Terampil Bicara dan Mendengarkan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T549C
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K
Abstrak: 
Seringkali kita mendengarkan orang berbicara, tujuannya: untuk berdebat, mencari-cari kesalahan, mengontrol pembicaraan; pula di dalam pernikahan. Oleh karena itu diperlukan sikap saling rendah hati sehingga kita bisa memahami sudut pandang pasangan kita dan melatih diri untuk terampil bicara dan mendengarkan secara mekanis untuk memahami maksud pasangan dengan lebih teknis dan jelas.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Ev. Sindunata Kurniawan

Beberapa ahli menyimpulkan bahwa masalah utama dalam pernikahan dewasa ini bukanlah seks, uang dan anak-anak, melainkan hilangnya komunikasi antara suami dan istri. Sukses sebuah pernikahan ditentukan oleh cara menghadapi konflik dan ketidaksepakatan, bukan pada besarnya cinta, puasnya kehidupan seks dan berlimpahnya uang.

Berkomunikasi adalah menyampaikan fakta, pikiran, perasaan sedemikian rupa sehingga kedua belah pihak merasa saling dimengerti. Komunikasi bukan hanya berbicara, tapi juga mendengar untuk mengerti.

"Perhatikanlah ini baik-baik, Saudara-saudara yang tercinta! Setiap orang harus cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berbicara dan lambat untuk marah. Orang yang marah tidak dapat melakukan yang baik, yang menyenangkan hati Allah" Yakobus 1:19-20 (Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)

Ada tehnik yang dirumuskan para ahli di Kanada dengan nama Terampil Bicara dan Mendengarkan. Terampil Mendengarkan dengan cara memusatkan pikiran kepada berita yang disampaikan, memerhatikan bahasa tanda nonverbal yakni nada suara dan bahasa tubuh, lalu memarafrase (dari kata dasar: parafrase) atau mengatakan kembali apa yang didengar dan dimengerti.

Terampil Bicara dan Mendengarkan merupakan tehnik di mana yang memegang kartu bicara atau tongkat bicaralah yang berhak berbicara 2-3 kalimat lalu yang tidak memegang kartu bicara atau tongkat bicara hanya bertugas untuk mendengar lalu memarafrasekan. Setelah beberapa kali berbicara, barulah kartu bicara atau tongkat bicara diserahkan ke rekan pendengarnya. Rekan pendengar berbalik menjadi pembicara, demikian sebaliknya. Aturan untuk Pembicara

  • Berbicaralah untuk diri sendiri, jangan menafsir
  • Buatlah kalimat singkat. Jangan berbicara terus-menerus
  • Berhentilah berbicara, berikanlah kesempatan kepada si pendengar untuk mengulangi kalimat-kalimat Saudara dengan kata-katanya sendiri
Aturan untuk Pendengar
  • Ulangi apa yang Saudara dengar dengan kalimat Saudara sendiri
  • Pusatkanlah pikiran Saudara kepada berita yang disampaikan oleh pembicara. Jangan berdebat.
Aturan untuk Kedua-duanya
  • Pembicara, pemegang kartu, berhak untuk berbicara
  • Pembicara memegang kartu, sementara pendengar mengulangi apa yang ia dengar dengan kalimat sendiri
  • Saling memberikan kesempatan untuk berbicara

Tehnik TBM bertujuan memastikan setiap orang mendapat kesempatan berbicara dan dipahami.Juga memastikan tidak ada debat kusir dan saling memotong. Maka sangat baik jika tehnik ini dilatih di masa damai antara suami dan isteri. Ketika suatu kali percakapan suami isteri sudah mulai memanas, maka tepatlah untuk berinisiatif menghentikan percakapan dan menggunakan tehnik TBM sebagai sarana melanjutkan percakapan.

Disamping itu perlu disediakan khusus JAM SOLUSI dan JAM ROMANTIK di tiap minggunya.