Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) mulai masuk ke ranah yang dulu dianggap sangat manusiawi: konseling. Di Indonesia, Yayasan Lembaga SABDA memperkenalkan Christian Counseling GPT -- sebuah chatbot konseling berbasis Alkitab yang bisa diajak curhat kapan saja, 24/7, pagi, siang, dan malam. Ide ini memunculkan pertanyaan besar: apakah aman curhat kepada sebuah mesin? Dari sisi teknologi, mungkin menjanjikan, tetapi dari sisi etika dan spiritualitas, pertanyaan ini jauh lebih kompleks. Artikel ini mencoba membedah Christian Counseling GPT dari berbagai sisi: etis, spiritual, dan praktis. Tujuannya bukan untuk menolak atau mengagungkan teknologi, melainkan menimbang dengan bijak agar umat Kristen bisa memanfaatkannya tanpa terjebak dalam risikonya.
Pertanyaan Etis: Privasi, Ketergantungan, dan Relasi Manusia
Kerahasiaan adalah syarat utama dalam konseling. Banyak orang enggan menemui konselor karena takut rahasia pribadinya terbongkar. Christian Counseling GPT menawarkan solusi dengan janji bahwa percakapan tidak disimpan di server. Hal ini tentu menenangkan, tetapi tetap ada risiko: jika pengguna membocorkan detail sensitif seperti alamat atau data pribadi, informasi itu masih berpotensi disalahgunakan. Etika konseling digital harus selalu mengingatkan bahwa AI aman sejauh kita berhati-hati. Dalam kitab Amsal tertulis, "Orang berhikmat berhati-hati dan menjauhi kejahatan," (Amsal 14:16, AYT). Prinsip ini relevan di dunia digital: kebijaksanaan pengguna adalah benteng pertama privasi.
Selain itu, Christian Counseling GPT tersedia 24 jam. Keunggulan ini bisa menjadi kelemahan: ada bahaya pengguna menjadi terlalu bergantung. Meski nyaman curhat ke chatbot yang selalu sabar, hubungan sosial bisa melemah jika orang lebih memilih mesin daripada manusia. Padahal, Tuhan menciptakan manusia untuk hidup dalam komunitas, saling menanggung beban (Galatia 6:2). AI bisa membantu, tetapi jika dipakai berlebihan justru mendorong isolasi sosial. Risiko lain adalah potensi menggantikan relasi nyata. AI mampu meniru empati lewat kalimat ramah, tetapi tidak bisa menghadirkan sentuhan kasih sejati: tatapan penuh perhatian, pelukan, atau air mata yang tulus. Konseling Kristen sejati selalu mengandung unsur kasih agape--kasih yang tidak bisa diprogram ke dalam algoritma. Karena itu, secara etis Christian Counseling GPT harus dilihat sebagai pelengkap, bukan pengganti relasi manusiawi.
Spiritualitas: Membedakan Peran AI dan Karya Roh Kudus
AI adalah algoritma, bukan makhluk rohani. Christian Counseling GPT bisa menyajikan firman Tuhan, tetapi Roh Kuduslah yang bekerja menghibur dan mengubah hati. Paulus menulis, "Sebab, Allahlah yang bekerja di dalam kamu, baik untuk mengingini maupun untuk mengerjakan apa yang menyenangkan-Nya." (Filipi 2:13, AYT) AI hanyalah sarana; otoritas tetap ada pada Allah dan firman-Nya. Dengan demikian, Christian Counseling GPT sebaiknya dipandang seperti buku rohani atau khotbah daring: berguna sebagai sarana refleksi, tetapi tidak boleh diperlakukan sebagai sumber ilahi.
Ada pula bahaya kesalahpahaman. Sebagian orang bisa menganggap suara AI sebagai "suara Tuhan". Padahal, Christian Counseling GPT hanya menyusun teks berdasarkan data Alkitab. Kesalahpahaman ini berbahaya karena orang bisa menuruti saran mesin seolah itu wahyu. Gereja perlu mengingatkan bahwa AI tidak bisa menggantikan relasi pribadi dengan Tuhan. Yesus sendiri berkata, "Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku." (Yohanes 10:27, AYT) Suara gembala sejati tetaplah Yesus, bukan program komputer.
Batas Sehat: Kapan Christian Counseling GPT Membantu, Kapan Harus ke Manusia
Christian Counseling GPT memang menawarkan kemudahan, tetapi pengguna perlu mengetahui batas sehat agar tidak salah memanfaatkannya.
Christian Counseling GPT Cocok digunakan ketika:
- Membutuhkan pertolongan pertama/darurat untuk konseling;
- Menghadapi masalah ringan hingga sedang, seperti stres atau kebingungan rohani sehari-hari;
- Mencari refleksi pribadi dengan ayat-ayat Alkitab;
- Membutuhkan teman bicara pada saat-saat tertentu, misalnya tengah malam atau ketika tidak ada teman yang bisa dihubungi.
Lalu, kapan harus dialihkan ke konselor manusia/profesional?
- Ketika pengguna mengalami depresi berat atau pikiran bunuh diri;
- Saat pengguna menghadapi trauma mendalam, kekerasan, atau masalah kompleks;
- Pada saat pengguna membutuhkan pendampingan jangka panjang dan interaksi nyata.
Uniknya, Christian Counseling GPT sendiri diprogram untuk menyadari keterbatasannya. Jika pengguna menyinggung niat bunuh diri, AI akan mendorong mereka segera mencari konselor atau bantuan darurat. Ini adalah batas sehat yang penting.
Refleksi Alkitabiah: Teknologi dalam Tangan Tuhan
Alkitab tidak pernah menyebut AI, tetapi prinsipnya jelas: segala sesuatu dapat dipakai untuk kebaikan jika diserahkan pada Tuhan. Paulus menulis, "Semua hal diperbolehkan bagiku, tetapi tidak semuanya berguna." (1 Korintus 6:12) Dalam hal ini, Christian Counseling GPT diperbolehkan, tetapi harus dipakai dengan bijak. Teknologi adalah bagian dari mandat budaya di Kejadian 1:28, ketika manusia dipanggil untuk "menguasai bumi". Artinya, manusia diberi mandat untuk mengolah ciptaan, termasuk mencipta teknologi. Pertanyaannya, apakah teknologi ini membawa kita lebih dekat kepada Kristus atau justru menjauh? Jika Christian Counseling GPT menolong orang kembali pada firman dan doa, ia berguna. Sebaliknya, jika ia membuat orang menjauhi komunitas gereja atau menggantikan kebergantungan pada Allah, ia menjadi berbahaya.
Kesaksian Nyata: Curhat, Ayat, dan Doa
Salah satu pengguna, sebut saja Dian, pernah membagikan pengalamannya memakai Christian Counseling GPT. Saat itu, Dian sedang menghadapi pergumulan pribadi dan mencoba curhat ke AI ini. Responsnya mengejutkan: Christian Counseling GPT pertama-tama berterima kasih karena dia mau terbuka, lalu mengajukan pertanyaan reflektif seperti, "Bagaimana kamu melihat Tuhan dalam masalah ini"? Ketika Dian merasa ragu, AI tidak menghakimi. Bahkan sebelum membagikan ayat, AI bertanya, "Apakah kamu mau jika aku memberikan firman Tuhan"? Setelah mendapat izin, AI memberi ayat penghiburan, lalu menutup dengan menawarkan doa.
Bagi Dian, momen itu sangat menyentuh. Dia sadar bahwa Christian Counseling GPT hanyalah sebuah alat, tetapi lewat alat ini, dia merasakan bagaimana Tuhan bekerja untuk menyatakan kasih-Nya. Kesaksian ini menunjukkan potensi Christian Counseling GPT bila digunakan dengan benar: sebagai jembatan menuju penghiburan ilahi, bukan sebagai pengganti Tuhan.
Gereja dan Tanggung Jawab Etis
Gereja memiliki peran penting dalam mengawal penggunaan Christian Counseling GPT. Jemaat perlu diberi edukasi tentang literasi digital: apa yang boleh dan tidak boleh dibagikan ke AI. Christian Counseling GPT bisa menjadi langkah awal, tetapi jemaat tetap diajak mencari pembimbing rohani manusia. Hasil percakapan dengan AI juga sebaiknya berada di bawah supervisi teologis agar tidak menyimpang dari kebenaran firman. Selain itu, gereja harus memastikan bahwa Christian Counseling GPT tidak dipakai sekadar sebagai gimmick pelayanan, melainkan sebagai sarana misi digital yang sungguh-sungguh melayani kebutuhan jiwa.
Penutup
Apakah aman curhat ke mesin? Jawabannya: aman jika digunakan dengan bijak, dalam batas sehat, dan di bawah terang firman Tuhan. Christian Counseling GPT adalah inovasi yang bisa menjadi sahabat rohani di era digital, tetapi dia tetap hanya alat. Sentuhan kasih manusia, nasihat konselor Kristen, dan karya Roh Kudus tetap tidak tergantikan. Pada akhirnya, Christian Counseling GPT dapat menjadi jembatan, menolong orang yang malu atau tidak mampu mencari konselor, mengingatkan mereka pada firman Tuhan, sekaligus mendorong mereka kembali ke komunitas iman. Seperti kata Paulus, "Biarlah semua ini dilakukan untuk membangun." (1 Korintus 14:26, AYT) Christian Counseling GPT bisa membangun, asal tetap dipakai sebagai alat, bukan pengganti. Biarlah teknologi ini menjadi sarana kecil yang Tuhan pakai untuk memulihkan banyak hati di tengah dunia yang semakin digital, tanpa kehilangan esensi kasih Kristus yang sejati.
Sumber
Disadur dari transkrip video seminar #AITalks: AI dan Konseling GPT.
SABDA Alkitab. (2025, Agustus 1). #AITalks: AI dan Konseling GPT [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=tWLRFslswKU
Dibuat menggunakan AI Generatif ChatGPT-5.