Sejarah memerlihatkan ada pelayanan yang tadinya jaya dan berkembang namun akhirnya runtuh. Namun sejarah juga memerlihatkan ada pelayanan yang terus bertahan sampai ratusan tahun. Apakah yang terjadi sehingga ada pelayanan yang bertahan dan ada yang tidak bertahan? Apakah yang menjadi ciri pelayanan yang efektif?
Ringkasan T268B [1]
Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul kategori "Pelayanan Gereja" lainnya di
www.telaga.org [2]
PERTANYAAN :
Selamat siang,
Saya salah seorang pendengar Radio Suara Gratia FM di Cirebon, seorang pensiunan. Istri kelahiran tahun 1969, pendidikan SMP. Kami menikah tahun 1986, sejak menikah sampai pensiun rumah tangga seperti pasangan lainnya. Sesekali terjadi pertengkaran, istri kurang bisa mengatur keuangan, tapi gaji saya dapat dikatakan besar. Persoalan muncul setelah pensiun, seringkali marah, tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Saya berpikir sayalah yang harus berubah, pekerjaan rumah tangga saya kerjakan sendiri (kecuali menyeterika pakaian). Saya mencoba menelusuri masa lalu istri, dari keluarga -- broken home-, ikut ibu tiri, tinggal didaerah miskin. Saat ini kata-kata kasar terhadap saya maupun anak yang berbeda pendapat. Sampai saat ini yang saya lakukan menuruti -- perintah-perintahnya-, karena pernah sekali saya marah dan mengeluarkan kata-kata kasar, istri menjadi seperti -- trans-. Mohon penjelasan cara pemulihan dari sisi psikologi.
Salam: SP
JAWABAN :
Bapak SP yang dikasihi Tuhan,
Terima kasih atas kesediaan Bapak berbagi beban pergumulan dengan Telaga. Kami turut bersimpati dengan pergumulan Bapak yang tidak mudah ini. Meski tidak mudah, kita bersyukur TUHAN menganugerahkan banyak kemurahan dalam hidup Bapak, seperti gaji yang besar, relasi dalam rumah tangga yang relatif cukup baik (sebelum pensiun Bapak katakan bahwa pertengkaran hanya terjadi sesekali) dan terutama kesabaran dalam diri Bapak serta kebesaran hati Bapak untuk membantu istri meringankan beban pekerjaan rumah tangga.
Latar belakang istri yang Bapak sebutkan tampaknya memang berkaitan dengan kondisi emosional istri saat ini. Namun yang perlu dicermati juga, Bapak katakan persoalan muncul setelah pensiun dan istri menjadi lebih sering marah serta tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mengapa persoalan ini justru lebih sering terjadi ketika Bapak sekarang lebih banyak di rumah, dibandingkan sebelum Bapak pensiun yang mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja Bapak? Ada beberapa kemungkinan, Bapak SP.
Kemungkinan pertama, dulu istri Bapak juga sudah menunjukkan ekspresi emosional serupa, hanya saja Bapak lebih sedikit mengalaminya karena tidak selalu berada di rumah.
Kemungkinan kedua, istri Bapak dulu tidak sereaktif sekarang, sekarang baru menunjukkan ekspresi emosional seperti yang Bapak sampaikan. Jika memang demikian, perlu dicermati Pak, apa yang menyebabkan beliau berubah menjadi bereaksi demikian? Apakah karena ada ketidaknyamanan, ketidakpuasan atau perasaan tidak aman karena misalnya merasa dikritik, dinilai atau sedang dijauhi orang-orang di dekatnya.
Kemungkinan ketiga, jangan-jangan ada suatu pemicu istri Bapak bereaksi demikian, misalnya permasalahan yang belum terselesaikan, apakah ada konflik-konflik masa lalu yang belum terselesaikan dengan baik yang mungkin menjadi luka dalam batin yang belum dipulihkan? Dalam bahasa Inggris ada ungkapan -- hurt people hurt other people -- yang artinya orang yang tersakiti akan menyakiti orang lain. Jika ada luka batin yang belum dipulihkan, kecenderungannya memang akan menyakiti orang lain dengan perilaku maupun perkataannya.
Untuk menemukan kemungkinannya secara pasti, langkah terbaik adalah melakukan konseling, Pak. Namun langkah ini pun membutuhkan kesadaran dan kesediaan beliau untuk mencari pertolongan dan pemulihan. Apabila beliau tidak bersedia, upaya Bapak beradaptasi dengan perilaku istri merupakan sebuah tindakan yang baik dan bijak. Dalam hal ini, Bapak perlu sangat mengandalkan kekuatan dan kesabaran yang berasal dari TUHAN. Teruslah berdoa untuk Bapak supaya Bapak dianugerahkan TUHAN kasih dan penerimaan yang tidak bersyarat pada istri, sehingga Bapak tetap dapat mengasihi dan menerima istri Bapak sepenuhnya terutama dalam keadaan seperti saat ini. Dan bersamaan dengan itu, terus doakan istri Bapak juga. Kiranya TUHAN menolong dan melembutkan serta memulihkan keadaan beliau dengan kuasa-Nya yang ajaib. TUHAN YESUS memberkati !
Salam,
Hendra.
(Yoh. 13:34-35; Mat. 25:40; Gal. 5:20 [3])
(Oleh: Pdt. Nancy Rosita Timisela, M.Th. *)
Saudara, apa yang kita pahami dari sikap membagikan kepada orang lain apa yang kita miliki? Pada umumnya yang kita pahami adalah bahwa ketika saya memberikan sesuatu dari apa yang menjadi milik saya kepada orang lain maka otomatis apa yang saya miliki akan berkurang. Pengertian bahwa milik saya akan makin berkurang ketika memberi kepada orang lain inilah yang sering kali menghambat kita untuk bertindak peduli akan kesusahan, penderitaan atau kekurangan orang lain. Belum lagi pemikiran kita tentang -- saya juga berkekurangan, butuh ditolong, dibantu dan dipedulikan, bagaimana mungkin saya dapat memedulikan orang lain lagi?- Akibatnya sekalipun kita melihat orang yang susah di sekitar, kita enggan untuk memedulikan apalagi menolong. Apalagi jika orang itu nampak hina, papa dan lemah maka mungkin kita anggap menyusahkan saja, perlu disingkirkan dan tidak perlu dibantu. Hal yang wajar jika kita lebih suka dibantu, dipedulikan dan ditolong. Namun bagaimana jika tanpa kita sadari kita menjadi orang yang haus akan pertolongan, haus untuk dipedulikan dan diperhatikan? Sehingga ketika orang disekitar kita apalagi orang gereja tidak memerhatikan, wahhhh…kita akan ngambek, mutung dan mundur dari ibadah atau iman kita.
Saudara, dalam pengajaran-Nya tentang akhir zaman, Tuhan Yesus pernah mengajarkan demikian bahwa di dunia ini ada orang-orang yang mengetahui perbuatan baik apa yang harus dilakukannya namun ia tidak melakukan. Orang-orang itu adalah orang yang tidak peka dengan orang yang berkesusahan di sekitarnya. Orang yang cuek dengan orang susah, miskin dan hina. Dan untuk orang yang cuek dan tidak memedulikan orang yang susah ini diumpamakan seperti kambing, yang pada waktu Tuhan Yesus datang nanti mereka akan dikutuk dan dilemparkan ke dalam api yang tidak pernah padam yang ditempatkan bersama iblis (Mat. 25:40-41 [4]). Parah dan mengerikan! Tuhan Yesus menyediakan api neraka untuk mereka yang mengetahui harus berbuat baik kepada orang hina, memedulikan sesama tetapi tidak mau melakukannya. Jadi neraka bukan saja tempat para pembuat kejahatan seperti membunuh, mencuri, berzinah, penjudi, pemabuk, perampok, sabung ayam, rentenir, serta kejahatan-kejahatan lainnya, sekaligus tempat orang-orang yang tidak mau memedulikan sesamanya. Neraka tempat orang yang melihat sesamanya kelaparan namun tidak diberi makan, kehausan tidak diberi minum, telanjang tidak diberi pakaian, tidak punya rumah tidak diberi tempat berteduh, sakit dan dipenjara, tidak dikunjungi. Saat ini apakah kita termasuk orang yang sangat sulit memedulikan sesama? Kita lebih suka menikmati, diperhatikan, dipedulikan dan dibantu orang? Saya curiga mungkin kita mengatakan di dalam hati, - ’kan saya miskin, saya berkekurangan, saya yang perlu dibantu. Perintah ini hanya cocok untuk orang kaya saja, yang hartanya melimpah. Memedulikan orang lain adalah tugas orang yang tidak ada tanggungan, saya ini masih banyak tanggungan, saya yang perlu ditolong-.
Apakah benar demikian? PerintahTuhan ini hanya terbatas bagi orang kaya dan tidak berlaku untuk orang yang miskin? Kata -- memberi -- diulang berkali-kali dan juga kata mengunjungi dan melawat (Mat. 25:35-36 [5]). Sedangkan kata -- tidak memberi -- diulang berulang kali. Frasa ini menjelaskan bahwa ada orang yang tidak melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya yaitu menolong sesama dan memedulikan mereka yang susah. Inilah yang Tuhan hukum, orang yang mengetahui harus berbuat baik tetapi ia tidak melakukannya. Hal ini adalah sebuah tindakan yang tidak bertanggungjawab yang dinilai sebagai sebuah perbuatan melanggar perintah Tuhan. Jadi kita bisa mengerti, apakah mungkin seorang yang suka melanggar perintah Tuhan dapat masuk ke dalam kerajaan surga? Orang yang mengabaikan dan melemparkan tanggungjawab kepada orang lain apakah dapat masuk ke dalam kerajaan surga? Mengapa orang yang mengabaikan tanggungjawab ini mendapat hukuman yang sangat berat? Oleh sebab orang yang mengabaikan tanggungjawab ini dapat membunuh orang lain secara tidak langsung. Contohnya: ada orang yang sakit, dan ia tidak bisa berjalan ke Rumah Sakit. Saudara bisa membantu mengantarnya tetapi saudara terlalu sibuk bekerja, saudara tidak punya waktu untuk mengantarkan orang sakit itu. Dan karena sakitnya makin parah akhirnya orang sakit itu meninggal karena tidak mendapatkan pertolongan dokter dan obat-obatan. Sedangkan jika orang tersebut diantar lebih cepat ke Rumah Sakit, mungkin kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuhnya bisa dicegah penyebarannya dengan obat-obatan sehingga orang ini tidak harus mati. Nah, inilah yang dimaksud, secara tidak langsung kita sudah membunuh orang tersebut. Mengapa orang sakit ini bisa mati, mengapa orang yang kelaparan tetap kelaparan dan akhirnya meninggal? Oleh sebab ada orang Kristen yang tidak bertanggungjawab, orang Kristen yang tidak melakukan apa yang seharusnya menjadi tugasnya.
Jadi, sekalipun akhir-akhir ini kita mengalami krisis secara ekonomi atau keadaan yang sulit, hal itu sesungguhnya tidak meniadakan tanggungjawab kita memedulikan sesama. FirmanTuhan kali ini mengingatkan kita untuk melakukan apa yang menjadi tanggungjawab kita yaitu memedulikan sesama. Kebiasaan yang baik yang perlu kita pupuk sebagai umat Tuhan dalam hal memedulikan sesama adalah:
Pertama, biasakanlah memasukkan nama-nama orang yang akan kita tolong di dalam doa-doamu. Mungkin selama ini kita hanya berdoa untuk diri sendiri, untuk keluarga, usaha dan lain-lain. Hal ini tidak salah namun masih kurang. Kita harus juga mulai berdoa secara terus-menerus untuk orang yang akan ditolong. Selain berdoa untuk orang yang akan kita tolong mintalah kepada Tuhan memberikan hati yang rela untuk tunduk kepada suara dan kehendak Tuhan. Supaya ketika kita menolong bukan kita yang dipuji dan dimuliakan, tetapi menolong karena memang itu sudah menjadi tanggungjawab kita. Berikut mintalah Tuhan memberikan kerelaan untuk berkorban. Rela berkorban berarti ketika kita menolong orang lain, kita bersedia menerima konsekuensi dari tindakan kita. Misalnya: orang mungkin tidak mengucapkan terimakasih bahkan melupakan kebaikan kita.
Kedua, biasakanlah mengelola apa yang Tuhan percayakan kepada kita dengan baik sehingga sekalipun kita tidak bergelimang harta kita masih tetap bisa memedulikan sesama. Orang yang sudah percaya Yesus adalah milik Yesus sehingga apa yang menjadi miliknya tidak lagi menjadi milik dari dirinya semata, tetapi apa yang menjadi miliknya adalah sebuah pemberian dari Tuhan yang dipercayakan untuk dikelola dengan baik yaitu demi kepentingan kemuliaan-Nya. Ada makna eskatologis dari memedulikan (Mat. 25:40 [6]) bahwa apa yang kita miliki (uang, waktu, tubuh dan lain-lain) adalah pemberianTuhan, oleh sebab itu satu waktu kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan saat kedatangan-Nya yang kedua kali. Apakah kita sudah menjadi penatalayan yang baik untuk hal-hal yang dipercayakan-Nya? Mulai hari ini disiplinlah menyisihkan apa yang kita miliki untuk menolong orang lain supaya mereka dapat memuliakan Tuhan dan merasakan kasih Allah melalui uluran tangan kita. Seorang penulis buku mengatakan, -untuk melihat siapa kita pada masa yang akan datang maka lihatlah hidup kita hari ini.- Artinya untuk mengetahui apakah kita termasuk kelompok kambing atau domba di waktu penghakiman adalah dengan melihat apa yang sungguh-sungguh tulus dan bergairah yang kita lakukan hari-hari ini. Apakah kita sungguh memiliki hati yang berbeban, semangat dan gigih untuk menolong, memedulikan dan menopang hidup orang lain yang berkekurangan? Kalau kita sangat sulit bahkan cenderung kikir untuk berbagi maka kemungkinan kita adalah kelompok kambing, sehingga ketika Tuhan Yesus datang maka kita tidak masuk surga karena kita kikir.
Ketiga, milikilah mental penyintas/pemenang, -Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita- (Roma 8:37 [7]). Seorang korban menilai diri sebagai orang yang harus dibantu, ditolong dan diperhatikan. Sebaliknya, mental pemenang senantiasa melihat ke dalam diri sendiri apa yang ada padaku yang bisa aku berikan untuk keselamatan orang lain. AMIN.
*) Salah seorang konselor dari Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo di Tulungagung. Tema/judul ini merupakan ringkasan khotbah.
POKOK DOA (BTK Maret 2023)
Tiga bulan sudah kita lewati di tahun 2023. Kita akan memeringati Jumat Agung dan Paskah pada awal April 2023. Beberapa doa syukur dan juga doa permohonan adalah sebagai berikut:
Bersyukur untuk sumbangan dari donatur tetap di Malang, yaitu dari :
001 – Rp 1.000.000,-
Links
[1] https://telaga.org/%26lt%3B/p%26gt%3B
[2] https://telaga.org/
[3] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Yoh+13:34-35;Mat+25:40;Gal+5:20
[4] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mat+25:40-41
[5] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mat+25:35-36
[6] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mat+25:40
[7] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Rom+8:37