Tidak mudah untuk mengerti tindakan Tuhan, terutama tatkala kita tengah membutuhkan pertolongan-Nya. Kadang kita merumuskan Tuhan dan berharap bahwa Ia akan bertindak sesuai rumus tersebut. Namun pada akhirnya kita menyadari bahwa IA MELAMPAUI RUMUS YANG TELAH KITA BUAT. Marilah kita melihat pengalaman dua sahabat Kristus—Marta dan Maria—yang juga pernah mengalami kebingungan memahami tindakan Tuhan Kita Yesus yang datang terlambat untuk menyembuhkan Lazarus, sebagaimana dicatat di Injil Yohanes 11 [1]
Ada tiga hal tentang Tuhan yang mesti dipahami:
Sekilas tampaknya mudah buat kita memahami ketiga hal ini namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Saya kira kita semua pernah mengalami betapa tidak mudahnya memahami karakter, cara kerja dan rencana Tuhan dalam hidup kita.
Apa yang terjadi sebelum Lazarus dibangkitkan sesungguhnya merupakan ujian berat buat Marta dan Maria, yang mengharuskan mereka untuk bergumul. Ada tiga pergumulan yang dihadapi mereka.
Untuk dapat melihat dan menerima rencana Tuhan yang lain dibutuhkan iman yang besar. Lewat peristiwa kebangkitan Lazarus, Tuhan menumbuhkan iman Marta dan Maria. Inilah yang Tuhan lakukan di dalam hidup kita pula. IA SENANTIASA BERUSAHA MENUMBUHKAN IMAN KITA SUPAYA KITA DAPAT BERELASI DENGAN-NYA PADA LEVEL KEINTIMAN TERDALAM.
Tantangan Tuhan Yesus kepada Marta adalah, "Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah." Tantangan yang sama Ia berikan kepada kita pula. Ia rindu memerlihatkan kemuliaan-Nya kepada kita namun untuk itu diperlukan iman—bahwa Ia sanggup melakukan semua yang tak terbayangkan. Rencana Tuhan yang lain bukan sama baiknya dengan rencana kita; rencana Tuhan yang lain JAUH LEBIH BAIK daripada rencana kita semula.
Ringkasan T355 (A [2]+B) [3]
Oleh: Pdt.Dr.Paul Gunadi
Simak judul-judul sekitar "MASALAH HIDUP" lainnya
di www.telaga.org [4]
PERTANYAAN :
Shallom,Pada dasarnya kita harus kembali pada konsep apa itu yang dimaksud dengan perjodohan di tangan Tuhan. Pertama adalah kita harus menyadari bahwa Alkitab tidak memberikan kita kriteria yang spesifik tentang jodoh kita bahwa kalau kita mau melihat dengan seksama Alkitab tidak secara langsung menceritakan kisah dimana Tuhan menentukan jodoh orang, yang kita tahu dengan pasti dimana Tuhan campur tangan dan menentukan jodoh untuk seseorang adalah dalam kisah Ishak itu saya. Eliezer bawahan dari Abraham, ayah Ishak pergi untuk mencarikan jodoh buat anak majikannya, Ishak itu dan dia meminta tanda dari Tuhan, Tuhan menjawab sesuai dengan tanda yang diminta. Dan datanglah Ribka, akhirnya Ishak menikah dengan Ribka. Nah, dalam cerita Alkitab hanya satu saja dimana Tuhan turut campur tangan secara langsung dalam menentukan jodoh. Yang lainnya tidak, seolah-olah memang Tuhan memberikan kebebasan kepada anak manusia untuk memilih jodohnya. Jadi yang saya gunakan adalah prinsip-prinsip atau kriteria yang Tuhan sudah tentukan untuk kita. Yang pertama adalah kita ambil dari 2 Korintus 6:14 [5], Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang percaya. Prinsip kedua adalah yang saya baca dari 1 Korintus 7:39 [6], kita diberi kebebasan menikah dengan siapa saja yang kita kehendaki (maksudnya orang percaya) artinya sesuai dengan selera kita, jadi kita tidak harus menikah dengan tipe tertentu, tidak! Kita masing-masing memunyai keunikan dan selera yang juga unik dan berbeda, jadi silakan kita mau yang pendek ya silakan, yang tinggi ya silakan, yang kurus ya silakan, tidak harus seragam, nah Tuhan memberikan 2 prinsip itu. Kemudian prinsip yang ketiga yang kita juga tahu adalah diambil dari Kejadian 2 [7] yaitu Tuhan meminta kita atau Tuhan menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan untuk kita, Jadi pilihlah istri atau suami yang juga sepadan dengan kita, yang cocok itu artinya yang pas, nah ini menyangkut sebetulnya kecocokan sifat dan karakteristik.
Jadi Alkitab sebetulnya hanya memberikan kita 3 garis besar, 3 pedoman dalam mencari jodoh. Dalam prosesnya kita terus-menerus meminta pimpinan Tuhan sebab dikatakan di kitab Yakobus juga siapa yang tidak punya hikmat, mintalah hikmat kepada Tuhan dan saya percaya Tuhan akan buka jalan. Seringkali kita gagal melihat faktor yang ketiga tadi, kita hanya melihat, O….dia seiman, cocok pasti dengan kita Tuhan izinkan, kedua, O….sesuai dengan selera saya, saya suka dengan orang yang seperti dia dan sebagainya. Nah, tapi kita gagal melihat dengan jelas kecocokan kita, akhirnya kita menikah dengan seseorang yang tidak cocok dengan kita, sering bertengkar, salah pengertian, kita rasanya lebih banyak susahnya daripada senangnya dengan dia. Tapi karena dia sesuai selera kita, kita tidak rela meninggalkan atau memutuskan hubungan dengan dia, akhirnya kita menikah dan kita berharap bahwa Tuhan akan mengubah dengan otomatis sifat-sifat yang tidak cocok itu dengan kita, itu tidak terjadi. Nah, kebanyakan Tuhan akan berkata, "Ya silakah kalau engkau tetap ingin menikah, Tuhan sudah tunjukkan kepada kita ketidakcocokan ini, seringnya bertengkar, seringnya memertengkarkan hal yang sama, seringnya kita merasa tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi kita, tapi tetap kita melangkah masuk ke pernikahan, ya Tuhan akan diamkan namun nanti kita mulai menuai buahnya betapa tidak cocoknya kita. Pada saat itulah kita bertanya-tanya, "Tuhan, ini ada yang salah, sebetulnya ya bukan salah, tapi memang kita kurang melihat atau memerhatikan ketidakcocokan itu".
Pertanyaan :
Penjelasan di atas pernah saya dengar dari seorang hamba Tuhan sewaktu beliau masih mengajar di sebuah STT. Keberatan saya terhadap pandangan di atas:
Mohon penjelasannya, terima kasih.
Salam dalam kasih Kristus,
Pak SYD, terima kasih untuk surat yang Bapak sudah kirimkan kepada Telaga dan cuplikan artikel tentang "Perjodohan di tangan Tuhan".
Sebelum menjawab pertanyaan Bapak, kita perlu menyamakan definisi dulu tentang kehendak Allah. Bagi kami ada dua pengertian:
Dalam memahami kehendak Allah dalam berbagai konteks, kita harus melihatnya dalam kedua pengertian kehendak Allah di atas secara sejajar.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan Bapak, jika seseorang tidak menuruti kehendak Allah dalam pengertian 1 dan ia tetap mengabaikan tanda-tanda yang sudah Allah berikan serta tetap memilih sesuai kehendak bebasnya, bukan berarti kehendak Allah menjadi gagal terlaksana. Orang tersebut masih berada dalam lingkaran kehendak Allah, dalam pengertian yang kedua. Jadi, segala hal yang terjadi dalam kehidupan anak-anak-Nya, tetap berada dalam lingkaran kehendak-Nya bagi anak-anak-Nya. Demikian berdaulat dan penuh kasih-Nya Allah kita.
Dalam proses seorang bergumul mencari kehendak Allah, maka Allah juga bekerja melalui pertimbangan-pertimbangan, keputusan-keputusan dan kehendak manusia dalam batas kebebasan yang diberikan Allah (Efesus 2:10; Filipi 2:13 [8]). Namun pada akhirnya, tujuan Allah yang mulialah yang akan tergenapi pada waktu-Nya (Mazmur 33:10-11; Amsal 21:30 [9]; KPR 2:23).
Janji pemeliharaan Allah kepada anak-anak-Nya adalah kekal adanya (Mazmur 31:23; 37:28; 41:3; Yoh. 10:28; Filipi 1:6 [10]) bahkan mungkin pada saat ada kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak-Nya. Sungguh berbahagianya menjadi anak-anak Allah yang dikasihi-Nya setiap waktu.
Demikian respons kami terhadap pertanyaan Bapak. Jika masih ada pemikiran lain yang timbul, silakan Bapak tuliskan kembali untuk kita diskusikan kembali. Terima kasih, Tuhan memberkati!
Keluarga adalah rancangan ilahi pertama tempat manusia dibentuk untuk bertumbuh dalam kasih, membangun kepercayaan dan meneguhkan iman. Namun, dinamika kehidupan, perbedaan dan gesekan seringkali membawa luka dan tak jarang juga sering memunculkan keretakan relasi antar anggotanya. Awalnya kurang komunikasi kemudian berubah menjadi konflik relasi. Dalam terang firman Tuhan, pemulihan bukanlah sekadar memerbaiki hubungan, melainkan sebuah proses transformasi yang menyeluruh oleh kasih karunia Allah (2 Korintus 5:18 [11]).
Ada tiga hal mendasar yang perlu dilakukan agar pemulihan dan rekonsiliasi keluarga terjadi:
Pertama, Pengampunan Sejati. Pengampunan adalah sebuah pilihan untuk melepaskan kepahitan dan menerima kembali, sebagaimana Kristus telah mengampuni kita (Efesus 4:32 [12]). Pengampunan bukanlah mengabaikan kesalahan, tetapi memilih untuk tidak membiarkan masa lalu dan luka lama terus menguasai kita. Dalam keluarga, pengampunan yang tulus berarti menerima kembali anggota keluarga yang melukai hati kita, tanpa menuntut balas atau terus mengungkit masa lalu. Ini bukan hal yang mudah, tetapi sebuah tindakan iman dari teladan Kristus yang telah lebih dahulu mengampuni kita. Ketika seseorang memilih untuk mengampuni, ia membebaskan dirinya dari kepahitan dan membuka ruang bagi pemulihan kasih dalam keluarga.
Kedua, Komunikasi Terbuka yang Penuh Kasih. Komunikasi seperti jembatan, jembatan untuk membangun kembali kepercayaan dan pengertian (Amsal 15:1 [13]). Banyak konflik keluarga bermula dari kesalahpahaman atau komunikasi yang tertutup dan menyakitkan. Komunikasi yang membangun adalah komunikasi yang menyampaikan kebenaran dengan lembut, penuh kasih dan tanpa menyalahkan. Hal ini mencakup cara mendengarkan secara aktif, memahami perasaan lawan bicara, menyampaikan isi hati tanpa ketakutan akan penolakan. Komunikasi yang penuh kasih dan jujur, seharusnya menumbuhkan rasa saling percaya dan memberi ruang untuk kerentanan yang sehat, dua hal yang penting dalam proses pemulihan.
Ketiga, Rendah Hati. Pemulihan dalam keluarga tidak akan terjadi apabila setiap orang hanya ingin dianggap benar. Karakter rendah hati menjadi awal dari proses pemulihan. Karena di dalam rendah hati, kita mengenali dan berani mengakui kesalahan dan bersedia bertumbuh bersama (Filipi 2:3-4 [14]). Kerendahan hati adalah kesiapan untuk mengakui kesalahan, meminta maaf dan menerima masukan tanpa membela diri. Sikap ini menumbuhkan semangat untuk mau bertumbuh bersama. Ketika anggota keluarga bersedia merendahkan hati di hadapan Tuhan dan satu sama lain, mereka menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan rohani dan emosional secara bersama-sama.
Apabila keluarga bersedia menjalani proses ini dalam ketekunan dan ketergantungan pada Tuhan, maka relasi yang terbentuk tidak hanya dipulihkan, tetapi juga menjadi lebih kokoh dalam kasih dan kebenaran. Pemulihan membawa damai sejahtera, memerdalam makna sebuah keluarga dan memuliakan Allah di tengah hidup kita (Kolose 3:13 [15]–14). Sebab keluarga yang dipulihkan adalah kesaksian hidup tentang kuasa kasih Allah yang menyatukan.
*) Salah seorang konselor PKTK Sidoarjo yang berdomisili di Manado
Dua puluh enam minggu di tahun 2025 sudah kita lewati. Dalam bulan Juni 2025 kita telah memeringati Hari Pentakosta. Kita juga telah memasuki musim kemarau akan tetapi cuaca masih tidak menentu. Di bawah ini ada beberapa pokok doa syukur dan juga doa permohonan sebagai berikut:
Links
[1] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Yoh+11
[2] https://telaga.org/audio/ketika_tuhan_terlambat_1
[3] https://telaga.org/audio/ketika_tuhan_terlambat_2
[4] http://www.telaga.org
[5] https://alkitab.mobi/ayt/passage/2Ko+6:14
[6] https://alkitab.mobi/ayt/passage/1Ko+7:39
[7] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Kej+2
[8] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Efe+2:10;Flp+2:13
[9] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mzm+33:10-11;Ams+21:30
[10] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mzm+31:23;37:28;41:3;Yoh+10:28;Flp+1:6
[11] https://alkitab.mobi/ayt/passage/2Ko+5:18
[12] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Efe+4:32
[13] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ams+15:1
[14] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Flp+2:3-4
[15] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Kol+3:13