Skip to main content

Kereta Waktu

Penulis merenungkan perubahan waktu dalam hubungan dengan anak-anaknya, menyadari bahwa masa kanak-kanak mereka sangat singkat dan berharga. Meskipun tidak bisa menghentikan waktu, penting untuk hidup di masa kini dan menikmati setiap momen bersama anak-anak, agar mereka tidak hanya menjadi bagian dari kenangan. Dalam menjalani peran sebagai orangtua, kita harus menghargai kehadiran mereka saat ini, sebelum mereka tumbuh mandiri dan pergi.

  • anak-anak
  • waktu
  • kenangan
  • masa kanak-kanak
  • perilaku remaja
  • hidup pada masa sekarang
  • nikmati kehadiran
  • Penulis awalnya mengira masih memiliki waktu lama dengan anak-anak, tapi sekarang menyadari hanya memiliki 12 tahun sebelum mereka mandiri.
  • Dua dari tiga anak sudah remaja dan menunjukkan perubahan sikap, misalnya, kurang terbuka dan lebih mementingkan teman sebaya.
  • Penulis merindukan masa kanak-kanak anak-anak dan menginginkan waktu berhenti agar dapat menikmati momen-momen tersebut lebih lama.
  • Tidak dapat mempercepat atau memperlambat waktu; waktu bersama anak hanya dapat dihargai saat itu, tidak bisa diulang.
  • Perubahan tahap perkembangan anak hanya dapat dikenang, tidak bisa dialami kembali secara langsung.
  • Penting untuk hidup di masa sekarang dan menikmati waktu bersama anak sesuai dengan usianya tanpa terjebak dalam kenangan atau harapan masa depan.
  • Pesan untuk menjadi orang tua yang hadir dalam kehidupan anak-anak saat ini, sebelum mereka tumbuh lebih jauh lagi.

Abstrak
Waktu yang sudah lewat tersisa dalam kenangan sedangkan waktu yang akan datang menyembul dalam khayalan. Hiduplah pada masa sekarang, dalam kenyataan, bukan dalam kenangan yang membuahkan penyesalan atau khayalan yang merupakan pelarian semata-mata Jadilah ayah dan ibu untuk anak-anak kita sesuai usianya sekarang! Nikmati setiap tetesan kehadiran mereka dan jangan sampai mereka hanya hidup dalam kenangan atau khayalan kita. Ingat, kereta waktu terus berjalan ... dan anak-anak kita berada di dalamnya!
Isi

Dulu saya berpikir bahwa saya mempunyai sekurang-kurangnya 18 tahun untuk membagi hidup bersama dengan anak-anak kami. Sekarang baru saya menyadari bahwa sesungguhnya saya hanya memiliki 12 tahun. Dua di antara tiga anak kami sudah menginjak remaja dan mulai menampakkan perilaku remaja, bukan kanak-kanak lagi. Mereka enggan diajak pergi bersama jika tidak ada teman sebaya dan di rumah, telepon telah berubah menjadi alat komunikasi yang SANGAT vital bagi mereka. (begitu vitalnya sehingga saya kesulitan memakainya). Dulu saya dapat memeluk putri kami dengan bebas, sekarang saya perlu berhati-hati memeluknya. Dulu saya bisa bercanda dengan putra saya dan mendapatkan respons apa adanya darinya, namun sekarang tanggapannya seolah-olah berbentuk pertanyaan, ôPapa, mengapa engkau bertingkah laku aneh ?ö

Saya mengibaratkan waktu bak kereta yang sedang melaju. Betapa inginnya saya menghentikan laju lokomotif itu tetapi sayang, saya tak kuasa menahannya. Kadang dengan bercanda (dan setengah berharap) saya meminta kepada putra-putri kami untuk berhenti bertumbuh. Saya merindukan dan berkhayal agar mereka tetap berusia 5, 7, dan 9 tahun terus-menerus. Mendengar itu, biasanya mereka menertawakan saya (mungkin Saudara juga) sebab mereka sadar bahwa itu adalah permintaan yang tak mungkin mereka luluskan.

Saya sungguh berharap bahwa saya dapat memperlambat laju kereta waktu dan menikmati mereka sebagai anak-anak kembali. Dulu saya beranggapan bahwa saya masih mempunyai waktu yang panjang untuk hidup dengan mereka sebagai kanak-kanak. Ternyata perhitungan saya meleset; setelah usia 12, anak-anak berubah mandiri dan mulai melepaskan diri dari orangtua. Saya masih membutuhkan mereka namun mereka tidak lagi membutuhkan saya. Sisa waktu bersama mereka menjadi begitu sedikitàdan begitu berharga !

Kita tidak dapat mempercepat atau memperlambat waktu; kita hanya bisa melaluinya. Ada hal-hal yang dapat kita lalui berulang-kali, tetapi ada sebagian hal yang hanya dapat kita lalui sekali. Waktu bersama anak termasuk dalam kategori yang kedua itu. Kita hanya dapat menikmati anak pada masa kanak-kanaknya sebagai kanak-kanak sekali, tidak bisa dua atau tiga kali. Celotehnya sebagai bayi hanya terdengar pada masa bayi; tangisnya sebagai balita hanya terjadi pada masa ia duduk di taman kanak-kanak; main sepeda, kelereng, atau petak lari hanya dilakukannya pada masa sekolah dasar; perilakunya yang berlagak seperti orang dewasa namun masih seperti anak-anak hanya terlihat pada masa remaja. Setelah semua itu berlalu, kita hanya dapat menatap gambar-gambar hidup itu melalui sesuatu yang kita sebut, memori. Kita tidak bisa melalui waktu itu lagi secara langsung; kita hanya dapat mengenangnya.

Solomo, si pengkhotbah, meringkasnya dengan tepat, ôUntuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.ö (3:1) Kesimpulannya adalah, hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lampau atau masa datang. Waktu yang sudah lewat tersisa dalam kenangan sedangkan waktu yang akan datang menyembul dalam khayalan. Hiduplah pada masa sekarang, dalam kenyataan, bukan dalam kenangan yang membuahkan penyesalan atau khayalan yang merupakan pelarian semata-mata Jadilah ayah dan ibu untuk anak-anak kita sesuai usianyaùsekarang ! Nikmati setiap tetesan kehadiran mereka dan jangan sampai mereka hanya hidup dalam kenangan atau khayalan kita. Ingat, kereta waktu terus berjalan ... dan anak-anak kita berada di dalamnya !

Sumber
Eunike
Penulis
Pdt. Dr. Paul Gunadi