banyak orang, dampaknya begitu luas. Kenapa kita bisa simpulkan begitu, sebab waktu akhirnya mereka putuskan untuk berontak, 10 dari 12 suku Israel memisahkan diri. Menurut saya ini benar-benar diluar dugaan Raja Rehabeam. Dia mungkin beranggapan ayahnya, Raja Salomo, begitu berkuasa dihormati oleh rakyat Israel menyatukan kerajaan Israel 12 suku, semua di bawah satu payung. Dia tidak menyangka 10 suku begitu siapnya untuk putus hubungan dengan dia. Jadi ternyata dia tidak melihat bahwa orang-orang ini mewakili rakyat yang begitu luas, sehingga waktu dia menolak permintaan orang-orang ini maka 10 suku Israel langsung angkat kaki.
GS : Memang waktu itu Rehabeam bukan hanya menolak, tetapi memberikan ancaman bahwa dia akan memberikan tekanan lebih besar lagi daripada ayahnya, Salomo.
PG : Benar sekali dia mengatakan, “Kelingkingnya lebih besar daripada pinggang ayahnya".
GS : Hal itu yang membuat orang berpikir, “Buat apa mengikuti dia", tidak ada respek lagi terhadap pemimpin seperti Rehabeam ini.
PG : Betul sekali. Jadi kadang kita lebih mementingkan diri sendiri ketimbang kepentingan orang lain, terutama orang banyak misalnya, adakalanya istri tidak memedulikan permintaan suami untuk berubah karena dia lebih mementingkan diri sendiri, atau kadang pimpinan organisasi tidak bersedia mengadakan perubahan karena takut dinilai lunak padahal tuntutan itu beralasan dan berkenaan dengan kepentingan banyak orang. Jadi penting bagi kita untuk melihat dampak perubahan pada banyak orang. Makin besar dan makin positif maka makin besar pula perhatian yang mesti diberikan pada perubahan, walaupun untuk itu kita mesti mengesampingkan kepentingan pribadi. Jadi dalam kasus Rehabeam ini seharusnya dia mengalah, kepentingan pribadinya dia kesampingkan, mungkin dia harus mengurangi kerja dan mungkin dia dapat sedikit tapi mengalah, kepentingan pribadi dikorbankan, tapi dia tidak mau dan akhirnya dia kedepankan kepentingan pribadinya dan hilanglah 10 suku dari kerajaannya.
GS : Ini memang pergumulan setiap orang yaitu menyangkal diri sendiri, seperti yang Pak Paul katakan mau tidak mau, Rehabeam harus menyangkal dirinya sendiri dan baru dia bisa memerhatikan kepentingan orang banyak. Mana mungkin dia bisa memerhatikan kepentingan orang banyak, kalau dia tidak menyangkali dirinya sendiri.
PG : Betul, Pak Gunawan dan sebetulnya seringkali Tuhan memakai orang untuk memberitahukan kepada kita hal-hal tentang diri kita yang perlu kita ubah. Waktu kita mendengarkan masukan orang dan kita coba untuk mengadakan perubahan maka yang justru diuntungkan adalah kita juga. Saya sebagai hamba Tuhan, saya melayani sekarang di sebuah gereja, kadang-kadang saya mendapatkan tanggapan misalnya tentang cara saya berkhotbah mesti lebih menarik dan relevan karena misalnya ada segolongan orang yang merasakan khotbah saya tidak nyambung atau relevan dalam kehidupan mereka, ini sebetulnya adalah tuntutan akan perubahan. Saya bisa berkata, “Ini khotbah saya, orang memuji khotbah saya tapi kamu tidak bisa menghargai khotbah saya" saya bisa berkata seperti itu, tapi kalau saya berkata begitu berarti saya menutup kesempatan untuk orang memberikan masukan kepada saya. Jadi yang saya lakukan kalau orang memberikan komentar seperti itu kepada saya, maka saya akui kalau itu benar tapi kadang saya khotbah tidak relevan untuk golongan tertentu dan lebih cocok untuk golongan yang lain lagi, maka saya akui kelemahan saya dan waktu saya mempersiapkan khotbah, saya usahakan supaya lebih relevan lagi untuk golongan ini. Jadi sekali lagi kalau kita bersedia mendengarkan dan mengorbankan kepentingan pribadi dan tidak membela diri membenarkan orang dan hanya menerima, maka ujung-unjungnya yang diuntungkan adalah diri kita sendiri.
GS : Jadi perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri dan baru akan memberikan dampak kepada orang lain, tapi apakah ada hal lain yang perlu kita perhatikan didalam kita mengadakan perubahan ini, Pak Paul ?
PG : Hal yang ketiga dan terakhir adalah yang harus diperhatikan untuk menilai tuntutan perubahan adalah dampak penolakan itu pada diri kita. Rupanya penolakan Rehabeam membuat rakyat berkesimpulan bahwa bukan saja raja tidak peduli dengan rakyat, tapi juga bahwa raja tidak berkarakter baik. Tadi yang Pak Gunawan katakan oleh para pekerja rodi ini yaitu bahwa mereka menilai raja keterlaluan waktu berkata, “Kelingking saya lebih besar daripada pinggang ayah saya", padahal dia baru naik takhta menjadi raja, masih muda dan belum ada prestasi apa-apa tapi sudah sombong, sepertinya dia lebih hebat dari ayahnya, Raja Salomo, maka pekerja rodi dan Yerobeam berkesimpulan, “Raja ini keterlaluan dan tidak punya karakter yang baik". Jadi setidaknya 10 suku di luar Yehuda dan Benyamin melihat bahwa tindakan raja yang semena-mena pada penduduk asli Kanaan bukanlah tindakan terpuji dan menjadi bukti bahwa raja tidak bersedia mendengarkan keluh kesah mereka. Pada akhirnya ketidakadilan raja kepada pekerja rodi ini membuat mereka tidak lagi dapat menghormatinya.
GS : Jadi disini timbul empati atau simpati suku-suku Israel ini terhadap orang Kanaan yang ditindas itu, Pak Paul?
PG : Betul. Saya menduga mereka sudah cukup lama kasihan, tapi karena Raja Salomo sangat kuat pemerintahannya dan memunyai banyak sekali keberhasilan jadi mungkin sekali rakyat diam dan tidak berani bicara, tapi dalam hati mereka tidak tega melihat para pekerja rodi diharuskan bekerja sebegitu kerasnya oleh Raja Salomo, maka pada waktu Raja Salomo wafat dan digantikan anaknya, mereka datang kepada anaknya meminta keringanan dan rupanya ini didukung oleh 10 suku Israel itu.
GS : Kalau itu terjadi di dalam organisasi atau negara seperti itu, kalau di dalam rumah tangga seperti apa, Pak Paul ?
PG : Sebagai suami kita pun harus jeli melihat bagaimana istri dan anak memandang kita, jika kita menolak permintaan mereka untuk berubah maka kita harus menyadari, jika penolakan untuk mengadakan perubahan membuat orang memandang kita tidak berintegritas, berilah perhatian yang besar untuk mengadakan perubahan. Jadi seringkali penolakan mengkomunikasikan kepada orang tentang siapakah diri kita itu, jadi kita harus berhati-hati. Misalkan anak kita meminta kita berubah dan kita tidak mau meluluskannya, maka anak kita nanti bisa menilai kita bahwa kita ini orang yang kaku dan tidak sayang anak dan sebagainya, jadi harus hati-hati. Saya tidak mengatakan kalau kita harus selalu meluluskan permintaan orang untuk berubah, tapi setidaknya ketika kita menolak, mereka tidak akan menuduh bahwa kita tidak berintegritas atau berkarakter buruk.
GS : Tapi bagaimana kalau usulan istri atau anak menurut kita tidak pantas untuk kita lakukan atau di luar kemampuan kita pada saat itu, Pak Paul ?
PG : Kita bisa memberikan jawaban yang jujur dan tepat dengan alasan yang kuat, kenapa rakyat akhirnya berbalik melawan Raja Rehabeam karena jawabannya itu, sewaktu dia berkata, “Kelingkingku lebih besar daripada pinggang ayahku". Bagi rakyat karakter itu kurang baik. Jadi sekali lagi saya tidak berkata, kita harus selalu meluluskan permintaan istri dan anak untuk kita selalu berubah, tapi kalau kita harus menolaknya hendaklah penolakan itu memang penolakan yang benar, yang baik dan keluar dari kehidupan kita yang berintegritas sehingga orang tidak bisa menuduh kita, “Lihat jawabannya, penolakannya memang dia orang yang begitu" maka itu tambah merusakkan. Jadi prinsip yang ketiga yang saya sebut adalah kita harus memerhatikan dampak penolakan itu pada diri kita, kalau kita menolak kita harus sadar dampaknya apa pada diri kita, jangan sampai orang melabelkan kita tidak berakhlak atau tidak berkarakter.
GS : Jadi katakanlah usulan perubahan itu dibawakan secara salah oleh orang yang mengajukan perubahan itu, tapi kalau jawaban kita juga keliru maka akan memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah baru, bertambah ruwet. Mungkin kalau disampaikan dengan baik dan diterima dengan baik, maka tidak akan terjadi seperti itu. Pak Paul, pelajaran apa yang bisa kita tarik dari peristiwa yang sangat menyedihkan itu ?
PG : Siapapun dan apa pun jabatan yang dipangku pada umumnya kita harus berhadapan dengan tuntutan akan perubahan, memang tidak selalu mudah untuk membedakan perubahan yang diperlukan dari perubahan yang sekadar diinginkan. Pada akhirnya selain mempertimbangkan 3 prinsip yang dibagikan tadi, yang terpenting adalah kita berdoa meminta hikmat dan kehendak Tuhan. Coba saya bacakan dari Yakobus 1:5 , “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat , hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati". Di dalam firman Tuhan tidak dicatat bahwa Rehabeam datang kepada Tuhan untuk meminta kehendak dan pimpinan Tuhan, ini kesalahan besar yang kita ketahui berakibat fatal.
GS : Justru itulah kuncinya, ketika Rehabeam lebih bertanya kepada teman-temannya yang mendukung pola pikirnya daripada datang kepada Tuhan yang sumber hikmat untuk menanyakan apa yang sebenarnya Tuhan mau.
PG : Sama sekali dia tidak meminta petunjuk Tuhan, berbeda dengan ayahnya waktu Tuhan menampakkan diri dan bertanya apa yang kau inginkan sebelum memerintah Israel, dia hanya meminta hikmat untuk bisa memerintah umat Tuhan ini. Jadi Raja Salomo merendahkan diri meminta hikmat Tuhan, Raja Rehabeam tidak meminta pendapat Tuhan sama sekali.
GS : Hal itu juga seringkali tidak kita lakukan di dalam keluarga. Kadang-kadang kita justru lebih mendengarkan pendapat orang lain dan sebagainya daripada kita datang kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati minta pimpinan dan pertolongan Tuhan, “Apa yang sebenarnya Tuhan kehendaki itu".
PG : Itu kuncinya, Pak Gunawan.
GS : Pak Paul, terima kasih untuk perbincangan kali ini dan saya percaya sekali perbincangan kali ini akan menjadi berkat bagi banyak orang, karena perubahan ini terus terjadi dan kita tidak bisa hindari. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Mengadakan Perubahan" . Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.