Kita tahu anak-anak menyukai permainan, dan hampir semua permainan disukai oleh anak-anak. Tapi sangat asing bagi kita kalau permainan, bisa digunakan sebagai terapi. Dengan terapi bermain itu, kita bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh anak, karena anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata seperti orang dewasa. Bagaimana caranya dan apa saja bentuk permainannya? Di sini akan dibahas secara tuntas
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo dalam acara Telaga ini. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Terapi Bermain". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
VA : Terapi bermain adalah suatu permainan digunakan sebagai alat untuk berdialog atau bertukar pikiran dengan anak-anak. Kalau dengan orang dewasa, kita berbicara menggunakan kata-kata tapi degan anak-anak kita menggunakan permainan sebagai alat untuk berbicara.
Jadi permainan adalah bahasa anak.VA : Yang kita ingin capai dari terapi bermain adalah dengan menggunakan permainan itu, kita lebih mengenal anak. Lebih mengerti apa yang ada di dalam diri anak, karena anak sulit untuk mengutaakan sebetulnya ada sesuatu yang tidak suka di dalam dirinya, atau dia tidak bisa menceritakan sesuatu yang mengganggu dirinya.
Maka dengan permainan itu si anak bisa mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya.VA : Bermacam-macam misalnya anak ini tidak mau ke sekolah, biasanya ke sekolah dan tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dan orang tua bertanya, "Kenapa tidak mau sekolah?" jawabnya adalah "Pokokna tidak mau sekolah," dan hanya menangis, itu salah satu masalah.
Dengan permainan bisa diketahui ternyata dia tidak mau sekolah karena ada teman yang mengganggu atau ada guru yang bersikap keras terhadap dia, dia di rumah tidak pernah dipukul dan sekarang di kelas dipukul. Jadi dengan permainan itu akhirnya bisa diungkapkan sesuatu yang sulit dia ekspresikan.VA : Betul. Jadi anak-anak bisa mengalami krisis bermacam-macam mungkin karena dia punya adik baru, itu juga bisa menjadi sebuah krisis. Mungkin dengan sakit juga mengalami krisis atau orang tunya yang sakit juga mengalami krisis, atau dia mulai sekolah dahulunya belum sekolah dan akhirnya memulai sekolah dan itu membuat krisis karena berarti dia itu pisah dengan orang tuanya.
Dia merasa takut dan krisis juga bisa bermacam-macam mungkin ada kematian di dalam keluarganya atau binatang kesayangannya meninggal atau kehilangan sesuatu itu menyebabkan krisis.VA : Betul, dia sulit untuk mengungkapkan. Kelihatannya dia riang gembira, bermain-main tapi sebetulnya ada sesuatu yang mengganggu dia.
VA : Tapi kadang-kadang orang tua tidak tahu dan dari permainan anak, sebetulnya anak itu mengungkapkan sesuatu. Seandainya dia kehilangan kakek yang dia sayangi, mungkin dia bisa menggunakan prmainan dengan menggunakan boneka.
Ini menunjukkan boneka yang hidup kemudian bonekanya tidur, dengan permainan itu sebetulnya menunjukkan bahwa orang yang dia kasihi sudah tidak ada lagi.VA : Anak-anak di bawah usia 12 tahun.
VA : Di atas 12 tahun adalah usia remaja. Jadi mereka lebih bisa mengungkapkan diri lebih baik.
VA : Tidak semua jenis permainan. Jadi yang cocok untuk anak itu, kalau ada anak yang terlalu kecil, permainannya tidak cocok karena dia belum bisa berimajinasi. Jadi ada jenis tertentu itu untk anak yang berumur 7 tahun ke atas bisa digunakan, ada pula untuk anak yang lebih kecil.
VA : Biasanya sering menggunakan seni, anak-anak kecil suka dengan menggambar, juga menggunakan permainan binatang-binatang kecil karena anak suka dengan binatang-binatang, mungkin dengan malam(lilin) atau sesuatu yang anak sukai, seperti buku cerita, itu juga disukai anak-anak.
VA : Ini harus dibedakan, permainan ini bukan permainan yang biasa dilakukan oleh anak tapi permainan ini adalah alat untuk mengungkapkan isi hati anak. Lain dengan permainan seperti nintendo dn sebagainya, tapi ini adalah alat supaya dia mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya.
VA : Ya, jadi yang bisa cocok untuk anak itu.
VS : Boneka yang digunakan adalah "puppets", yang biasa digunakan untuk panggung boneka dan boneka itulah yang berbicara. Jadi kalau anak itu tidak mau berbicara maka bonekanya ini yang berbicaa sehingga akhirnya anak ini berbicara juga.
VA : Ya, kalau dia mau bicara. Tapi kalau tidak mau bicara maka orang dewasanya yang bicara sendiri. Kadang berperan menjadi orang dewasa tapi kadang juga menjadi anak-anak, jadi dia berdialog ntar satu boneka sebentar sebagai anak, sebentar sebagai orang dewasa.
Tapi anaknya kalau mau bicara juga baik sehingga bisa terjadi dialog.VA : Bukan begitu. Sebetulnya ini hanya untuk mengungkapkan isi hatinya, misalnya dia tidak mau bicara karena mungkin dia takut, dia tidak kenal tapi karena menggunakan cara itu maka anak bisa enghilangkan rasa takutnya, dia bisa bercerita.
VA : Betul.
VA : Memang semua anak sulit kalau ditanya, "Kenapa kamu tidak mau sekolah, kenapa kamu takut," mereka tidak mengerti bagaimana mengungkapkan, oleh sebab itu menggunakan permainan ini akhirnya ia bisa menceritakan.
Seperti ada satu anak yang penakut dan ternyata dengan salah satu permainan yang saya gunakan yaitu dengan menggambar, kemudian dia bertanya, "Apa yang harus saya gambar ?" Saya jawab, "Gambarlah keluargamu," dia menggambarkan mamanya seperti raksasa padahal bentuk tubuh mamanya kecil. Ternyata setelah digali-gali dia bercerita ternyata mamanya sering memarahi dia mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, jadi sepanjang hari, apa yang dia lakukan selalu dicacat cela. Akhirnya anak ini takut melakukan segala sesuatu, dari permainan ini menunjukkan dia mempunyai rasa takut bukan karena dia itu takut tapi karena selalu dimarahi, selalu dicacat cela dan dia menjadi orang penakut.VA : Tidak. Dia tidak sadar. Jadi secara tidak sadar dia menggambarkan seperti itu karena ibunya sendiri kecil. Maka dengan permainan itu menyatakan apa yang ada di dalam dirinya, ibunya sepert raksasa yang selalu mengendalikan, mengontrolnya terlalu keras.
VA : Bisa permainan. Jadi seperti anak yang sudah saya katakan yang tidak mau sekolah, saya katakan, "Mari kita bermain binatang-binatang ini yang mau pergi ke sekolah" jadi dengan binatang-bintang itu kita menggambarkan situasi sekolah.
Ada binatang yang berperan sebagai dia dan temannya, ada binatang yang berperan sebagai gurunya, ternyata dia menceritakan bahwa "Guru ini suka memukul" barulah dia bercerita kalau dia dipukuli oleh gurunya. Dan hal itu tidak bisa dia ceritakan kepada orangtuanya pada saat orang tuanya bertanya, "Kenapa tidak mau sekolah" dia tidak bisa menjelaskan, tapi dia bisa menjelaskan lewat binatang-binatang itu, secara tidak sadar dia keluarkan. Kita baru tahu kalau dia tidak mau sekolah karena dipukuli oleh gurunya padahal anak ini di rumah tidak pernah dipukuli.VA : Ya, binatang kecil-kecil dari plastik itu jadi berbagai macam binatang.
VA : Memproyeksikan apa yang dia rasakan di dalam dirinya.
VA : Singa itu bisa dia proyeksikan sebagai karakter dari orang yang dia pilih itu. Untuk anak yang tidak mau sekolah ini saya ingat, dia memilih kingkong, dan itu karakter gurunya menurut pandngan dia, karakternya seperti kingkong yang menakutkan.
Biasanya seperti itu.VA : Biasanya saya katakan, pilihlah binatang yang kamu sukai, yang paling menyerupai dirimu yang mana ? Yang paling menyerupai gurumu yang mana ? Dia memilih sendiri, bukan yang menyerupai muknya tapi karakternya itu.
VA : Betul. Tapi dari gambaran sesungguhnya, dari binatang itu sudah kelihatan bahwa kingkong itu menakutkan.
VA : Waktu itu kita bermain 20 menit dan dia cukup senang bermain-main. Itu menceritakan semua yang ada di dalam dirinya.
VA : Setelah dia menceritakan seperti itu tadi, akhirnya saya berbicara kepada orang tuanya, karena bagaimana pun anak masih perlu bimbingan orang tua, jadi saya tunjukkan kepada orang tuanya aa yang sedang terjadi.
Seperti satu anak tadi itu apa yang sedang terjadi, ternyata anak itu terlalu sering dimarahi orang tua. Orang tuanya saya ajak bicara ternyata tahu bahwa anak ini memang di tolak. Jadi orang tua harus mengubah supaya anak ini diterima kembali akhirnya anak itu diterima apa adanya, dan anak ini berubah. Demikian juga anak yang mengambil binatang kingkong tadi, akhirnya tahu, "Oh, kamu ini ternyata diperlakukan demikian", sehingga orang tuanya mengambil keputusan untuk berbicara dengan pihak sekolah, sekolahnya akhirnya tidak mau berubah karena sekolah ini muridnya banyak, jadi harus dengan kekerasan. Akhirnya mereka pilih pindah sekolah lain dimana anak tidak takut. Jadi kita harus bekerjasama dengan orang tua.VA : Ya, harus kerjasama.
VA : Betul, harus kerjasama kalau tidak ada kerjasama maka tidak akan bisa dilakukan.
VA : Bukan.
VA : Biasanya orang tua yang membawa dan bertanya, "Kenapa anak saya yang satu ini tidak mau sekolah, biasanya mau sekolah tapi kenapa sekarang tidak mau sekolah selalu menolak dan menangis." Jdi orang tuanya sudah sekian lama mencoba akhirnya mereka mencari jalan keluar pergi ke konselor, apa yang terjadi, ternyata ketahuan.
Ibunya bertanya, "Kenapa kamu ditanya mama tidak mau cerita ?" Itulah yang sulit bagi anak untuk mengutarakan isi hatinya dan melalui permainan itu akhirnya bisa.VA : Yang harus kita perhatikan bicara dengan anak, kita harus melihat bahwa anak itu bukanlah orang dewasa yang kecil, mereka itu adalah seorang anak. Jadi kita harus memahami anak, dunia anakini menggunakan permainan, anak tidak bisa diajak berwawancara seperti saya dengan Pak Gunawan begini, tidak bisa.
Maka kita harus bermain, dengan permainan itu kita tahu.VA : Dengan permainan itulah mereka menjadi tidak takut lagi. Jadi dengan permainan itu akhirnya mereka lupa bahwa ini berbicara dengan orang asing, kita perlu ramah dengan mereka.
VA : Jadi yang bisa kita lakukan adalah bermain dahulu. "Ayo kita main", kalau sudah main mereka lupa dengan apa yang dia hadapi, apakah itu orang asing.
VA : Boleh. Tentunya ganti dengan permainan yang lainnya. Jadi mainan mana yang dia sukai dan cocok. Tapi permainan itu selalu ada tujuannya yaitu untuk menggali sesuatu di dalam diri anak. Jad mungkin anak ini tidak cocok dengan permainan ini dan anak itu juga bisa membaca dan menulis, mungkin dengan permainan kata-kata jadi dengan kata-kata itu dia mulai menyelesaikan kalimat.
Jadi misalnya, "Saya merasa ....", dia harus meneruskan. "Menurut saya papa bagaimana, mama bagaimana ?" Kemudian dia bisa menceritakan apa yang dia harapkan dan dia bisa tuliskan itu.VA : Kalau dengan jemaat sendiri, biasanya saya bicara-bicara dengan mereka dan tidak langsung terapi seperti ini, tapi berteman dengan mereka lalu berbicara dan mereka bercerita.
VA : Tentu saja. Seperti satu jemaat yang saya layani, orangtuanya bertengkar terus, bapaknya memperlakukan istrinya dengan sangat kasar sekali, bahkan dipukuli dan pakai pistol mau dibunuh, akirnya anaknya ketakutan menangis terus.
Jadi saat itulah saya membantu anak itu, memberikan rasa aman sehingga ketakutannya itu bisa diceritakan.VA : Betul. Karena anak-anak ini sebetulnya mereka mengalami krisis, kalau tidak diperhatikan nanti lain kali kalau masalah ini belum dibereskan, nanti setelah dewasa akan mengganggu dia.
VA : Biasanya kurang lebih dengan anak, 30 menit.
VA : Tapi biasanya 10 menit sebelumnya dengan orang tua dulu, bicara sebentar, kemudian 30 menit dengan anak dan nanti akan diakhiri dengan orang tua lagi.
VA : Sebenarnya menyangkut segala sesuatu yang mengganggu, misalnya emosinya terganggu. Anak yang menjadi penakut atau menangis terus atau ada anak yang terlalu pendiam, itu sesuatu yang lain.
VA : Untuk anak semacam itu, kita harus memberitahu orang tuanya. Anak yang mengalami kesedihan itu sesuatu yang normal dan orang dewasa pun juga mengalami hal seperti itu. Sehingga kita harus embantu anak mengungkapkan isi hatinya, apa yang menjadi kesedihannya dan dia kehilangan apa.
Kalau orang dewasa bisa mengungkapkan akan menjadi lega, demikian juga dengan anak-anak tapi caranya anak mungkin dengan gambar-menggambar.VA : Anak yang menceritakan. Jadi kalau tidak jelas maka saya bertanya, "Maksud kamu apa?"
VA : Ya. Dan kalau dia mengatakan satu kata maka kita sudah harus menangkap apa yang dia katakan itu.
VA : Biasanya sendiri-sendiri, atau kalau anaknya takut biasanya bila dia kakak beradik, saya menyuruh kakak beradik bersama-sama supaya dia merasa lebih aman. Kalau sendirian dia mungkin takut.
VA : Betul.
VA : Biasanya anak senang sekali. Jadi kalau dia merasa aman malah biasanya dia mengatakan, "Lho kok cepat sekali selesai," malah ada beberapa anak tidak mau selesai, mereka main terus.
VA : Karena biasanya waktu untuk berbicara dengan anak itu 30 menit.
VA : Ya.
VA : Kalau memangnya ada kelainan, maka kelainan apa ? Berarti perlu ahli yang lainnya. Jadi mungkin dia perlu untuk ke ahli psikologi, biasanya di test untuk kekurangan atau dia perlu diperikskan ke dokter.
Jadi lain dan kami konselor bukan untuk itu.VA : Saya kira bisa orang tua melakukan dengan terapi bermain. Jadi maksudnya bermain dengan anak untuk mencari tahu apa yang dipikirkan oleh anak asal orang tuanya mau sabar dan belajar bersam-sama dengan anak-anaknya.
VA : Ya, jadi bisa mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya yang biasanya diungkapkan oleh anak melalui bahasa non verbal. Bahkan dengan permainan pun misalkan anak dengan sangat ketakutan mlihat terorisme, kalau dia anak laki-laki mungkin dia bisa menggunakan seperti pistol-pistolan, pedang-pedangan, sesuatu seperti ada bom, dia bisa mempermainkan itu.
VA : Itu semua dari plastik.
VA : Itu semua menunjukkan kurang lebih ketakutan dia. Saya masih ingat sekali dulu anak saya sangat takut sekali dengan suara keras dan dia sendiri sering sekali bermain dengan sesuatu yang besuara keras.
Jadi dengan sirene ternyata itu sesuatu yang dia takuti. Itu yang dia ulang-ulang. Apa yang dia takuti itulah yang dia ulang-ulang.VA : Yang terakhir adalah anak yang orangtuanya "single parent". Jadi ibu ini tidak bisa menangani anaknya sendiri karena ibu ini stres, akhirnya anak ini terlalu sering diberikan ke orang tua suh.
Anak ini mengalami ketakutan, "Saya ini mau diberikan kepada orang tua asuh", anak ini sering menangis di rumah. Padahal dia membutuhkan ibu. Dan ibu yang melihat anak ini terus menangis akhirnya malah tidak mau anak itu. Dengan permainan dia menceritakan kalau dia tidak mau dikeluarkan dari rumah ini, diberikan kepada orang tua asuh. Tapi ibunya malah mau mengirim karena anak ini selalu menangis. Ibunya tidak mengerti pergumulan dalam diri anak itu.VA : Dengan begitu ketakutan.
VA : Betul. Sebetulnya biayanya tidak besar tapi yang dibutuhkan adalah waktu dan mau mendengarkan anak melalui bahasa non verbalnya anak.
VA : Saya kira begitu. Orang tua berperan sekali untuk membantu anak-anaknya. Kalau konselor sendiri tidak bisa dan juga butuh orang tua.
VA : Baik. Ini akan diambil dari Markus 9:36-37, "Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: 'Baangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.
Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku'."VA : Menurut saya Yesus menerima anak. Jadi Yesus menempatkan anak-anak di tengah mereka menunjukkan bahwa anak ini ada di tempat yang khusus dan di tengah-tengah itu adalah tempat yang pentingdan memeluk menunjukkan bahwa Tuhan menerima dan mengasihi.
Disini ditunjukkan bahwa siapa yang bisa menerima anak adalah menerima Tuhan, siapa yang menyambut anak maka menyambut Tuhan juga dan juga menyambut Allah. Dengan kata lain anak itu penting sekali dan berharga.VA : Betul.
GS : Terima kasih Ibu Vivian untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Terapi Bermain". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Kita tahu anak-anak menyukai permainan dan hampir semua permainan disukai oleh anak-anak. Tapi sangat asing bagi kita kalau permainan, digunakan sebagai terapi. Sebelum kita belajar lebih lanjut tentang terapi bermain ini, sebenarnya apa yang dimaksud dengan terapi bermain ?Terapi bermain adalah suatu permainan yang digunakan sebagai alat untuk berdialog atau bertukar pikiran dengan anak-anak.
Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh anak-anak karena terapi bermain adalah bahasa anak-anak. Kita tahu kalau orang dewasa, berbicara menggunakan kata-kata tapi kalau dengan anak-anak kita menggunakan permainan sebagai alat untuk berbicara.
Contoh menggunakan terapi bermain dalam kasus anak yang tidak mau sekolah :
Kita dengan anak itu sangat asing, sehingga anak akan merasa canggung kepada kita. Maka kita bisa mengajak anak itu dengan berkata "Mari Bermain" dan kita mengajak dia bermaian. Dengan permainan itu, anak akan merasa nyaman dengan kita dan kita juga harus ramah kepada anak itu. Kita bisa menggunakan permainan binatang-binatang kecil yang terbuat dari plastik dan kita tanya-tanya dia "Kenapa tidak mau sekolah?". Mungkin dia tidak bisa menjawab. Maka saya akan katakan "Pilihlah binatang yang kamu sukai, yang paling menyerupai dirimu yang mana? Yang paling menyerupai gurumu yang mana?" Dia memilih sendiri, bukan menyerupai mukanya tapi karakternya. Dan saya ingat anak itu memilih kingkong. Dan kemudian kita tanya-tanya kepada anak itu "Mengapa kamu memilih binatang itu?" maka si anak akan lebih mudah untuk menjelaskan kepada kita. Jadi dengan permainan sepertinya kita mengalihkan perhatian dia.
Dan setelah saya mengetahui permasalahan anak lewat permainan itu, kemudian saya memberitahu kepada orang tua apa yang sedang terjadi kepada anaknya.
Bentuk-bentuk dari terapi bermain ini bermacam-macam dan sederhana sekali, juga tidak memerlukan biaya yang mahal namun memerlukan kreativitas. Tapi kita bukan menggunakan video games sebagai permainan tapi menggunakan alat-alat yang nantinya akan menghasilkan sesuatu. Dan dari hasil itu, kita tidak melihat nilai seninya namun kita melihat hasil dari apa yang dibuatnya dan biasanya hasil itu menunjukkan dirinya atau perasaannya.
Alat-alat permainan yang biasa digunakan antara lain boneka ("puppet"), menggambar, binatang-binatang kecil dari plastik, pedang-pedangan dari plastik, kartu forty-one, pasir, malam atau pledo, dan lain-lain. Dalam melakukan terapi bermain ini kita membutuhkan waktu + 30 menit
Firman Tuhan :
"Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." Markus 9:36,37