Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Ketika Pasangan Menjauh Dari Tuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Sebagai pasangan, tentu kita berharap untuk bisa maju bersama-sama pasangan kita, baik secara ekonomi, sosial dan juga termasuk di dalam hal kerohanian, kedekatan kita dengan Tuhan. Tapi adakalanya ini tidak berjalan beriringan, kita menginginkan maju tapi pasangan kita malah menjauh dari Tuhan, ini adalah fakta kehidupan dan ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Saya pun sudah melihat pasangan yang ketika mereka memulai seperti itu, mereka berdua adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan yang terlibat di dalam pelayanan. Jadi mereka bertemunya pun dalam wadah persekutuan Kristen, setelah menikah pekerjaan makin sibuk dan kemudian kita baru tahu kalau pasangan mulai menjauh dari Tuhan. Sudah tentu ini bagian dari kenyataan hidup dan tidak selalu kita terus dekat dengan Tuhan, tapi adakalanya karena satu atau lain hal akhirnya kita mulai menjauh dari Tuhan. Maka pertama-tama kita mau melihat ciri-cirinya terlebih dahulu. Karena adakalanya kita tidak menyadari ciri-cirinya sehingga waktu pasangan menjauh, kita tidak menyadari dan tahu-tahu dia sudah begitu jauh. Apalagi dalam kasus-kasus tertentu bahkan sudah jatuh ke dalam dosa yang serius dan barulah mata kita celik dan berkata, "Ternyata sudah lama seperti ini...." Ciri-ciri apa yang bisa kita amati, yang pertama adalah kalau orang sudah mulai menjauh dari Tuhan, biasanya dia mulai meninggalkan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Jadi kita akan jarang melihatnya berdoa, jarang melihatnya membaca Firman Tuhan, dan ketika kita tanya seringkali alasannya adalah letih atau sudah berdoa dalam hati atau kamu saja yang berdoa. Kendati kita dapat bersekutu dengan Tuhan di dalam hati namun sikap yang menghormati dan menguduskan waktu bersekutu dengan Tuhan merupakan salah satu petunjuk berapa intimnya kita dengan Tuhan. Jadi kita tidak bisa berdalih, "Sudah berdoa dalam hati." Sebab sekali lagi usaha menguduskan waktu, usaha menyediakan waktu untuk Tuhan, itulah bukti kita hormat kepada Tuhan.
GS : Kalau tadinya bersama-sama, yaitu suami-istri bersama-sama membaca Kitab Suci dan berdoa bersama-sama kemudian salah satu pasangan berkata, "Kamu berdoa dan membaca Alkitab sendiri-sendiri," dan memang dia melakukan hal itu tapi sendiri-sendiri. Apakah hal itu bisa disebut kemunduran atau bagaimana ?
PG : Saya kira tidak sebab yang pertama adalah tidak selalu waktunya tepat, kita tidak selalu memunyai waktu yang sama untuk membaca Firman dan berdoa tapi yang penting adalah kita masing-masing melakukannya dan menghayati waktu bersama-sama dengan Tuhan itu. Selama masing-masing melakukan saya kira itu tidak apa-apa, yang saya khawatirkan adalah kalau pasangan tidak lagi mau melakukan hal-hal itu dan tidak lagi berdoa, membaca Firman Tuhan.
GS : Tadinya pasangan itu adalah teman yang cocok untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang rohani, membicarakan pelayanan dan sebagainya, karena tadi sama-sama di dalam satu wadah pelayanan tapi karena kesibukannya maka dia sekarang jarang sekali mau diajak bicara tentang hal-hal yang bersifat rohani. Apakah itu adalah hal-hal yang bersifat kemunduran ?
PG : Saya kira ya, jadi sama sekali minatnya berubah dan tidak ada lagi minat ke arah sana, saya kira ini adalah pertanda terjadi perubahan nilai-nilai hidup, terjadi perubahan dari apa yang diprioritaskannya dalam hidup ini. Kita tidak berkata bahwa pekerjaan tidak penting, urusan bisnis kita tidak penting, semua juga penting dan harus kita perhatikan, namun kalau kita sama sekali tidak ada minat terhadap hal-hal rohani maka bagi saya itu adalah suatu pertanda bahwa perlahan-lahan kita sudah mulai menjauh dari Tuhan.
GS : Tanda yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Ia mulai tidak bersemangat beribadah kepada Tuhan, hari Minggu mulai diisinya dengan kegiatan lain sebagai pengganti ke gereja atau ia mulai sukar dibangunkan untuk pergi ke gereja dan kerap memberi alasan kenapa dia tidak bisa beribadah hari itu, "Saya ada acara, saya ada janji dan sebagainya." Itu berarti prioritas beribadah kepada Tuhan sudah turun dan digantikan oleh hal-hal lain. Yang lebih serius lagi adalah keinginannya beribadah sudah hampir tidak ada lagi. Bagi saya ini adalah suatu pertanda yang serius.
GS : Biasanya itu terjadi karena sering tugas keluar kota atau karena ada kegiatan-kegiatan yang bertepatan dengan hari Minggu. Jadi terbiasa kalau hari Minggu tidak melakukan kegiatan ke gereja tapi melakukan hal lain dan kita pun sebagai pasangan sudah mulai terbiasa karena harus ke gereja sendirian berminggu-minggu dan sekarang dia tidak ke gereja maka kita merasa tidak ada apa-apa, Pak Paul ?
PG : Memang ini adalah bahayanya, kalau kita menempati posisi dimana kita harus sering-sering bepergian berkaitan dengan urusan bisnis kita, namun saya juga tahu ada orang-orang yang dalam posisi seperti itu dan harus mengunjungi rekan bisnis di kota-kota, namun dia akan menyempatkan waktu ke gereja dan dia akan mencari tahu dimanakah gereja di dekat dimana dia tinggal atau dia akan bertanya pada orang yang disana dan dia akan usahakan pergi meskipun dia harus sedikit bangun lebih pagi. Tapi dia akan berikan waktu itu untuk Tuhan. Sebab sekali lagi begitu kita mulai putus hubungan dengan ibadah di rumah Tuhan, perlahan-lahan hal tentang Tuhan pun terputus dari hidup kita karena benar-benar semuanya itu berawal dari rumah Tuhan dan di rumah Tuhanlah kita mendengarkan suara Tuhan dan di rumah Tuhanlah kita diajak kembali untuk menatap kepada Tuhan. Waktu itu terhilang, tinggal tunggu waktu nanti yang lain-lainnya juga akan hilang.
GS : Ciri yang lain lagi apa, Pak Paul ?
PG : Yang lain adalah kalau pasangan itu terus menghindar ajakan untuk melayani Tuhan, misalkan dia diminta untuk terlibat pelayanan penyambutan tapi dia menolak, kalau dia diminta untuk melayani dalam bidang Sekolah Minggu juga menolak, dalam komisi-komisi tertentu juga menolak padahal dulu dia terlibat dan dulu dia adalah orang Kristen yang aktif dalam pelayanan, tapi sekarang makin hari makin tidak mau. Memang ada berbagai macam kemungkinan, misalkan ada orang yang tidak mau terlibat pelayanan karena memang melihat dirinya tidak layak tapi dia tidak berani bercerita kepada kita. Jadi dia simpan tapi dia tahu kalau dia tidak layak makanya dia tidak mau mengotori rumah Tuhan dengan kehadirannya, dan memang ada orang yang seperti itu. Tapi ada juga orang yang kehilangan minat sama sekali, tidak menganggap melayani Tuhan sebagai bagian hidup yang penting dan bagian ibadah yang penting. Jadi akhirnya sama sekali tidak mau. Atau menganggapnya ini buang waktu tidak ada hasilnya, "Buat apa saya buang-buang waktu seperti ini," Jadi kita mesti memerhatikan pertanda orang kalau mereka tidak mau terlibat lagi dalam pelayanan.
GS : Bagaimana kalau sejak dulu dia tidak terlibat dalam pelayanan, Pak Paul ?
PG : Berarti sejak dulu dia tidak begitu mengerti arti hidup buat Tuhan, sebab hidup buat Tuhan termasuk di dalamnya bersedia melayani Tuhan. Atau juga kalau dari dulu dia tidak mau melayani karena dari dulu dia bukan orang yang dekat dengan Tuhan, sehingga dia tidak merasakan perlunya membagi waktu untuk melakukan hal-hal demi Tuhan.
GS : Apakah ada ciri yang lain yang bisa kelihatan bahwa orang ini sedang menjauh dari Tuhan, Pak Paul ?
PG : Yang lain adalah dia jarang menyebut nama Tuhan dan tidak lagi mengikutsertakan Tuhan dalam pengambilan keputusan, dengan kata lain dia makin tergantung pada hikmat sendiri atau dia hanya tergantung pada konsultasi dengan orang lain dan dia tidak lagi berdoa, meminta tuntunan Tuhan dalam hidupnya. Waktu kita mengajaknya berdoa meminta tuntunan Tuhan, dia langsung menjawab, "Buat apa? Kita sudah pikirkan dan saya sudah berkonsultasi dengan orang ini dan ini adalah keputusan yang baik." Jadi keinginan mengikut sertakan Tuhan dalam hidup tiba-tiba lenyap, semua bergantung pada pertimbangan-pertimbangan manusiawi dan tidak lagi kita peduli dengan kehendak Tuhan, bagi saya itu adalah pertanda pasangan kita mulai menjauh dari Tuhan.
GS : Mungkin dia kecewa karena selama ini berdoa tapi Tuhan tidak menjawab lalu dia merasa, "Buat apa?" kemudian melihat orang yang sedikit-sedikit menyebut nama Tuhan tapi kelakuannya tidak sesuai dengan apa yang diungkapkannya, ini membuat orang juga menjauh, Pak Paul.
PG : Saya pernah mendengar hal yang sama dan sayangnya itu terjadi. Kita orang Kristen tidak selalu hidup benar di hadapan Tuhan dan adakalanya kita justru menghalangi orang datang kepada Tuhan. Jadi mungkin sekali pasangan kita tersandung atau terhalang datang kepada Tuhan gara-gara kecewa kepada sesama orang Kristen yang tidak hidup sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Namun inilah yang terjadi dalam dirinya, karena dia kecewa akhirnya dia sendiri menjauh dari Tuhan.
GS : Apakah ada ciri yang lain, Pak Paul ?
PG : Ciri terakhir adalah ia mulai menurunkan standart moral Tuhan dengan menoleransi dosa. Misalkan ia lebih menekankan pada penerimaan Tuhan, "Tuhan itu baik, Tuhan pasti menerima," dan meninggikan sikap tidak menghakimi. Saya perhatikan orang yang makin hari makin menjauh dari Tuhan, makin tidak berani mengatakan ini salah dan itu benar, dan dia makin tidak suka dengan orang yang suka berkata, "Ini salah atau ini benar." Jadi sangat mengidolakan dan mengidealkan, mendewakan sikap menerima penuh tanpa kondisi, tidak menghakimi. Dengan kata lain dia mulai lebih menitik beratkan pada kebaikan manusia sebagai jalan keselamatan dan bukan lagi pada anugerah Tuhan. Bagi dia segalanya itu menjadi relatif dan tidak ada lagi nilai-nilai moral yang absolut, sering keluar dari mulutnya, "Jangan menghakimi." Sudah sering saya melihat kalau orang sering bicara seperti itu, pertanda dia mulai menjauh dari Tuhan dan tidak jarang yang saya temukan yaitu dia pun sebetulnya sudah terlibat dalam banyak dosa, maka dia sangat peka dengan orang yang menyebut dosa atau mengatakan tentang hal apa yang Tuhan tidak setujui. Dia sangat peka sekali maka dia mulai menggambarkan sebuah Tuhan yang baru, Tuhan yang tidak pernah marah dengan dosa.
GS : Sebenarnya ada begitu banyak tanda yang tadi Pak Paul sudah mulai sebutkan sehingga kita bisa mengidentifikasi kalau orang ini sedang menjauh dari Tuhan. Tapi kenapa ada banyak pasangan yang tidak peka bahwa pasangannya ini sedang menjauh dari Tuhan ?
PG : Mungkin orang sering berpikir seperti ini, "Untuk sementara, itu normal karena orang tidak selalu dekat dengan Tuhan, tidak mengapa dia lelah tidak mau ke gereja, tidak mengapa kalau dia tidak sempat membaca Firman Tuhan tapi yang penting adalah dia masih mendengar khotbah, tidak mengapalah kalau tidak berdoa dan mungkin dalam hati dia berdoa." Jadi kita sebagai pasangan cenderung berusaha mengerti dan ini bukanlah sebuah sikap yang buruk namun kita mesti seimbangkan dengan penilaian yang cermat supaya bukannya menghakimi pasangan tapi supaya akhirnya bisa menolongnya dan terutama mencegahnya makin terjerumus di dalam jurang yang jauh dari Tuhan.
GS : Semua ini tentu ada penyebabnya karena tidak mungkin semua itu bisa terjadi pada pasangan kita kalau tidak ada penyebabnya. Hal-hal apa saja yang bisa menjadi penyebab seseorang itu menjauh dari Tuhan, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan. Yang pertama adalah orang menjauh dari Tuhan karena dia terlibat dalam dosa. Sifat dosa yang utama adalah memisahkan kita dari Tuhan, dan ini yang harus kita sadari. Pasangan yang mulai terlibat dalam dosa sebetulnya memilih memisahkan diri dari Tuhan sebab sifat dosa memisahkan dirinya dari Tuhan. Itu sebabnya dia tidak nyaman berada dalam hadirat Tuhan dan berupaya menghindar. Itu sebabnya juga ia tidak bersekutu dengan Tuhan baik secara pribadi maupun jemaat, ia pun berusaha menghindar dari sesama saudara seiman sebab dosa membuatnya defensif, tidak nyaman berada bersama saudara-saudara seiman dan mungkin dia juga takut kalau-kalau dosanya terbongkar di hadapan saudara- saudara seiman. Kalau mereka mulai bertanya ini dan itu, ia menjadi susah menjawab atau akhirnya ketahuan. Itu sebabnya orang-orang ini berusaha menghindar dari persekutuan.
GS : Tetapi kalau kita sebagai pasangan yang hendak menolong dengan bertanya, "Kamu ini memunyai dosa apa, kenapa semakin menjauh dari Tuhan? Dan saya rasa kamu pasti punya dosa." Saya yakin pasangannya setelah mendengar hal itu menjadi marah, Pak Paul.
PG : Betul. Jadi sikap defensif itu seringkali keluar karena sekali lagi dalam hatinya tahu kalau dia salah dan dia sedang terlibat dalam dosa. Maka tadi saya sudah singgung yang acapkali keluar dari mulutnya adalah, "Sudahlah jangan menghakimi, semua orang tidak ada yang sempurna dan semua orang juga berdosa, pendeta pun bisa jatuh dalam dosa." Jadi akhirnya dia berusaha untuk membenarkan kondisinya itu.
GS : Hal lain yang menyebabkan orang jauh dari Tuhan apa, Pak Paul ?
PG : Yang berikut adalah hubungan pernikahan yang bermasalah. Jadi kalau kita sering konflik, akibatnya pasangan menjauh dari Tuhan sebab bila pasangan merasa bahwa kita yang rohani adalah bagian dari masalah, kecenderungan dia adalah menjauh dari Tuhan, mungkin sekali dia merasa kalau kita adalah orang yang munafik menyebut-nyebut nama Tuhan tapi tidak memerlihatkan kasih Kristus dalam kehidupan. Oleh karena dia tidak mau disamakan dengan orang munafik, ia pun menolak untuk dekat dengan Tuhan. Jadi seolah-olah mereka berkata, "Buat apa kamu mengaku diri rohani tapi hidupmu seperti ini yaitu sering memaki saya dan sebagainya, untuk apa saya dekat dengan Tuhan dan buat apa saya terlibat pelayanan seperti kamu." Akhirnya dia menjadi menjauh dari Tuhan.
GS : Di sini banyak pasangan yang merasa dihakimi oleh pasangannya sendiri, seolah-olah tidak serius dan tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan kemudian diberikan ayat-ayat Kitab Suci, akibatnya orang ini makin menjauh dari Tuhan.
PG : Kalau hidup kita benar-benar tulus, penuh kasih sayang dan mengikut Kristus sepenuh hati, bisa jadi kendati kita bicara mengarahkan seperti itu maka dia tidak marah karena dia tidak memiliki alasan untuk marah. Yang membuat dia marah adalah kalau dia melihat kita tidak hidup konsisten.
GS : Bagaimana dengan kekecewaan terhadap Tuhan, Pak Paul ?
PG : Tadi kita sudah singgung sedikit, seringkali ini adalah penyebab kenapa pasangan tidak mau dekat lagi dengan Tuhan. Kekecewaan membuat semangatnya padam dan kasihnya kepada Tuhan juga redup dan mungkin dia merasa disakiti dan tidak mau disakiti lagi untuk kedua kalinya, akhirnya dia memilih untuk jauh dari Tuhan agar tidak mengalami kekecewaan lagi. Sebab bagi dia, dia tidak akan kecewa kalau dia tidak harus melihat perilaku orang-orang Kristen seperti ini. Atau kalau saya tidak meminta apa-apa kepada Tuhan maka saya tidak akan menerima penolakan apa-apa dari Tuhan juga dan saya tidak harus kecewa. Ada orang yang menjauh dari Tuhan akibat kekecewaan.
GS : Karena pengaruh teman atau orang-orang yang dekat dengan dia, seringkali orang menjauh karena imannya goncang. Dia mau pindah ke agama lain tapi belum berani memutuskan. Apakah hal itu juga bisa terlihat, Pak Paul ?
PG : Ini juga bisa terjadi. Jadi karena pergaulan atau pengaruh-pengaruh mungkin dia mulai mempertanyakan nilai-nilai kepercayaannya, "Apakah itu benar, tapi kenapa seperti ini dan tidak masuk diakal, kenapa Tuhan seperti ini." Akhirnya dia mengalami kesukaran menerima dogma-dogma Kristiani dan mulai mempertanyakan kebenaran Alkitab sehingga akhirnya mulailah dia memertimbangkan keyakinan yang lain. Atau untuk sementara tidak memertimbangkan kepercayaan yang lain, namun dia juga tidak bisa lagi memercayai apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan.
GS : Kita tiba pada bagaimana mengatasinya, karena masalah-masalah seperti ini harus kita tanggulangi khususnya kita sebagai pasangan. Apa yang bisa kita lakukan, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa kalau mengenai keterlibatan pasangan dengan dosa, kita harus mengingatkannya akan kekudusan dan kemahatahuan Tuhan, ingatkan dia akan Mazmur 69:6 yang berkata, "Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-Mu." Dengan kata lain, kita harus mengingatkan bahwa Tuhan mengetahui segalanya dan akan menuntut pertanggung-jawaban kita. Jadi secara halus dan lembut kita ingatkan dia akan Firman Tuhan ini, Ia kudus dan Ia Mahatahu jadi jangan sampai kita melanggar kehendak-Nya.
GS : Bagaimana kalau penyebabnya karena hubungan kita sebagai suami istri sudah tidak harmonis lagi ?
PG : Seperti tadi yang telah kita singgung itu merupakan salah satu penyebabnya. Jadi tidak bisa tidak kita harus membereskannya terlebih dahulu sebelum kita bicara banyak tentang hal-hal rohani, kita harus membereskan masalah dalam pernikahan kita terlebih dahulu, carilah seorang konselor atau hamba Tuhan, tunjukkanlah itikad baik kepadanya dengan mengatakan bahwa kita menyadari kalau ada masalah dalam pernikahan dan perlihatkan niat bahwa kita ingin menyelesaikan masalah ini dan beri dia kesempatan untuk mengutarakan keluh kesahnya kepada kita. Jadi singkat kata, fokuskan dulu pada masalah kita sebelum kita nanti membawa-bawa masalah rohani dalam pembicaraan kita dengan dia.
GS : Kalau dia terbuka maka masalah ini akan bisa diselesaikan, tapi kalau dia menutup-nutupi masalah dan dia mengatakan, "Tidak ada apa-apa di antara kita," maka penyelesaian ini akan lebih lama lagi, Pak Paul ?
PG : Betul. Kalau memang tidak ada sambutan dari dia dan dia tidak mau lagi menyelesaikan masalah pernikahan, itu yang menjadi kendala. Mungkin langkah terakhir kalau ini masalahnya maka kita harus minta maaf dan kita katakan, "Hal-hal keliru yang saya lakukan, saya minta maaf tapi sekarang kita coba perbaiki masalah pernikahan ini."
GS : Mungkin ada cara lain, Pak Paul, yang harus kita lakukan ?
PG : Bila penyebabnya adalah kekecewaan terhadap Tuhan dan sesama orang Kristen, maka ajaklah dia untuk mengemukakan kekecewaan itu kepada Tuhan dalam doa, doronglah dia untuk membuka semua kekecewaannya kepada Tuhan. Akuilah bahwa tidak selalu kita dapat memahami Tuhan dan akui pula bahwa orang Kristen pun dapat melakukan perbuatan yang salah, setelah itu kita bawa dia kepada salib Kristus, ingatkan bahwa salib adalah bukti kasih dan komitmen Tuhan terhadap kita. Ingatkan juga bahwa pemazmur sendiri dan sebagian dari hamba Tuhan di dalam Alkitab adalah orang yang pernah mengalami kekecewaan. Tidak heran Daud di Mazmur 69:4 berkata, "Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku," jadi di sini kita melihat bahwa inilah kondisi nyata raja Daud yang dekat dengan Tuhan, dia bisa lesu dan dia bisa merasa begitu letih karena sudah berlama-lama berseru kepada Tuhan, tapi tidak mendapatkan jawabannya namun perhatikan akhir dari keluhannya di Mazmur 69:34 ia berkata, "Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan." Artinya Tuhan pasti akan mendengarkan doa dia. Jadi meskipun dia kecewa tidak mendengarkan jawaban Tuhan, tapi tetap dia percaya bahwa Tuhan akan memerhatikannya.
GS : Kalau kekecewaan itu terjadi kepada sesama anggota jemaat atau bahkan kepada majelis atau pendetanya dan kemudian dia meminta, "Kita pindah gereja saja," apakah hal itu perlu dituruti atau bagaimana, Pak Paul ?
PG : Saya kira untuk pindah kita perlu perlahan dalam pengambilan keputusan dan kita harus melihat dan memberi kesempatan apakah ada perubahan dan suarakan keluhan kita, apakah didengarkan atau apakah nanti ada tindak lanjut dan apakah ada damai sentosa dalam hati kita waktu kita nanti bersekutu dan beribadah di sana. Kalau kita sudah suarakan masukan kita tapi tidak disambut, kita sudah memberi kesempatan dan waktu tapi tidak ada perubahan dan tidak ada damai sejahtera, kita tidak lagi bertumbuh dalam Tuhan, semua itu kita pertimbangkan mungkin kita harus berkata pada akhirnya, "Baiklah saya terima." Namun kadang-kadang meskipun kita tahu kalau pasangan kita yang kurang tepat, sebetulnya tidak apa-apa tetap di gereja ini. Namun kalau dia ingin pindah sebaiknya kita tahan dulu, tapi kalau dia merasa bahwa sudah tidak bisa lagi di sini mungkin pada akhirnya kita harus mengalah sebab yang penting adalah jangan sampai dia tidak lagi beribadah kepada Tuhan.
GS : Lalu bagaimana dengan yang tadi kita bicarakan kalau orang ini atau pasangan kita ini ingin pindah ke agama lain, Pak Paul ?
PG : Kalau ada perubahan iman kepercayaan, ada 2 tindakan yang harus kita ambil misalnya ada orang yang meragukan keyakinannya karena ilmu pengetahuan. Sebaiknya dalam kasus seperti itu, kita memintanya membaca buku tertentu atau memintanya berbicara dengan seorang ilmuwan yang bukan hanya memahami sains tapi juga Firman Tuhan. Tapi bila keraguannya atau kegoncangannya tidak berkaitan dengan ilmu pengetahuan, sebaiknya kita memintanya untuk mendalami Firman Tuhan lewat bimbingan seorang hamba Tuhan yang berpengalaman. Ijinkan dia untuk bertanya bahkan bawalah semua pertanyaan ini di hadapan Tuhan dalam doa. Jadi biarkanlah dia bergumul di dalam Tuhan dan bukan di luar Tuhan. Jadi dalam doa silakan berkata, "Tuhan saya ragu, saya tidak tahu lagi apakah ini benar atau tidak." Jadi biarkan dia katakan kepada Tuhan sebab inilah caranya Tuhan memimpin ia kembali ke jalan-Nya.
GS : Tapi biasanya sulit sekali bagi orang yang sudah mengundurkan diri untuk tetap berdoa, untuk tetap menggumuli Firman Tuhan karena konsepnya adalah kekristenan ini sudah jelek dan dia ingin pindah ke lainnya.
PG : Seringkali kita tidak bisa memaksakan tapi kita bisa dengan memberi teladan lewat tindakan kita yang penuh kasih sayang dan kelembutan, mendengarkannya dan terus berdoa untuk dia sebab kita tahu bahwa ini adalah sebuah pertarungan rohani meskipun kita tidak bisa melihatnya secara kasat mata. Tapi dalam doa kita terus mendoakannya dan waktu dia melihat kesaksian hidup kita yang indah itu maka tidak bisa tidak dia pun tidak mudah untuk meninggalkan apa yang telah dipercayainya itu. Jadi itulah yang bisa kita lakukan, Pak Gunawan.
GS : Mungkin kunci utamanya adalah kita tetap mengasihi dia dan memerlakukan dia dengan penuh kasih, begitu Pak Paul ?
PG : Betul sekali.
GS : Karena tanpa itu maka pasangan kita bisa terhilang.
PG : Betul.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Ketika Pasangan Menjauh Dari Tuhan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.