Kejenuhan dalam Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T036A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kejenuhan sesuatu yang dapat terjadi di dalam pernikahan dan cenderung memunculkan keraguan akan cinta dari masing-masing pasangan, namun hal ini masih dapat untuk diatasi.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tidak bisa disangkali bahwa sebagai manusia kita gampang bosan, baik dalam pekerjaan, dalam situasi tertentu, dalam pelayanan, bahkan juga di dalam pernikahan.

Kejenuhan adalah sesuatu yang bisa timbul pada diri siapa saja. Kejenuhan yang muncul secara berkala dan bukan dalam derajat yang tinggi masih bisa dimaklumi. Meskipun idealnya, kalau itu muncul kita harus melihat hal itu sebagai tanda awas dan kemudian mengevaluasi diri, kenapa sampai muncul perasaan jenuh seperti itu. Sebab kalau pernikahan itu diisi dengan hal-hal yang dinamis dan menyenangkan seharusnya kejenuhan itu tidak muncul.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya rasa jenuh:

  1. Problem yang tak terselesaikan
  2. Harapan yang tak terpenuhi

Jadi dengan kata lain pernikahan itu seperti suatu keseimbangan, suatu equilibrium dimana harus ada keseimbangan antara dua faktor itu. Perlu diingat bahwa pada dasarnya pernikahan perlu dipupuk, agar kuat dan supaya kita yang menjadi insan nikah bisa merasakan keamanan. Rasa aman perlu ditanamkan dan dipupuk dalam pernikahan. Satu hal yang juga perlu saya kemukakan, cinta itu bisa padam. Ada orang yang beranggapan dan berharap, sekali mencintai akan selama-lamanya mencintai. Atau sekali dicintai selama-lamanya akan dicintai. Kenyataannya tidaklah demikian, kita bisa kurang mencintai dan kebalikannya pasangan kita bisa kurang mencintai kita pula.

Kalau cinta itu sampai padam, sulit untuk menghidupkannya kembali. Jauh lebih sulit daripada memupuk hubungan pernikahan agar cinta itu tidak padam. Kita perlu membangun suatu hubungan yang saling mengisi. Maksudnya, mengisi kebutuhan mendasar, sehingga waktu kita diperhatikan dan dicintai kita merasakan diri ini berharga.

Pernikahan yang bisa terhindar dari kejenuhan adalah pernikahan yang mengisi. Kalau boleh saya gunakan istilah tabungan, orang yang rajin menabung, yaitu si suami rajin menabung dan si isteri rajin menabung, maka tabungan pernikahannya akan penuh. Itulah yang sangat berharga. Orang yang memberikan waktu untuk pasangannya adalah orang yang menabung.

Saya melihat pernikahan sebagai sesuatu yang mempunyai 2 sisi yang kelihatannya paradoks:

  1. Kita menikah karena pernikahan itu memenuhi kodrat kita sebagai manusia sosial, kita inginkan kedekatan dan keintiman, itu sebabnya kita menikah.
  2. Di pihak lain, sebetulnya pernikahan itu mempunyai sisi yang berlawanan dengan kodrat manusiawi, yaitu kita adalah orang yang tidak tahan lama dengan sesuatu yang sama.

Matius 4:1 dicatat: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti", tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah."

Yesus Tuhan kita sudah tentu dalam problem yang besar karena tidak makan setelah 40 hari 40 malam berpuasa. Dan jalan pintas yang tercepat adalah memerintahkan batu menjadi roti, dan Ia mampu melakukannya. Tapi disini Tuhan Yesus memberikan suatu jalan keluar yang lebih panjang yaitu mempercayakan problem atau kesulitan hidupnya kepada Allah. Sebab yang lebih penting daripada jalan pintas adalah mentaati firman yang keluar dari mulut Allah sendiri. Bagi siapa yang sedang mengalami kejenuhan, kebosanan, atau godaan. Nasihat Firman Tuhan, adalah pentingkan dan taatilah yang keluar dari mulut Allah. Sekalipun jalan Allah mungkin lebih panjang tidak seperti jalan pintas yang ditawarkan oleh si iblis, tapi ini yang membawa kita pada kebahagiaan sejati.

Firman Tuhan merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam menyuburkan kehidupan pernikahan, supaya pasangan jangan cepat bosan dan mengokohkan ikatan pernikahan mereka. Jadi membaca firman Tuhan bersama-sama dan mensharingkannya antara suami dan isteri itu penting sekali.