Amsal merupakan hikmat yang Tuhan berikan kepada manusia untuk bagaimana hidup di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain Amsal merupakan contoh konkret atau terjemahan langsung dari Firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristn), bersama Ibu Esther Tjahja dan juga Bp.
Pdt. Dr. Paul Gunadi akan menemani Anda dalam perbincangan yang pasti menarik dan bermanfaat. Perbincangan kali ini merupakan kelanjutan perbincangan kami beberapa waktu yang lalu yang mengambil tema Amsal untuk keluarga. Jadi perlu Anda ketahui bahwa secara berkala kami akan berbincang-bincang seputar prinsip-prinsip Alkitab yang tentunya sangat penting untuk kita ketahui di dalam kehidupan kita membangun keluarga Kristen. Dan untuk mengingat kembali yang sudah pernah kita bicarakan beberapa waktu yang lalu mungkin saya akan tanyakan kepada Pak Paul. Pak Paul kitab Amsal yang begitu indah, yang sangat menarik untuk dibaca karena banyak petuah-petuahnya itu, sejauh mana relevansinya dalam kehidupan keluarga kita saat ini?PG : Pak Gunawan, ternyata begitu banyak mutiara-mutiara dari kitab Amsal yang sangat relevan dalam kehidupan kita. Misalkan sebagaimana telah kita bahas pada kesempatan yang lalu firman Tuhan menegaskan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan atau awal dari hikmat. Dan kita bahas bahwa orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang mengundang respek dari pasangannya atau dari anak-anaknya. Dan respek ini sendiri berpengaruh sangat besar dalam kehidupan berkeluarga karena respeklah orang tidak akan melewati batas sewaktu bertengkar, karena respeklah orang akan lebih siap untuk mendengarkan masukan dari pasangannya dan sebagainya. Kita juga telah belajar bahwa kita harus mendengarkan, firman Tuhan yang berkata kalau kita memberi jawab sebelum mendengar itu adalah kebodohan dan kecelaan. Jadi mendengarkan juga mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap pertengkaran, karena dengan didengarkan kita tidak terlalu merasa marah, karena didengarkan anak akan merasakan bahwa penjelasannya itu penting, dianggap penting oleh orang tuanya sehingga dia merasakan orang tua lebih mau untuk bersimpati dengannya, tidak semena-mena terhadapnya. Dan juga kita telah belajar pentingnya menggunakan kata-kata yang tepat dan menguasai emosi sebab kita melihat kata-kata yang kurang tepat memperburuk masalah. Masalahnya sendiri belum selesai terus menggunakan kata-kata yang tidak tepat dan diselimuti emosi yang berapi-api atau yang tinggi, akhirnya masalah bukannya makin mengecil malah makin membesar. Dan firman Tuhan juga meminta kita menikmati istri masa muda kita artinya cicipilah, nikmatilah tubuh pasangan kita. Itu adalah fondasi juga, itu adalah suatu berkat yang akan membawa banyak bunga dalam hubungan kita dengan suami atau istri.
PG : Ada juga Pak Gunawan,
ET : Luar biasa kalau penulis Amsal yaitu raja Salomo sudah menemukan rahasia ini. Jadi kalau belakangan ini orang-orang sering membaca buku-buku tentang berpikir positif sepertinya itu hal ang baru, sebenarnya konsep ini sudah ditemukan bahkan ribuan tahun yang lalu sebelum orang-orang, sebelum Norman Vincent Peale muncul konsep ini sudah dilemparkan terlebih dahulu.
PG : Jadi sekali lagi semua terpulang dari hati kita, apa yang ada dalam hati kita. Jadi hati yang gembira dalamnya itu memang menyenangkan, dalamnya itu bersih, akan keluar jugalah hal-hal ang bersih, membuat wajah kita berseri-seri.
Tapi kepedihan hati akan mematahkan semangat, membuat kita tidak ada lagi motivasi jadi enggan melakukan apa-apa, pasif. Jadi sekali lagi hati yang gembira merupakan modal yang besar dalam keluarga kita pula.PG : Saya kira kalau kita memang sedang mengalami peristiwa yang menyedihkan dan kita sedih itu reaksi yang alamiah. Sebab saya kira sangat aneh sekali kalau misalkan waktu kematian orang tu kita, tapi kita tertawa terbahak-bahak kesenangan, saya kira yang lebih alamiah justru adalah kita meratapi kematian mereka.
Dan itu adalah hal yang normal dan hal yang sangat manusiawi. Yang dipentingkan di sini saya kira adalah sikap positif, boleh lewati dukacita itu tidak apa-apa, namun setelah melewatinya ya sudah, kita kembali hidup lagi, kita melihat hidup lagi secara positif. Bahwa tidak selalu hidup ini dipenuhi dengan hal-hal yang buruk, tetap ada yang baik bahwa Tuhan tetap bekerja dalam segalanya.PG : Saya kira intinya adalah hati gembira bukan karena dibuat oleh kondisi dari luar, saya kira kondisi dari luar itu memang fluktuatif, turun naik tidak selalu membuat kita merasa senang. api hati yang positif adalah artinya hati yang tidak menyerah begitu saja oleh keadaan, jadi tetap mempunyai semangat untuk hidup, tahu bahwa Tuhan akan menolong dan Tuhan tidak meninggalkan kita.
Jadi salah satu caranya adalah memang benar-benar berserah kepada Tuhan bahwa Tuhan akan membukakan jalan, bahwa ini bukanlah segalanya. Nah orang yang memang menambatkan hatinya terlalu besar pada hal-hal tertentu, waktu kehilangan hal itu akan sangat terluka. Jadi harus belajar juga melatih hidup untuk tidak terlalu mencengkeram yang kita miliki. Waktu kita kehilangan, kita harus bisa menerimanya dengan hati yang lebih lapang.PG : Saya kira bisa sebab Tuhan adil, Pak Gunawan, ternyata kebahagiaan orang atau kegembiraan orang itu tidak selalu ditimbulkan oleh kondisinya, oleh hal-hal yang dinikmatinya dalam hidup.Salomo pasti mempunyai kebahagiaannya dari kemewahan yang dimiliki dan sebagainya, tapi saya kira orang yang misalkan miskin dari tingkatan sosial ekonomi yang rendah tetap mempunyai kegembiraannya.
Bukankah kalau kita melihat rakyat jelata yang menari, berjoget, yang bisa bercanda yang bisa (ET : Bisa tidur nyenyak) tidur nyenyak pada malam hari tidak memikirkan dolar naiknya sampai berapa, mempunyai porsinya sendiri untuk tetap mempunyai hati yang gembira. Jadi hati yang gembira sekali lagi muncul dari dalam, dari dalam pengertiannya puas dengan yang telah dia terima, dengan apa yang Tuhan berikan kepadanya, jangan terlalu menuntut karena rasa tidak puas itu justru menimbulkan banyak kepahitan dalam dirinya.ET : Sepertinya kalau dikaitkan dengan pembicaraan kita yang lalu tentang Amsal untuk keluarga, kembali lagi ya Pak Paul bahwa rasa takut akan Tuhan itu yang menjadi porosnya. Kemudian dari asil kehidupan yang takut akan Tuhan ini akan terpancar menjadi hati yang gembira, menjadi muka yang berseri-seri.
PG : Betul, betul sekali Bu Esther.
PG : Dalam kaitan dengan diri sendiri ya, Pak Gunawan, tentang hidup benar yang diambil dari
PG : Kemungkinan kalau keturunannya berbahagia dia pun berbahagia, kemungkinan yang paling besar adalah orang-orang rumahnya bangga dengan dia karena dia telah hidup lurus dan bersih. Sehinga orang-orang rumahnya itu tidak merasa malu dan kalau orang rumahnya bangga dengan dia saya hampir pastikan dia juga sangat bangga, diapun senang dengan kehidupannya.
PG : Kalau sampai itu terjadi saya kira sangat disayangkan, dia telah hidup bersih, anak cucunya bangga tapi dianya sendiri tidak bangga. Saya berharap kalau kita hidup tulus, hidup bersih bkan saja anak cucu kita bahagia dan bangga, kita pun seharusnya juga bangga karena kita telah mencoba menaati Tuhan dengan hati yang tulus.
ET : Kalau saya lihat justru kadang-kadang sebaliknya, Pak Gunawan. Maksudnya orang yang sungguh-sungguh ingin hidup bersih tapi tidak didukung oleh sekelilingnya. Oleh keluarganya mungkin danggap sebagai suami yang bodoh, dianggap sebagai ayah yang tidak bisa membahagiakan anak, karena dengan kebersihannya ya mungkin makannya terbatas, kehidupannya begitu sederhana.
PG : Betul, jadi itu bisa terjadi juga ya, ada orang yang akhirnya mencela ayah atau ibunya karena hidup mereka bersih dan kehidupan mereka yang bersih itu membuat mereka susah. Namun ini teap harus saya akui bahwa orang yang mencela pada saat itu di kemudian hari waktu menengok ke belakang, tetap akan berkata saya menghormati orang tua saya karena hidup mereka bersih.
Jadi tetap mereka akan melihat orang tua sebagai suri tauladan yang patut mereka contoh, meskipun mereka mengeluh karena hidup dalam kesusahan namun dalam lubuk hati terdalam tetap angkat topi dengan orang tua yang hidupnya begitu bersih.PG : Setiap kita harus bergumul, harus bergumul saya kira tidak ada jalan pintas ya. Jadi lingkungan memang bisa menjerumuskan kita, menekan kita untuk berdosa tapi kita tahu itu salah dan kta mau takut kepada Tuhan.
Nah pada simpul itulah kita akhirnya harus bergumul, yang manakah yang harus kita ikuti dan saya menyadari kita manusia kadang-kadang bisa lemah jadi kita tidak selalu kuat. Adakalanya kita jatuh dan menuruti yang dipaksakan oleh lingkungan kita, tapi tetap himbauan firman Tuhan adalah bersihkanlah kelakuan kita sehingga anak cucu kita akan berbahagia dan bangga.PG :
ET : Kalau dikatakan jangan menghampiri pintu rumahnya. Kalau belakangan beberapa waktu terakhir ini yang saya sering mendengar pergumulan, para bapak-bapak yang sering tugas keluar kota merka tidak menghampiri tetapi kamar hotelnya yang dihampiri.
Nah itu bagaimana Pak Paul?PG : Saya kira tetap menolak dan sebisanya memang hindarilah. Ada seorang kawan saya seorang eksekutif, kemanapun dia pergi keluar kota dia bawa sopirnya dan dia minta sopirnya tidur sekamardengan dia.
Jadi sekali lagi itu langkah preventif, dia tahu dia manusia bisa jatuh kapan saja, daripada dia akhirnya membuka peluang tersebut, dia menutup peluang itu dengan meminta sopirnya untuk tidur sekamar dengan dia. Karena dengan adanya sopir dia tahu dia harus bertanggung jawab kepadanya, pada sopirnya, sopirnya juga sopir istrinya. Jadi sekali lagi pentinglah menjaga diri, berhati-hati jangan bergaul sembarangan, jangan berdalih, berasionalisasi o....dia hanya teman, o....dia seperti adik saya, o....dia seperti kakak saya akhirnya jatuh ke dalam dosa perzinahan.PG : Betul Pak Gunawan, orang yang sudah terlibat apalagi hubungan cinta dengan gadis atau pria lain akhirnya akan sangat sulit memutuskan. Dan saya sudah menyaksikan bahwa kalaupun putus, hbungan itu sendiri yang putus bukan atas desakan istrinya atau atas desakan hamba Tuhan yang lainnya.
Sering kali putusnya karena hubungan itu sendiri yang retak, jarang yang putus atas himbauan pasangannya atau gereja atau hamba Tuhan.PG : Dia tidak mengerti arti mengasihi, Pak Gunawan, sebab mengasihi memang mempunyai arti suatu ikatan yang eksklusif dalam pernikahan itu. Maka firman Tuhan berkata tubuh istri adalah mili suami, tubuh suami adalah milik istri, itu di
ET : Atau mungkin sebaliknya juga seperti sebuah alasannya pemenuhan kebutuhan yang tidak diperoleh dari pasangannya, jadi seolah-olah tetap merasionalisasi, melegalkan perbuatannya dengan mnyalahkan pasangan yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
PG : Betul dan itu tidak boleh menjadi dalih kita, sebab hubungan nikah adalah hubungan yang eksklusif bukan hubungan sharing yang bisa dibagi-bagi dengan orang lain.
PG : Di
PG : Betul sekali, Pak Gunawan, jadi perzinahan puncaknya adalah hubungan seksual, namun dalam prosesnya diawali biasanya pula oleh keterlibatan emosional, seseorang mencintai orang lain yan bukan istri atau suaminya.
PG : Saya kira dalam lubuk hatinya seharusnya dia menyadari, namun sebagaimana tadi Ibu Esther katakan, dia berasionalisasi membenarkan dirinya atau menyangkali faktanya. Bukankah banyak orag yang akan berkata tidak...!
tidak ada apa-apa... hanya teman biasa. Tapi kalau teman biasa masa tidak ketemu menjadi pusing, resah. Kalau teman biasa kenapa mengharapkan kehadiran orang tersebut, berarti bukan teman biasa lagi sebab sudah ada ketergantungan emosional di situ.ET : Mungkin dengan istilah seperti perlahan-lahan menjebloskan diri ya. Kadang-kadang orang mengatakan kejeblos, tapi kalau saya rasa itu suatu upaya juga yang perlahan-lahan kita sedang meceburkan diri untuk masuk ke perbuatan tersebut.
PG : Betul, betul jadi istilah tidak sengaja itu agak sukar kita terima ya, sebab rupanya memang sedikit banyak direncanakan, apalagi kalau sudah ada pertemuan-pertemuan khusus pasti sudah drencanakan.
PG : Amsal juga memberi beberapa nasihat pula Pak Gunawan, yang pertama dari
ET : Padahal kadang-kadang anak-anak itu yang dijadikan dalih. Maksudnya kita bekerja mati-matian ini untuk yang terbaik buat anak-anak, tapi akhirnya tetap ada sisi lain lagi yang jadi korbn.
Anak-anak yang dicarikan uang sebanyak-banyaknya itu, tapi tidak mendapatkan perhatian akhirnya justru menghabiskan uang yang sebenarnya dicari dengan susah payah, dengan narkoba, dengan perbuatan-perbuatan buruk lainnya.PG : Betul, ibarat perahu yang bocor Bu Esther, ditambal tapi tetap ada saja yang bocor jadi akhirnya keluar lagi. Dan dalih bahwa saya melakukannya untuk anak, saya kira harus kita gunakan engan hati-hati sebab ini sebuah pengakuan juga dari pihak saya.
Saya seorang pria saya harus mengakui bahwa sering kali status itu atau pengakuan itu lebih untuk saya daripada untuk anak-anak. Anak-anak sebetulnya tidak terlalu pusing (ET : Ada ya boleh, gitu ya) ada ya bagus, tidak ada ya OK! Yang mereka lebih pusingkan adalah apakah orang tuanya di rumah, apakah orang tuanya saling mengasihi, apakah rumah tangganya tenteram, apakah orang tua memperhatikan mereka, itu yang lebih penting buat anak-anak. Yang lain-lainnya itu semua tidak terlalu penting, jadi jangan sampai prioritas kita itu terbalik.PG : Saya kira perkembangan karier seseorang harus disesuaikan dengan keadaan rumah tangganya. Jadi kalau memang karena karier itu dia harus mengorbankan waktu dengan keluarganya, sebaiknya idak diterima.
Dia harus korbankan kariernya, nanti anak-anak sudah besar tidak membutuhkan kehadirannya seperti dia waktu kecil, silakanlah mengembangkan karier itu. Tapi zaman sekarang ini seolah-olah sudah ada suatu adegium ya suatu dalil bahwa pada usia 30 saya harus sudah menjadi manajer, pada usia 35 saya sudah harus menjadi kepala cabang, pada usia 40 saya sudah harus menjadi managing director misalnya, nah target-target seperti itu yang tidak realistik. Dan kita tidak harus mengikuti orang lain yang seumur dengan kita, yang sudah mencapai prestasi lebih tinggi karena kita sadari ada hal yang lebih penting. Waktu kita diranjang menantikan kematian saya percaya kita tidak pikirkan lagi uang kita di bank berapa besarnya, yang kita akan pikirkan adalah orang-orang yang kita kasihi dan mengasihi kita yang harus kita tinggalkan, mereka itu akan lebih penting buat kita.PG : Salah satunya
GS : Ya jadi cukup banyak memang Pak Paul yang bisa disoroti oleh Amsal ini di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan demikian tadi saudara-saudara pendengar Anda telah mengikuti perbincangan kami bersama Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dan Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Dan kami baru saja berbincang-bincang tentang kelanjutan tema yang lalu yaitu Amsal untuk keluarga. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Amsal merupakan hikmat yang Tuhan berikan kepada manusia untuk bagaimana hidup di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain Amsal merupakan contoh konkret atau terjemahan langsung dari Firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Keluarga sangat penting dibangun di atas firman Tuhan karena Firman Tuhan:
Memberikan panduan bagaimana kita hidup benar.
Firman Tuhan sendiri merupakan kuasa, jadi orang yang hidup dekat dengan Firman Tuhan akan hidup berkuasa dalam pengertian mempunyai kuasa dari Tuhan untuk hidup sesuai dengan yang Ia kehendaki.
Hubungan dengan Tuhan.
Dua pengertian takut akan Tuhan:
Takut akan Tuhan berarti memang takut dihukum Tuhan, karena Tuhan adalah Tuhan yang bisa marah dan Tuhan juga menghukum anak-anak-Nya. Kitab Ibrani berkata: Allah mengganjar anak yang dikasihi-Nya dengan kata lain Tuhan tidak segan-segan menghukum anak-anak-Nya.
Merupakan rasa respek terhadap Tuhan, rasa segan yang membuat kita enggan melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki.
Kedua hal di atas memang fondasi yang harus dimiliki oleh seorang suami atau istri. Jadi bagi suami atau istri atau bagi ayah atau ibu hidup takut akan Tuhan itu sebetulnya adalah suatu bonus yang akan menguatkan keluarga mereka. Takut akan Tuhan adalah hikmat, hikmat adalah mengerti apa yang harus dilakukannya pada saat yang tepat, mengerti apa yang harus dikatakannya pada waktu yang tepat.
Hubungan dengan sesama.
Dua hal yang menyebabkan seorang istri ngomong tidak putus-putus seperti yang dituliskan dalam Amsal adalah:
Karena memang dia mempunyai problem sehingga tidak bisa menguasai emosinya dengan baik. Sehingga kalau emosi dia harus lampiaskan sampai tuntas baru dia berhenti.
Dia terus-menerus mengeluh karena memang sudah merasa tidak didengarkan. Jadi dia hanya mempunyai anggapan hanya dengan cara inilah suaminya itu akan bereaksi.
Kalau kita mempunyai problem dengan emosi kita dan kita tahu kalau sudah marah bisa benar-benar berlebihan bahkan memukul, yang harus kita lakukan adalah:
Kita harus memisahkandiri dari pasangan kita waktu kita marah. Misalkan kita beritahu dia kita sepakati, kalau saya lagi emosi sudah kamu berhenti bicara, jangan tambah-tambahkan, jangan tanggapi saya, bisa lepas kendali.
Izinkan saya untuk pergi dulu, benar-benar secara harafiah mendinginkan kepala, misalnya dengan meminum air dingin, setelah ada jedah selama 1 jam, mungkin sekali kita akan lebih siap untuk berbicara.
Prinsipnya adalah waktu marah jangan serang orangnya, seranglah masalahnya.
Hati yang positif adalah artinya hati yang tidak menyerah begitu saja oleh keadaan, jadi tetap mempunyai semangat untuk hidup, tahu bahwa Tuhan akan menolong, Tuhan tidak meninggalkan kita. Jadi salah satu caranya adalah memang benar-benar berserah kepada Tuhan, bahwa Tuhan akan membukakan jalan. Hati yang gembira muncul dari dalam, dalam pengertian puas dengan yang telah dia terima, dengan apa yang Tuhan berikan kepadanya.
Hubungan dengan diri sendiri yaitu hidup benar.
Hubungan dengan lawan jenis.
Hubungan dengan pekerjaan atau dengan harta benda yang kita miliki.
Hubungan dengan anak-anak.