Membangun Di Atas Yang Ada ( II )

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T558B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Bagaimana kita akan dapat membangun pernikahan atau mempertahankan kualitasnya agar tetap baik di hari tua? Mengakui kesalahan di masa lampau dan meminta maaf kepada pasangan, bertobat dari kesalahan, memelihara keintiman dengan meningkatkan kasih pada pasangan dengan perbuatan dan perhatian yang baik, serta menemukan dan menjalankan misi hidup bersama-sama.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sekarang marilah kita melihat bagian terakhir pembahasan ini yakni bagaimana kita dapat membangun pernikahan atau memertahankan kualitasnya agar tetap baik di hari tua. Ada beberapa saran yang dapat saya bagikan. Sudah tentu, idealnya kita mulai membangunnya sejak awal pernikahan, bukan di saat kita sudah tua. Namun tidak selalu kita melakukannya; ada yang melalaikan keluarga dan ada pula yang mengkhianati pasangan di saat muda. Semua ini meninggalkan bekas di hari tua. Itu sebab hal pertama yang mesti kita lakukan adalah MENGAKUI KESALAHAN DI MASA LAMPAU DAN MEMINTA MAAF KEPADA PASANGAN.


Yakobus 5:16 menasihati, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh." Kita yang bersalah mesti berinisiatif mengakui kesalahan dan meminta ampun kepada pasangan sebab tanpa langkah pertama ini mustahil terjadi pembaharuan relasi pernikahan. Sebaliknya, pihak yang dilukai seyogianya mengampuni sebagaimana diperintahkan Tuhan di Kolose 3:13, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuatlah demikian." Luka lama tidak mesti dibuka kembali tetapi luka lama mesti diakui sebelum terjadi pemulihan. Biasanya diperlukan waktu untuk pemulihan setelah pengakuan dan permohonan ampun dan mungkin untuk suatu masa relasi kembali menegang, tetapi ini perlu dilakukan. Tanpa pengakuan dan pengampunan relasi akan terus berada di tahap datar dan dangkal.


Setelah pengakuan dan pengampunan, langkah berikut yang perlu diambil untuk membangun relasi kembali adalah PERTOBATAN. Kita mengerti bahwa makna pertobatan adalah berhenti melakukan yang buruk dan salah dan memulai melakukan yang baik dan benar. Jadi, kita harus menghentikan perbuatan buruk kita dan menggantikannya dengan perbuatan yang baik. Tidak akan ada pembaharuan bila kita terus berkubang di perbuatan buruk masa lalu dan menolak untuk melakukan perbuatan baik sebagaimana diharapkan pasangan.


Sebagai contoh, tidak cukup kita hanya berhenti berselingkuh; kita pun mesti melakukan hal-hal baik seperti memerlihatkan perhatian terhadap keluarga dan berusaha menyenangkan hati pasangan. Contoh lain adalah tidak cukup kita berhenti mabuk-mabukan, kita pun harus menunjukkan pertobatan dengan mulai bekerja kembali. Pertobatan diperlukan untuk membangun rasa percaya dan rasa hormat; tanpa pertobatan, pasangan takut pengakuan dosa kita tidak berumur panjang. Suatu saat kita akan mengulang perbuatan kita lagi.


(3) Untuk memperkuat relasi pernikahan adalah Memelihara Keintiman.
Tidak ada satu faktor yang dapat dengan tepat mencerminkan kebahagiaan pernikahan selain daripada keintiman. Kita mungkin dapat memalsukan rasa percaya dan hormat, tetapi kita tidak dapat memalsukan keintiman. Memang pernikahan dapat tetap ada selama ada rasa percaya dan respek, tetapi kebahagiaan pernikahan hanya dapat ada bila ada keintiman. Sudah tentu hubungan seksual dapat menjadi salah satu barometer yang kita gunakan untuk mengukur kadar keintiman. Biasanya makin sering dan makin memuaskan, makin tinggi tingkat keintiman. Namun dengan bertambahnya usia, makin berkurang frekuensi hubungan seksual akibat menurunnya kadar hormon seksual.


Pada masa tua keintiman tidak lagi terkait erat dengan hubungan seksual; keintiman lebih terkait dengan bagaimana kita memerlakukan pasangan. Makin penuh perhatian, makin rela berkorban dan mengesampingkan kepentingan pribadi, serta makin lemah lembut dan sabar kita bersikap, makin tinggi tingkat keintiman. Itu sebab tidak bisa tidak, untuk memperkokoh pernikahan kita harus meningkatkan keintiman.


Masalahnya adalah kita tidak bisa meningkatkan keintiman sebab keintiman adalah buah atau akibat semata; kita hanya dapat meningkatkan sumber yang menimbulkan keintiman dan sumber itu adalah kasih. Untuk dapat meningkatkan kasih, selain dari membereskan persoalan di antara kita, satu hal yang mesti kita lakukan adalah berbuat baik kepada satu sama lain. Kasih tidak bertumbuh di dalam keburukan; kasih hanya dapat bertahan di dalam sikap dan perlakuan yang buruk. Pada kenyataannya, kasih bertumbuh di dalam kebaikan; makin kita melihat dan menerima kebaikan pasangan, makin berkembang kasih kita kepadanya. Jadi, limpahkanlah pasangan dengan kebaikan; inilah pupuk yang menumbuhkan kasih.


(4) Untuk memperkokoh pernikahan adalah Menemukan dan Menjalankan Misi Hidup Bersama.
Mungkin kita tahu misi hidup yang Tuhan embankan kepada kita masing-masing, namun belum tentu kita tahu misi hidup yang Tuhan embankan kepada kita berdua. Ini tidak berarti bahwa kita mesti memunyai pelayanan yang sama; terpenting bukanlah kesamaaan pelayanan melainkan apakah pelayanan kita saling melengkapi dan membawa kita lebih dekat dengan misi hidup kita. Makin melengkapi dan membawa kita lebih dekat dengan misi hidup kita, makin kokoh dan menyatu relasi pernikahan kita. Menemukan misi hidup tidak selalu terjadi di awal pernikahan; sering kali ini baru terjadi di usia yang lebih senja. Pada umumnya di awal pernikahan kita disibukkan dengan pelayanan masing-masing, namun makin tua, makin mengerucut dan makin saling melengkapi pelayanan kita berdua. Dan, ini makin menyadarkan kita bahwa misi hidup kita berdua makin menyatu walau mungkin tetap berbeda. Pasangan yang telah menemukan misi hidupnya dan menjalankannya bersama adalah pasangan yang kokoh dan terpenuhi. Mereka tahu dengan jelas tempat mereka di dalam pekerjaan dan rencana Tuhan di bumi; dan ini makin mempererat relasi.


Kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 8:1) Paulus menasihati, "Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun." Pernikahan dibangun dan dipelihara oleh kasih, bukan oleh pengetahuan—akan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan. Sikap seperti ini membuahkan kesombongan dan memisahkan relasi.