Membedakan Cinta dan Suka

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T188A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Suka dan cinta bukanlah dua perasaan yang berlawanan; sebaliknya, acap kali cinta dan suka merupakan dua perasaan yang berdekatan sebab pada umumnya rasa suka merupakan benih bertunasnya rasa cinta. Kendati keduanya berdekatan, keduanya tidaklah sama, dimana letak perbedaan itu?

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Suka dan cinta bukanlah dua perasaan yang berlawanan; sebaliknya, acap kali cinta dan suka merupakan dua perasaan yang berdekatan sebab pada umumnya rasa suka merupakan benih bertunasnya rasa cinta. Kendati keduanya berdekatan, keduanya tidaklah sama. Masalah muncul tatkala kita menyamakan keduanya dan memasuki pernikahan dengan bekal rasa suka-yang kita anggap, cinta. Itu sebabnya penting bagi kita untuk dapat membedakan keduanya.

Berikut ini akan diuraikan beberapa perbedaannya.

  1. Suka dan cinta berbeda dalam hal pemunculannya.

  2. Suka muncul dalam waktu yang singkat sedangkan cinta bertumbuh lewat proses pengenalan yang panjang. Jadi, perasaan yang kita rasakan tatkala bertemu dengan seseorang dan langsung "mencintainya" sebenarnya adalah rasa suka yang kuat.

  3. Suka dan cinta berbeda dalam hal kedalamannya.

  4. Suka bersifat permukaan; dengan kata lain, kita menyukai apa yang dapat kita lihat atau tangkap dengan pancaindera, misalkan penampilan, gaya bicara, kecocokan minat dan sebagainya. Cinta bersifat lebih dalam; kita mencintai seseorang karena karakternya.

  5. Suka dan cinta berbeda dalam hal cakupannya.

  6. Suka bersifat sektoral, artinya kita menyukai bagian tertentu dari orang tersebut dan sudah tentu, ada bagian lainnya yang tidak kita sukai. Cinta bersifat utuh dan menyeluruh, artinya kita tetap mencintainya kendati ada hal tentang dirinya yang tidak kita sukai. Cinta dapat menoleransi dan menerima ketidaksempurnaan sedangkan suka berpusat pada apa yang pas dan sesuai di hati.

Berdasarkan perbedaan di atas ini, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil agar kita tidak terjebak dalam keputusan keliru akibat rasa suka belaka.

  • Jangan tergesa-gesa dalam menentukan pilihan dengan siapa kita akan menikah.
    Waktu akan menjernihkan perasaan apakah itu suka atau cinta. Jika perasaan kita bertahan lama dan makin bertumbuh, besar kemungkinan itu adalah cinta.

  • Jangan bersandiwara dan menutupi diri.
    Keterbukaan akan memperjelas pandangan orang terhadap diri kita sehingga ia dapat melihat bagian yang mungkin tidak disukainya dan menimbang untuk menerimanya atau tidak.

  • Jangan mencurigai rasa suka sebab relasi seharusnya diawali oleh rasa suka meski tidak selalu harus diisi olehnya.
    Janganlah takut untuk membiarkan diri diuji sebab ujian akan memurnikan rasa suka. Jika ia hilang, memang ia seharusnya lenyap, namun sebaliknya, bila bertahan, itu memperlihat cinta yang tahan uji.

  • Cinta adalah keinginan yang kuat untuk memberi, bukan untuk menerima.
    Jadi, ukurlah-dengan berjalannya waktu-apakah keinginan untuk berkorban dan memberi bertambah kuat atau melemah. Firman Tuhan berkata, "Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri." (1 Kor 13:5) Kalau relasi diikat hanya oleh rasa suka, manfaat untuk diri menjadi titik tolak; sebaliknya, relasi yang didasari oleh kasih akan terus bertumbuh melewati apa yang tidak disukainya.