Memiliki anak lagi memang suatu anugerah dan karunia yang menggembirakan sekali bagi orang tua. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan munculnya suatu masalah terutama bagi anak yang sulung, karena kecenderungannya kemunculan adik atau anak kedua akan menimbulkan masalah bagi si kakak.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Heman Elia, M. Psi. beliau adalah seorang pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, kami akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan selama ± 30 menit ke depan dan perbincangan kami kali ini kami beri judul "Aku Punya Adik". Dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat bagi kita sekalian.
HE : Untuk menolong orang tua seperti ini saya kira di sini orang tua ada peran untuk mengurangi beban pikiran, beban perasaan pada sang kakak. Ada tahapan-tahapan yang perlu kita persiapka untuk sang kakak ini sejak si adik ini belum lahir, jadi disiapkan langkah demi langkah supaya lama kelamaan si kakak ini sudah bisa menerima kenyataan akan lahirnya adik.
Dan yang perlu diingat orang tua sebagai prinsip di sini adalah orang tua membantu anak yaitu sang kakak ini untuk bisa mengangkat beban, beban ini tetap harus ada tetapi beban ini bisa diangkat oleh si anak.HE : Ya kadang-kadang begitu, karena bagaimanapun si kakak ini misalnya terutama pada anak pertama dia mendapat perhatian yang cukup meskipun ibu ini sudah hamil tetapi seluruh perhatian mash ada pada sang kakak, dengan demikian sang kakak belum terlalu merasa kehilangan perhatian dan sebagainya.
HE : Betul dan anak-anak ini akan mengalami berbagai masalah.
HE : Anak ini akan bisa lebih manja, lebih cengeng, rewel, pemarah dan juga kadang-kadang mereka ini mengalami berbagai kemunduran perkembangan. Sebagai contoh misalnya tadinya sudah tidak nompol, wah...ini
ngompolnya sering sekali misalnya, atau misalnya anak ini tadinya sudah bisa bicara dengan lumayan jelas, sekarang kembali lagi ternyata bicaranya wah menjadi kacau atau pun kembali lagi pada tahap sebelumnya di mana dia masih belum bisa bicara dengan jelas.HE : Kalau misalnya terpaut di atas 5 tahun antara kakak dengan adik, nah ini masalahnya tidak akan sebesar misalnya kalau beda seperti anaknya Bapak tadi terpaut 15 bulan. Karena apa? Karen selain kematangan berpikir anak, juga anak-anak usia 5 tahun itu sudah disibukkan oleh sekolah-sekolahnya, pelajaran di sekolahnya sehingga dia tidak begitu perhatian kepada masalah dengan adiknya ini.
HE : Jadi maksud Bapak kalau misalnya ditarik perhatian, boleh Pak Gunawan memberikan contoh mungkin?
HE : Itu adalah salah satu contoh sebetulnya dan menurut saya ada baiknya itu dilakukan oleh kedua pasangan misalnya pada saat ibu ini harus sibuk dengan bayinya, sang ayah harus cepat-cepatmengambil bagian untuk lebih banyak memperhatikan si kakak dan harus putar begitu.
Ketika si ayah harus melayani si baby, nah ibunya ini lebih banyak memperhatikan sang kakak.HE : Ya, dan ini bahkan bisa dilakukan sejak sebelum bayi lahir, pada waktu sang bayi belum lahir si ayah perlu menjalin hubungan yang lebih dekat dengan si kakak ini untuk persiapan kalau msalnya si ibu ada di rumah sakit, kemudian si ibu melayani babynya lebih banyak, jadi ada kedekatan antara si ayah dengan sang kakak ini.
HE : Ya ada beberapa kejadian seperti itu, tapi tidak sepenuhnya juga didalam arti ada beberapa anak yang kemudian karena terus-menerus melihat kehadiran adiknya yang masih bayi dan dia akanmerasa bahwa adiknya ini begitu rewelnya dan dia akan kesel sekali ketika baru saja mau bermain dengan ibunya, adiknya sudah menangis dan ibunya harus berlari-lari meladeni si bayi, nah ini dia akan menjadi bermasalah begitu.
HE : Ya di dalam pandangan anak seperti itu, meskipun sering kali ini tidak bisa dihindari oleh orang tua. Nah kita bisa bayangkan misalnya tentang anak, sang kakak ini bisa kita ibaratkan sperti orang tua misalnya suami-istri.
Nah si suami misalnya membawa pulang seorang kekasih dan dia mengatakan kepada si istri, pasangannya bahwa ini saya membawa pulang ini, tolong diperlakukan dengan baik jangan ganggu dia. Ketika kemudian si suami bersama kekasih ini menonton TV, si istri ini masuk dan si suami bilang kepada istri jangan ganggu kami, kami sedang menonton TV dan sebagainya, nah perasaan-perasaan ini 'kan menimbulkan perasaan jengkel kepada si istri atau sebaliknya juga si istri membawa kekasihnya, bagi suami ini suatu hal yang buruk sekali. Demikian juga perasaan si kakak ini ketika adiknya lahir kira-kira seperti itu perasaannya. Dan perasaan ini pasti sulit diatasi oleh sang kakak, otomatis itu akan terjadi sehingga sang kakak selalu menaruh suatu kejengkelan terhadap orang tua meskipun orang tua tidak bermaksud demikian.HE : Ini tidak bisa dipastikan, tetapi bisa terjadi sampai dengan kalau misalnya si adik sudah bisa diajak main, biasanya ini akan berkurang. Tetapi perlakuan orang tua memperlakukan sang kaak dan sang adik ini juga akan mempercepat atau memperlambat proses penyesuaian ini.
HE : Pengaruhnya saya rasa tidak terlalu beda menyolok, unsur perasaan tingkah laku mungkin bisa berbeda antara laki dan perempuan. Tetapi reaksinya itu ± hampir sama.
HE : Saya kira sebaiknya memang kalau anak sudah sampai pada usia misalnya 4 tahun di mana dia sudah bisa mengatur dirinya, baik ada adik maupun tidak ada adik dia sudah harus dipisah. Masalhnya adalah kita mesti memberi pengertian kepada sang kakak bahwa si adik seperti juga sang kakak waktu bayi harus ditemani dan harus mendapat banyak bantuan.
HE : Ya kita akan berusaha supaya sang kakak itu bisa memandang dari sudut yang lain bukan dari sudut bahwa perhatiannya itu dialihkan atau direbut, itu prinsipnya.
HE : Langkah demi langkah pada saat si adik belum lahir, masih di dalam kandungan, orang tua membantu anak ini misalnya kadang-kadang bilang "O.... adiknya lagi bergerak-gerak ini coba pegan, disayang, disayang" begitu, dan orang tua mungkin bisa membelikan binatang peliharaan atau boneka yang lucu-lucu supaya anak ini mempunyai rasa sayang terhadap hal-hal yang demikian.
Dan kemudian juga anak ini dibawa ke rumah sakit untuk melihat baby, untuk menyayangi baby-baby ini atau kadang-kadang boleh mengajak ke tempat panti asuhan dan sebagainya untuk mengasihi orang lain, untuk mengasihi anak-anak kecil. Dan kemudian meminta supaya anak bersama-sama mendoakan si baby ini supaya dia lahir dengan selamat dan ketika si baby sudah betul-betul lahir akan dibawa pulang kita bisa ajak anak juga untuk membantu, dan kita puji anak ini supaya anak ini bisa timbul rasa sayangnya kepada adik ini. Memang ada masa-masa di mana sang kakak ini tidak bisa diberitahu dari sudut pandang yang lain, tetapi dengan cara-cara demikian mudah-mudahan si kakak perlahan-lahan bisa menyayangi adiknya.HE : Ya ini point yang baik sekali, jadi pada saat semua tercurah kepada si adik, orang tua harus peka terhadap hal ini, yang saya bisa sarankan kepada orang tua adalah ketika tamu-tamu datag yang pertama kali diperkenalkan adalah sang kakak dan sang kakak ini perlu dipuji di depan tamu-tamunya, baru kemudian mereka diajak untuk melihat sang adik.
HE : Ya bahwa kakak ini sudah pinter menyanyi misalnya dia juga sayang kepada adiknya dan seterusnya, kita bisa saja mencari berbagai keunggulan dari sang kakak.
HE : Ya kita mesti peka juga terhadap hal ini, bahwa yang memegang tanggung jawab utama untuk mengasuh anak itu adalah orang tua, jadi ketika anak diminta bantuan itu bukan betul-betul kita ngin minta pertolongan dari sang kakak, tetapi hanya supaya sang kakak ini lebih dekat kepada adiknya.
Soalnya sangat besar kemungkinan ketika terjadi kesalahan sang kakak ini dimarah-marahi, kalau sudah dimarahi sang kakak akan jera bahkan semakin jengkel, semakin sakit hati terhadap adiknya.HE : Ya betul begitu, jadi orang tua hendaknya melatih, tetapi bukan berarti anak ini dibiarkan, dibiarkan melakukan tugas mengasuh seperti itu.
HE : Ya tadi saya katakan kalau bisa di atas 5 tahun terpaut usianya, ini akan lebih baik. Memang adakalanya ini tidak bisa diatur, kadang-kadang memang kita bisa di dalam jangka 5 tahun iniada 3 anak yang lahir berturut-turut begitu.
HE : Ya ini memang merepotkan dan ini merupakan tekanan tersendiri bagi anak, tetapi kalau kita dapat mempersiapkan semuanya dan kita bisa melakukan langkah-langkah ini. Sebagai contoh, misanya ketika anak bertengkar dan sebagainya kita bisa memperlakukan mereka dengan bijaksana, mereka akan menjadi saudara-saudara yang sangat akrab dan mereka akan saling menolong satu dengan yang lain.
HE : Ya bisa terjadi seperti yang kita saksikan misalnya dalam Alkitab, keluarganya Yusuf. Yakub memperlakukan saudara-saudaranya Yusuf itu berbeda dengan Yusuf. Jadi di sini saya kira orangtua itu juga memegang peran dan orang tua perlu berhati-hati untuk tidak memperlakukan istimewa salah satu anak.
HE : Ada satu prinsip di sini yaitu kita tidak mungkin bisa memperlakukan semua anak sama persis, yang dikatakan sebagai keadilan kalau misalnya itu digugat maksud saya oleh anak-anak, biasaya yang digugat itu adalah "kok saya diperlakukan tidak sama dengan saudara ya."
Nah prinsipnya di sini bukan sama perlakuan, tetapi menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jadi misalnya kakak mendapatkan hak lebih banyak, dalam arti boleh tidur lebih malam, dapat uang jajan dan sebagainya. Nah kalau dia menuntut kewajiban yang seperti adiknya yang kurang maka kita harus juga menuntut haknya dikurangi begitu. Kalau dia tidak mau haknya dikurangi, kewajibannya harus sebesar itu. Dan kemudian juga yang satu prinsip lagi yaitu orangtua jangan sampai membanding-bandingkan satu anak dengan yang lain. Kadang-kadang secara implisit ya/tidak sengaja itu dikemukakan.HE : Ada ayat-ayat yang bagus dari
GS : Ya memang sering kali ayat ini ditujukan pada orang-orang yang sudah dewasa Pak, yang seiman, segereja dan sebagainya. Tapi rupanya juga tepat kalau itu diterapkan atau diaplikasikan kepada kehidupan anak-anak kita Pak. Ya tentu kita juga senang kalau anak-anak itu hidupnya rukun seperti itu, dan dikatakan Tuhan itu memerintahkan berkatNya untuk datang ke situ. Dan berarti itu menjadi berkat bagi rumah tangga kita masing-masing. Terima kasih sekali Pak Heman untuk perbincangan kali ini dan tentunya ini tidak membuat kita kemudian mempunyai anak tanpa direncanakan, tetapi setelah kita tahu bahwa memang ada banyak hal yang bisa timbul di dalam diri kakak-kakak yang mendapatkan adik baru ini, kita juga harus memperhitungkan dan harus mempersiapkan kakak-kakak ini dengan lebih baik. Jadi saudara-saudara pendengar, demikianlah tadi perbincangan kami dengan Bp. Heman Elia, M. Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Aku Punya Adik." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Punya anak lagi itu sering kali merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Tapi apakah ini juga akan terjadi pada anak kita yang akan jadi kakak? Belum tentu, dan kebanyakan anak akan mengalami stres, meskipun awalnya sebagian anak merasa senang. Masalah yang banyak dialami orang tua adalah sang kakak menjadi lebih manja, cengeng, rewel, pemarah, dan mengalami kemunduran perkembangan.
Perasaan semacam ini sudah hampir pasti akan timbul. Tugas kita adalah memberi pengertian yang justru tidak memperberat masalahnya, melainkan membantu anak melihat dari sudut pandang yang positif, bahwa kita tetap menganggapnya sebagai kekasih kita, sekalipun harus berbagi kasih dengan orang lain.
- Siapkan sang kakak menghadapi kelahiran adik.
- Ketika adik lahir, orang tua bergantian memberi perhatian pada masing-masing anak.
- Utamakan kakak di hadapan para tamu.
- Ajak anak Anda untuk membantu Anda.
Satu prinsip di sini adalah kita tidak boleh membuat anak merasa dibanding-bandingkan satu dengan lainnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Prinsip lain adalah kita harus membuat anak merasa diperlakukan secara adil. Bukan berarti kita harus memperlakukan semua anak secara sama, melainkan kita perlu menyeimbangkan hak dan kewajiban setiap anak sesuai dengan usia mereka. Dengan demikian kita akan mengurangi problem iri hati antar saudara kandung.