Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Menang Melawan Pencobaan." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, yang namanya pencobaan atau godaan itu bukankah bisa menimpa siapa saja termasuk orang-orang percaya, bahkan Injil sendiri mencatat bahwa Tuhan Yesus sendiri pernah mengalami pencobaan itu. Bagaimana kita bisa mempelajari hal ini?
PG : Pertama-tama kita harus menyadari bahwa kita adalah target serangan iblis, begitu kita memutuskan untuk menerima Tuhan Yesus dan menjadi anak-Nya, maka di detik itulah kita menjadi musuh ilis.
Dan iblis akan berusaha untuk merebut kita dari tangan Tuhan. Iblis tidak bodoh, jadi iblis tidak akan menyerang kita membabi buta, dia mempunyai satu strategi, nah inilah yang akan kita pelajari. Sebab apapun strategi yang iblis akan gunakan tujuannya adalah satu, dia mencobai kita agar kita jatuh ke dalam dosa, sebab waktu kita jatuh ke dalam dosa, jatuh ke dalam dosa dan jatuh ke dalam dosa, iblis makin berkesempatan merebut kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan.
GS : Memang ini cara iblis untuk meraih kita menjadi anggotanya, Pak Paul?
GS : Nah apakah ada bagian Alkitab yang Pak Paul akan sampaikan?
PG : Saya akan gunakan Ibrani 4:15,16 sebagai dasar untuk nanti kita ulas masalah menang melawan pencobaan. "Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapatturut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." Dari ayat-ayat ini kita bisa menyimpulkan beberapa hal, yang pertama yang penting adalah bahwa kita tahu Tuhan Yesus mengerti masalah yang kita hadapi, pencobaan yang kita alami sebab Dia pernah menjadi manusia, Dia pernah dicobai. Itu sebabnya Allah harus menjadi manusia, jikalau Allah tidak pernah menjadi manusia, Allah tidak mengerti penderitaan dan pergumulan manusia. Dan karena Dia pernah menjadi manusia namun tidak berdosa, tidak pernah jatuh ke dalam dosa, Dia berhak menghakimi kita. Sebab Dia pernah menjalaninya dan Dia berhasil melawan pencobaan itu.
GS : Yang disebut dalam surat Ibrani yang tadi Pak Paul bacakan itu adalah Imam Besar itu adalah Tuhan Yesus. Kenapa Tuhan Yesus disebut sebagai Imam Besar?
PG : Imam besar adalah perantara antara manusia dan Allah, imam besar mewakili manusia menghadap Allah, membawa korban-korban persembahan untuk menebus dosa manusia, nah itu peranan seorang imam. Nah Yesus adalah Imam Besar yang paling agung, Dia bukan Imam Besar dari garis keturunan Harun tapi dikatakan di Alkitab, kitab Ibrani, Dia garis keturunannya adalah dari Melkisedek bukan dari keturunan Harun. Berarti Dia bukan dari keturunan manusia biasa. Tuhan Yesus mewakili kita. Semua imam berdosa, tidak sempurna. Waktu dia mewakili manusia yang berdosa, dia juga harus memberikan korban persembahan bukan saja untuk dosa manusia yang diwakilinya tapi juga untuk dosa dia sendiri. Tuhan Yesus tidak, Dia tidak mewakili kita dan sekaligus mewakili diri-Nya yang berdosa. Dia tidak berdosa, jadi Dia adalah Imam yang paling sempurna. Perantara antara kita dan Tuhan yang paling sempurna.
GS : Dalam hal ini Tuhan Yesus pun dicobai, hanya saja Dia tidak berdosa. Nah pencobaan ini sebenarnya masuk dari mana Pak Paul?
PG : Sekurang-kurangnya ada 3 pintu Pak Gunawan. Yang pertama, pencobaan biasanya masuk melalui pintu keinginan. Firman Tuhan berkata di Yakobus 1:14, "Tetapi tiap-tiap orang dicbai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."
Jadi dengan kata lain keinginan menjadi pintu masuk iblis, karena apa? Bukankah kalau kita menginginkan sesuatu kita cenderung terobsesi dengan keinginan itu. Kita kadang-kadang melupakan standar moral kita, kita mengabaikan pagar-pagar dan rambu-rambu yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Sebagai contoh Pak Gunawan, ada orang yang memiliki keinginan yang sangat dalam untuk berkeluarga, tapi sampai usia yang agak lanjut tetap belum mendapatkan pasangan hidup. Akhirnya menikah dengan orang yang jelas-jelas tidak cocok dengan dia, jelas-jelas tidak seiman dengan dia, tapi gara-gara ada orang yang mau menikah dengannya langsung saja kesempatan itu diambilnya. Nah sekali lagi ini keinginan, karena keinginan maka orang ini melupakan kehendak Tuhan, perintah Tuhan. Yang dipikirkannya hanyalah bagaimana saya mendapatkan keinginan saya ini, jadi berhati-hatilah dengan keinginan. Pernah saya bertemu dengan seseorang yang ingin sekali memasuki sekolah kedokteran, tapi akhirnya berkali-kali melamar tidak diterima, ini terjadi di Amerika Serikat. Dia begitu kecewa dan meninggalkan Tuhan. Saya masih ingat sekali kawan saya menanyakan pertanyaan kepada dia, "Mana yang lebih penting masuk sekolah kedokteran atau tetap setia kepada Tuhan Yesus?" Dia orang yang terbuka, dia langsung berkata: "Apa adanya, bagi saya yang lebih penting adalah masuk sekolah kedokteran." Nah di situ kita melihat keinginan akhirnya mendobrak pintu-pintu yang seharusnya tertutup, kita membuka pintu-pintu itu dan membolehkan segalanya, akhirnya masuklah pencobaan, berhasillah iblis menguasai kita dan kita jatuh ke dalam dosa.
GS : Keinginan ini dimiliki oleh semua orang termasuk Tuhan Yesus waktu masih menjadi manusia pun memiliki keinginan ini, hanya faktor apa sebenarnya yang bisa membuat kita itu bisa mencegah supaya keinginan ini tidak menjadi pintu masuk atau jalannya pencobaan itu merusak iman kita?
PG : Kita harus selalu ingat bahwa Tuhan telah meletakkan pagar, firman-Nya yang telah Dia berikan kepada kita adalah pagar, jangan kita melewati pagar pembatas itu. Betapapun besar keinginan ita janganlah melewati batas yang Tuhan telah tetapkan.
Adakalanya ini terjadi Pak Gunawan, orang ingin sekali sembuh, sangat ingin sembuh karena penyakit yang dideritanya. Berdoa dan berdoa tidak mengalami kesembuhan, mendapatkan perawatan medis tidak mendapatkan kesembuhan, akhirnya gelap mata menghubungi orang-orang tertentu, memohon pertolongan-pertolongan gaib dari orang tersebut. Di dunia hanya ada dua kuasa, dalam hidup ini hanya ada dua kuasa, kuasa Tuhan yang terang dan kuasa iblis yang gelap. Kalau bukan berasal dari Tuhan pasti itu berasal dari si iblis, tapi kadang-kadang orang gelap mata. Tetap menghubungi tokoh-tokoh atau orang-orang ini karena keinginan untuk sembuh atau keinginan untuk kaya. Maka firman Tuhan berkata, "Cinta kepada uang adalah akar dari segala dosa." Ada orang yang ingin kaya akhirnya terjeblos masuk ke dalam dosa.
GS : Selain keinginan, pintu masuk yang mana lagi yang dipakai oleh iblis Pak?
PG : Pencobaan dari iblis bisa masuk melalui kelemahan pribadi. Firman Tuhan berkata, "Berjaga-jaga dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daginglemah."
Ini tercatat di
Markus 14:38. Kenapa Tuhan berkata seperti ini, karena Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa kita mempunyai kelemahan. Roh penurut artinya kita mungkin saja berpikiran, saya mau setia kepada Tuhan; kita mungkin saja berkehendak ingin setia kepada Tuhan, tapi jagalah karena daging itu lemah. Artinya kita bisa dikuasai, daging itu bisa sekali menjadi pintu masuk iblis; daging adalah bagian dari kehidupan jasmaniah kita. Ada orang yang mengalami kelemahan di dalam hal seksual Pak Gunawan, sehingga apa-apa yang terjadi selalu disoroti dari sisi seks, apa-apa yang terjadi dimotori oleh nafsunya, nah ini menjadi kelemahannya. Ada orang juga yang ingin hidup nikmat, ini menjadi kelemahannya juga; tidak bisa hidup susah, tidak bisa hidup sedikit banyak mengalami stres atau tekanan. Nah kelemahannya ini tidak bisa menahan susah, akhirnya menjadi pintu masuk iblis; pencobaan masuk ke dalam dirinya. Ada orang yang tidak bisa menguasai emosinya, ini menjadi kelemahannya, ada apa-apa terjadi emosinya langsung meledak. Ini menjadi pintu masuk iblis, pencobaan masuk melalui pintu emosinya yang lemah. Akhirnya dengan emosinya dia menghancurkan orang-orang lain, dengan emosinya dia menghalangi orang memuliakan nama Tuhan. Jadi berhati-hatilah dengan kelemahan-kelemahan pribadi kita.
GS : Ini pun dimiliki oleh semua orang, termasuk Tuhan Yesus juga mempunyai kelemahan tetapi Dia bisa menguasai diri-Nya.
PG : Betul sekali, misalkan sebagai reaksi manusiawi, sewaktu Dia di Getsemani dia berdoa, "Kalau bisa Tuhan, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku." Dalam keadaan lemah itu Dia memang berkata kaau bisa Saya tidak usah melewati penderitaan ini, tapi ini rahasianya Dia berkata, "Bukan kehendak-Ku, tapi kehendak-Mulah yang jadi."
Jadi kita memang menyadari, kita tidak selalu kuat, kadang-kadang kita bisa lemah, dan di waktu kita lemah, berjaga-jagalah dan berdoalah, lihatlah jangan sampai kita itu tidak melihat kelemahan kita.
GS : Ya, kita harus bersyukur bahwa Alkitab tidak menutup-nutupi tentang hal itu, dan kita sangat yakin bahwa Tuhan Yesus sebagai manusia hidup dalam pergumulan yang sama seperti itu.
PG : Betul sekali, tapi Dia tidak jatuh ke dalam dosa.
GS : Nah pintu yang lain apa Pak Paul?
PG : Selain keinginan, selain kelemahan adalah kelengahan, sering kali menjadi pintu masuknya pencobaan atau iblis. Saya akan kutip perkataan Petrus yang tercatat di Markus 14:29,"Biar pun semua orang tergoncang imannya, aku tidak."
Ini adalah respons Petrus terhadap perkataan Tuhan Yesus bahwa Anak manusia akan ditangkap dan iman kalian akan tergoncang. Nah Petrus tidak mendengarkan nasihat Tuhan, tidak mendengarkan peringatan Tuhan bahwa akan ada sesuatu terjadi dan sesuatu itu dahsyat, bisa benar-benar menggoncangkan iman. Maka Tuhan meminta semua murid-murid-Nya untuk berhati-hati, untuk berjaga-jaga, jangan sampai lengah tetapi Petrus lengah. Kenapa kita lengah, kalau kita lengah itu berarti kita terlalu mengandalkan kekuatan pribadi kita. Kita menganggap bahwa bahaya telah lewat, kita menganggap kita tidak lagi punya kelemahan, kita mengecilkan kelemahan dan membesar-besarkan kekuatan kita. Bisa jadi ini adalah terdengarnya rohani, yaitu kita sekarang telah sangat dekat dengan Tuhan jadi saya tidak lagi bisa diganggu oleh pencobaan. Jangan berpikiran seperti itu, jangan menganggap diri kuat, maka rasul Paulus berkata, "Di waktu aku lemah, aku kuat." Sebab di waktu dia sadar bahwa dia lemah, dia makin bergantung kepada Tuhan. Sering kali kelengahan menjadi pintu masuk pencobaan dan iblis, menyerang anak-anak Tuhan. Kenapa bisa begitu lengah, karena mereka hidup dekat dengan Tuhan, karena mereka beranggapan, "Sekarang bahaya sudah lewat, saya tidak bisa lagi diganggu oleh dosa-dosa itu. Itu dosa-dosa dulu, saya pernah menjadi bagian dari dosa itu tapi sekarang tidak lagi." Ini adalah sering kali menjadi pintu masuk di antara anak-anak Tuhan.
GS : Tapi rupanya pengalaman ini sangat berkesan di dalam diri Petrus, sehingga di dalam suratnya dia pun mengingatkan kita supaya kita itu waspada terhadap iblis seperi singa yang mengaum-aum di sekeliling kita.
PG : Betul sekali, dan dia menyadarinya setelah memang dia mengalami kejatuhan itu.
GS : Menjaga diri supaya tidak lengah itu bagaimana, Pak Paul?
PG : Kita benar-benar harus mengingatkan diri kita secara sadar bahwa kita masih mempunyai kelemahan yang sama. Jadi jangan sekalipun berpikiran bahwa kelemahan itu dalam bentuk lampau/"past tnse".
Kelemahan selalu dalam bentuk "present tense"/masa sekarang ini. Contohnya, ada orang yang pernah jatuh ke dalam pergaulan bebas pada masa mudanya, kemudian dia sudah menikah, bertobat dan dekat dengan Tuhan. Jangan beranggapan bahwa itu problem masa lalu, sekarang saya tidak akan dan tidak mungkin jatuh ke dalam dosa yang sama, belum tentu. Contoh lain, dia dulu seorang yang pemarah, gemar berkelahi, sedikit-sedikit menggunakan kekerasan sekarang sudah bertobat. Jangan mengira bahwa kekerasan sudah 100% meninggalkan dirinya, berjaga-jagalah, sebab kapan waktu situasi muncul dan dia sedikit saja lengah, tidak dekat dengan Tuhan, terlalu mengandalkan kekuatan pribadinya, nah di titik itulah pencobaan masuk dan dia lupa, dia lepas kendali. Dia menggunakan kekerasan, malahan dia berbuat hal yang sangat jahat kepada orang lain. Jadi ingatlah 'monster' dosa itu tidak pernah mati, selalu 'monster' dosa itu hanya memejamkan matanya, kapan waktu dia bisa membuka mata dan menerkam kita, maka kita tidak boleh lengah sedikit pun. Sebenarnya orang yang lemah, bukan saja orang yang mengandalkan kekuatannya, tapi orang yang lengah adalah orang yang mulai berpaling dari Tuhan. Sebetulnya itu juga terjadi, namun kita tidak menyadarinya; kita tetap beranggapan Tuhan dekat dengan kita. Ini yang terjadi dengan Simson, waktu dia akhirnya menuruti kemauan Delila memotong rambutnya yang menjadi simbol penyertaan Allah atas dirinya. Waktu dia dibangunkan dan tentara Filistin datang, dia beranggapan bahwa dia akan dengan mudah mematahkan rantai-rantai yang mengikatnya, ternyata Tuhan sudah meninggalkannya. Dia tidak tahu Tuhan sudah meninggalkannya, kita tetap beranggapan penyertaan Tuhan tetap bersama dengan kita, padahal kita sudah mulai berpaling dari Tuhan.
GS : Pak Paul, memang pencobaan atau godaan itu kadang-kadang ada yang kita tepis atau kita hindari, tapi tidak semua pencobaan itu mudah untuk dikalahkan seperti itu.
PG : Itu betul sekali Pak Gunawan, orang yang melawan pencobaan barulah menyadari betapaberatnya melawan pencobaan. Orang yang selalu menyerah pada pencobaan, tidak akan mengetahui betapa susahya melawan pencobaan.
Ini sesuatu yang mesti kita camkan, silakan melawan dan terimalah fakta bahwa melawan itu memang susah. Ini dialami oleh semua orang percaya. Kadang kita beranggapan, "O.......hanya saya saja yang mengalami kesukaran melawan pencobaan." Tidak, setiap orang percaya yang mau menyenangkan Tuhan dalam hidupnya akan benar-benar bergulat melawan pencobaan. Nah itu yang perlu kita camkan untuk melawan pencobaan. Yang berikut adalah jangan sampai kita menyerah. Kendati kita kalah, jangan putus asa, jangan menolak untuk melawan. Ada orang yang akhirnya berkata, "Pasrahlah, ini kelemahan saya, saya terimalah kelemahan saya. Ya......masing-masing orang mempunyai kelemahan, saya bisa jatuh, orang lain pun bisa jatuh." Jangan, jangan pernah menyerah, kemenangan diperoleh melalui perlawanan dan bukan keputusasaan. Hal lain yang perlu kita camkan untuk bisa melawan pencobaan, yaitu jangan mengeraskan hati dan membenarkan perbuatan kita. Artinya, akui dosa sebagai dosa. Kadang kita itu mulai merasionalisasi dosa, yang Alkitab panggil dosa; panggillah dosa, jangan mengeraskan hati dan membenarkan perbuatan kita. Makin kita membenar-benarkan perbuatan kita, kita makin jauh dari kemenangan. Makin kita mengakui ini dosa dan kita telah jatuh, makin dekatlah kita dengan kemenangan. Dan yang terakhir tentang melawan pencobaan adalah jangan menjauh dari Tuhan. Firman Tuhan tadi mengingatkan, "Marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahkta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." Dengan kata lain, pertolongan datang kepada kita tatkala kita datang kepada Tuhan. Jangan malu, jangan takut menghampiri tahkta kasih karunia, maka Alkitab meminta dengan penuh keberanian menghampiri tahkta karunia. Ada orang yang takut datang kepada Tuhan, jangan ! bawalah pergumulan, jangan merasa malu sehingga raa malu itu menghalangi kita datang kepada Tuhan. Berdoalah dan tenggelamkanlah diri dalam firman Tuhan, Dialah sumber kekuatan kita.
GS : Memang biasanya reaksi kita jatuh dalam dosa, kita lari dari Tuhan, mungkin mencontoh Adam dengan Hawa, setelah jatuh ke dalam dosa mereka pun menyembunyikan dirinya dari hadapan Tuhan.
PG : Rasa malu, rasa menyesal dan rasanya tidak layak datang kepada Tuhan, saya kira itu respons yang bukan hanya wajar tapi seharusnya. Jangan sampai kita kehilangan rasa malu, kehilangan rasapenyesalan dan meremehkan dosa.
Itu adalah ekstrim yang satunya dan sangat salah. Tapi ekstrim yang pertama, karena kita merasa kita kotor, tidak layak datang kepada Tuhan, kita berkata: "Saya tidak mau lagi datang kepada Tuhan." Nah kalau kita sampai berkata begitu, berarti iblis menang dan dia akan bersorak-sorak sebab targetnya telah tercapai. Kita yang tadinya dengan Tuhan, sekarang menjadi jauh; kita yang tadinya berani memanggil nama Tuhan, sekarang tidak berani memanggil nama Tuhan. Jangan beri kesempatan kepada iblis untuk menang.
GS : Memang sebaiknya kita tidak mencari-cari penyakit dengan membuka lebar-lebar ketiga pintu yang tadi Pak Paul telah sebutkan, di mana pencobaan itu bisa masuk, langkah yang paling baik adalah mencegah kalau hal itu bisa kita cegah. Nah langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan Pak Paul?
PG : Ada dua yang bisa saya bagikan, pertama sadarilah kelemahan kita dan menjauhlah dari pencobaan. Jangan bermain api, jikalau tidak mau terbakar. Ini prinsip yang sangat sederhana, prinsip yng kita dengar dari orangtua kita tatkala kita kecil, "Jangan bermain api nanti terbakar."
Seharusnya prinsip ini juga kita terapkan di usia dewasa kita, jangan bermain api, jangan bermain-main dengan dosa, kalau sudah dekat dengan dosa kita tidak bisa lepas lagi dari jerat dosa. Ada orang yang mulai main-main dengan narkoba, main-main akhirnya menjadi pecandu. Ada orang yang main-main dengan taruhan, berjudi, akhirnya judi menguasai dirinya. Ada orang yang main-main dengan istri atau suami orang lain, akhirnya masuk ke dalam perangkap dosa. Ada orang yang main-main dengan kuasa, menguasai orang, memanipulasi orang, akhirnya tidak bisa lepas dari permainan kuasa seperti itu. Jadi jangan main-main dengan dosa, dosa itu berbisa, dosa itu benar-benar berkekuatan. Kalau kita dekat-dekat pasti diterkam, jadi jauhkanlah diri dari dosa.
GS : Jadi jangan terlalu yakin pada diri sendiri bahwa saya tidak akan jatuh ke dalam pencobaan itu suatu pola pikir yang keliru sekali Pak.
PG : Dan sering kali itu pola pikir yang kita ciptakan untuk membolehkan kita jatuh ke dalam pencobaan. Artinya kita seakan-akan memang ingin jatuh tapi dengan cara yang sedikit terhormat. Maanya kita membiarkan diri kita dekat-dekat dengan pencobaan dan akhirnya jatuh.
Prinsipnya adalah pikullah tanggung jawab untuk diri sendiri. Kalau kita tahu kita akan jatuh dan kemungkinan besar kita jatuh, jangan ke sana, jangan menghampiri, jangan dekat-dekat.
GS : Hal kedua yang bisa menolong kita untuk lari dari pencobaan itu apa Pak?
PG : Hiduplah dalam takut akan Tuhan, nah di dalam zaman kita ini penekanan pada Tuhan sebagai gembala yang baik sangat besar dan memang betul Tuhan adalah gembala yang baik, tapi jangan lupa Than bisa murka, Tuhan bisa menghukum.
Dan Dia adalah hakim, hakim yang adil. Bahkan firman Tuhan digambarkan sebagai pedang bermata dua, bisa menembus masuk dan membelah sendi-sendi, artinya Tuhan bisa seperti scanner, melihat semua dengan jelas dan Dia akan menuntut pertanggungjawaban kita kepada-Nya. Hiduplah takut akan Tuhan, orang yang hidupnya tidak takut akan Tuhan akan menuai penghakiman dari Tuhan.
GS : Sebenarnya Tuhan Yesus sendiri sudah mengajarkan di dalam 'Doa Bapa Kami' yaitu jangan membawa kami ke dalam pencobaan. Salah satu sisinya itu juga Pak Paul, jadi di dalam kelemahan kita, sudah pasti kita tidak mungkin melawan pencobaan sendirian.
GS : Terima kasih banyak Pak Paul untuk perbincangan kali ini, dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menang Melawan Pencobaan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.