Membangun Kerjasama

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T249B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita akan menyoroti masalah kerjasama dari sudut pengikut atau anggotanya. Pada dasarnya ada beberapa karakteristik yang mesti dimiliki oleh orang yang bersedia masuk ke dalam sebuah organisasi. Untuk dapat bekerja sama diperlukan pemahaman proses terjadinya kerja sama yang antara lain akan dibahas di dalam pembahasan ini.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sebelum ini kita telah membahas tentang kepemimpinan, sekarang kita akan menyoroti masalah ini dari sudut pengikut atau anggotanya. Pada dasarnya ada dua karakteristik yang mesti dimiliki oleh orang yang bersedia masuk ke dalam sebuah organisasi:

  1. Berinisiatif
    Saya kira hampir semua pemimpin yang efektif menghendaki bawahannya untuk bersikap aktif. Sebab, jika mereka tidak berinisiatif, itu berarti semua beban kerja akan jatuh pada pundak si pemimpin. Jadi, seorang pemimpin yang efektif berkepentingan melatih dan memberi ruang gerak kepada bawahannya untuk berinisiatif. Pemimpin yang efektif juga menginginkan anggotanya untuk berinisiatif sebab ia tahu bahwa idenya sendiri tidak akan cukup untuk menjalankan dan mengembangkan roda organisasinya. Itu sebabnya ia berharap pada masukan bawahannya untuk memberinya ide yang baik.
  2. Arif
    Ada batas yang tipis antara berinisiatif dan dominan. Orang yang berinisiatif pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk menjadi dominan; sebaliknya, orang yang tidak berinisiatif cenderung pasif dan bergantung. Hampir semua pemimpin menghendaki bawahannya untuk berinisiatif tetapi tidak dominan. Jadi, penting bagi bawahan untuk menyadari fungsi dan batasnya. Fungsinya adalah memberi masukan; batasnya adalah menyerahkan keputusan akhir kepada atasannya. Inilah yang saya maksud dengan arif: tahu kapan berkata, namun tahu kapan untuk diam!

Untuk dapat bekerja sama diperlukan pemahaman proses terjadinya kerja sama. Berikut akan saya paparkan tahapan kerja sama yang umumnya terjadi .

  1. Tahap Asimilasi
    Pada waktu seseorang masuk ke dalam sebuah organisasi, ia diharapkan untuk berasimilisasi. Ini berarti ia diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dan tuntutan serta nilai yang dianut dalam organsisasi itu. Jika dari awal ia sudah menunjukkan sikap tidak suka atau tidak respek terhadap nilai dan kondisi di dalam organisasi itu, dapat dipastikan kerja sama tidak akan terjadi dan masa baktinya pun akan cepat berakhir. Pada umumnya di tahap asimilisasi ini kerja sama berjalan baik oleh karena sebagai anggota baru, ia hanya menyerap, tanpa memberi reaksi yang berarti. Sudah tentu karakteristik yang dibutuhkan di sini adalah kerendahan hati untuk belajar. Jika dari awal kita sudah datang dengan sikap menggurui, niscaya kita akan menjumpai konflik. Pada tahap awal ini kita mesti menyadari bahwa peran kita adalah sebagai perpanjangan tangan dari apa yang telah ada. Singkat kata, kita hanyalah menerima dan meneruskan apa yang sudah digariskan.
  2. Tahap Akomodasi
    Setelah ia diterima masuk dan menjadi bagian dari organisasi, barulah ia dapat bersikap lebih independen dalam mengeluarkan gagasannya. Sudah tentu pada tahap ini akan ada orang yang menolak namun akan ada pula yang menyambut gagasannya. Organisasi yang sehat akan berupaya untuk mengakomodasi masukan-masukan baru yang diterimanya. Sebaliknya, organisasi yang tidak sehat enggan mengakomodosasi kepentingan dan masukan anggotanya. Pada tahap ini kerja sama mulai menemui kerikil namun agar organisasi tetap dinamis dan relevan, diperlukan kesediaan untuk mengakomodasi. Karakteristik yang dibutuhkan di sini adalah kepekaan dan kelembutan. Kendati sekarang kita sudah mulai menjadi bagian dari organisasi dan dapat memberi sumbangsih yang berarti, kita tetap harus menyampaikan usulan dengan tepat dan untuk ini diperlukan kepekaan untuk melihat kesiapan dan dinamika yang ada di dalam organisasi itu. Tanpa kepekaan, masukan kita kendati baik mudah disalahpahami . Kita pun mesti menyampaikan usulan dengan lembut sebab kelembutan mencerminkan respek dan ketundukan. Sekali lagi, sebaik apa pun saran yang kita hendak berikan, bila disampaikan dengan kasar, itu akan menyakiti hati orang. Pada tahap ini sesungguhnya relasi kerja kita mulai bergeser: dari perpanjangan tangan menjadi tangan itu sendiri. Dengan kata lain, kita mulai dapat berinteraksi dengan pengambil keputusan dan memberi masukan yang diperlukan.
  3. Tahap Integrasi
    Pada tahap ini tanggapan sudah diakomodasi dan terintegrasi ke dalam organisasi. Kerja sama kembali membaik dan penghargaan terhadap masing-masing akan bertambah. Tidak bisa tidak, pada tahap ini organisasi akan mengalami perubahan namun itulah yang seharusnya terjadi sebab organisasi terdiri dari manusia dan manusialah yang menentukan jiwa organisasi itu. Kendati sekarang kita telah menjadi otak-bukan tangan atau perpanjangannya-namun kita mesti tetap saling menghargai dan terbuka terhadap masukan segar dari anggota baru. Godaan terbesar yang mesti dihindari adalah melembaga sebab tatkala ini terjadi keangkuhan pun merasuk. Ingat, "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22)