Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia memeringati Hari Sumpah Pemuda dan tahun ini kita memeringati yang ke-92. Tahun ini Kemenpora menggelorakan semangat "Bersatu dan Bangkit". Logo berbentuk angka 92 dihiasi dengan beberapa warna. Perpaduan warna ini melambangkan keberagaman Indonesia dalam agama, suku, ras dan bahasa.
Berbicara tentang pemuda dan remaja, marilah kita simak perbincangan tentang "Tren Remaja/Pemuda Berpacaran Online yang Tidak Sehat" di bawah ini :
Salah satu hal yang hangat diperbincangkan oleh pemuda/remaja masa kini adalah tentang pacaran. Bahkan, tidak jarang mereka memulai relasi berpacaran hanya melalui aplikasi komunikasi media sosial tanpa pengenalan yang lebih dalam terhadap lawan jenis. Tentu saja, tidak semua pacaran secara online pasti bermasalah. Namun, rupanya cukup sering terjadi pemuda/remaja berpacaran online yang berdampak tidak sehat terhadap kehidupan pribadi dan sosialnya. Contoh, pemuda/remaja yang sedang di mabuk asmara saling mengirimkan foto tanpa busana atau video vulgar yang menggiring kepada dorongan seks yang menuntut pemuasan. Dari beberapa peristiwa tentang pemuda/remaja yang berpacaran secara online yang tidak sehat, ditemukan bahwa penyebabnya adalah hal-hal sebagai berikut :
DAMPAK BERPACARAN ONLINE YANG TIDAK SEHAT
Berdasarkan berbagai kasus berpacaran online yang tidak sehat, maka dampak negatif yang kerap terjadi yakni:
HAL YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH DILAKUKAN UNTUK MENDAMPINGI PEMUDA/REMAJA BERPACARAN ONLINE YANG TIDAK SEHAT:
Sebuah prinsip penting bagi orangtua zaman ‘now’ dalam menolong pemuda/remaja agar terhindar atau lepas dari gaya berpacaran online yang tidak sehat, disingkat pada kata "NOW", yakni N = Nerima tanpa menghakimi ; O = Oke dalam mengenal dan memahami ; W = Waktu untuk mendengar dan mendampingi. Seperti perkataan Amsal 29:15 [1], "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya." Orangtua yang terus terlibat dalam kehidupan pemuda/remaja, melakukan bagian mereka sebagai wakil Allah, dapat dipakai Tuhan untuk menjadi saksi yang hidup memberkati kehidupan para pemuda/remaja.
Pertanyaan :
Saya seorang ibu dengan suami dan 2 orang anak. Saya memunyai adik tiri berusia 13 tahun, dulu ia pernah saya asuh sampai umur 5 tahun, karena ibunya dalam kondisi sakit-sakitan sampai saat ini. Setelah saya menikah, dia tinggal bersama orangtua saya yang sering bertengkar, ayah saya berusia 80 tahun dan berpendirian keras. Sekarang anak itu seperti tidak punya hati manusia, tapi hati binatang, sakit jiwa dan pernah sampai masuk Rumah Sakit Jiwa, memukul orangtua saya. Suami saya ingin memerbaiki situasi itu dengan membawanya ke rumah kami yang lebih damai, diberi pengobatan dari dokter jiwa dan konsultasi dengan psikolog secara teratur. Namun kekacauan pindah ke rumah kami, dia senang meneror anak saya yang masih kecil dan menentang suami saya. Memang baru sampai kekerasan verbal dan ancaman, namun membuat saya tidak kuat. Sementara orangtua saya belum juga akur. Saya merasa bingung, sedih dan sangat tertekan serta ketakutan setiap hari. Tuhan tolong tempatkan Roh Kudus dan penjagaan-Mu atas seisi rumah kami. Dalam rumah kami ada roh jahat yang berdiam dalam hati seseorang. Saya minta tolong bagaimana jalan keluar yang harus diambil ?
Jawaban :
Pertama-tama kami ingin mengungkapkan kekaguman kami atas kesediaan Ibu dan suami merawat adik tiri Ibu. Kami bisa memahami bahwa pada saat ini Ibu dan suami berada di persimpangan jalan. Meneruskan merawatnya atau melepaskannya. Pada akhirnya jika ia tidak berubah dan terus menimbulkan masalah, Ibu dan suami mesti melepaskannya. Namun sebelum Ibu dan suami mengambil keputusan terakhir itu, kami ingin memberikan sedikit penjelasan tentang perilaku adik tiri Ibu. Sesungguhnya tingkah lakunya merupakan ungkapan frustrasi dan marahnya kepada kehidupan secara umum dan orangtuanya secara khusus. Pada dasarnya ia marah karena ia "terbuang" dan merasa tidak diinginkan oleh orangtuanya sendiri. Ia tahu bahwa ia bukanlah bagian dari keluarga Ibu, jadi belum apa-apa ia sudah merasa seperti "tamu" dan membangun praduga bahwa tentulah ia tidak diinginkan pula oleh keluarga Ibu, sebab orangtuanya sendiri tidak menginginkannya. Pemikiran ini dikonfirmasi oleh sikap ayah Ibu yang Ibu akui, keras ! Ia pun merasa frustrasi dan tidak sejahtera tinggal bersama orangtua Ibu, sebab sebagaimana Ibu paparkan, orangtua Ibu tidak harmonis dan sering bertengkar. Hal ini makin menambah api kemarahannya dan sebagai akibatnya ia perlu meluapkan kemarahan itu kepada siapa pun, termasuk orang yang mengasihinya, yaitu Ibu dan suami. Bila Ibu dan suami masih mau berusaha merawatnya, Ibu dan suami mesti memberlakukan kasih dan ketegasan. Di satu pihak, Ibu bersikap tegas terhadap perbuatannya yang salah, namun di pihak lain, Ibu terus meyakinkannya bahwa Ibu mengasihinya. Namun apabila Ibu dan suami melihat bahwa ia makin menjadi-jadi dan sikapnya makin merusak suasana keluarga terutama memberi dampak buruk pada anak Ibu, tidak bisa tidak, Ibu harus melepaskannya.
Demikian pertimbangan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bisa menolong Ibu.
Sebuah relasi membutuhkan KEPERCAYAAN sebagai FONDASI DASAR dari BANGUNAN RELASI YANG KOKOH.
Semakin kuat kepercayaan semakin kokoh relasi tersebut. Semakin lemah kepercayaan semakin rapuh relasi tersebut.
Bagaimana FONDASI KEPERCAYAAN dibangun dalam sebuah relasi? Kita kenal dengan 5 K, yaitu :
KETERBUKAAN
Keterbukaan menjadi pintu awal bagi sebuah relasi, yaitu untuk mengenal dan dikenal. Semakin berani seseorang membuka diri, semakin besar pula kepercayaan dan rasa aman seseorang dalam relasi tersebut.
KEOTENTIKAN
Menjadi diri yang otentik (asli, apa adanya) sangat berharga bagi sebuah relasi. Orang lebih menyukai dan menghargai keotentikan daripada topeng kepalsuan.
KEJUJURAN
Kejujuran adalah unsur yang penting dalam sebuah relasi. Kejujuran mencerminkan bahwa pribadi tersebut memiliki integritas yang baik. Sebuah bangunan relasi akan runtuh ketika kebohongan menghantam relasi tersebut.
KETULUSAN
Ketulusan menggambarkan motivasi hati seseorang yang bersih. Ketulusan dapat menyentuh hati seseorang untuk mempertahankan sebuah relasi. Sebaliknya kemunafikan akan menjadi tembok penghalang bagi sebuah relasi.
KOMITMEN
Sebuah relasi membutuhkan komitmen yng mengikat dua belah pihak untuk saling menjaga dan memelihara kepercayaan sehingga bangunan relasi tersebut makin kokoh.
Nasihat dari Kitab Amsal 14:15 [3] berkata, "Orang yang TAK BERPENGALAMAN percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang BIJAK memperhatikan langkahnya."
Ulasan dibuat oleh Ev. Sri Wahyuni Tjokrodirejo, S.E., M.Div., M.Th. (Ketua Pusat Konseling Telaga Kehidupan di Sidoarjo).
Sepuluh bulan di tahun 2020 telah kita lewati, tinggal 2 bulan lagi kita akan meninggalkan tahun 2020 ini.
Links
[1] https://alkitab.mobi/tb/Ams/29/15/
[2] http://www.telaga.org
[3] https://alkitab.mobi/tb/Ams/14/15/
[4] mailto:telaga@telaga.org