Rest In Him

Versi printer-friendly

Oleh: Pdt. Yusak Timothy, M.Th.

INSIDE

Saat kita sebagai umat percaya yang disebut Kristiani menelusuri seluruh Firman TUHAN yang tertulis dalam Alkitab, hampir dapat dikatakan sejak Perjanjian Lama selalu ditekankan agar umat TUHAN selalu ‘Rest’, karena TUHAN tahu bahwa manusia yang DIA ciptakan dan yang sudah berdosa memiliki keterbatasan. Dalam zaman nabi Musa dapat kita ketahui umat Israel ‘Rest’ saat TUHAN menolong hingga mereka bisa berjalan diatas tanah kering Laut Teberau, saat raja Yosafat yang dicatat di 2 Tawarikh 20:1 saat ada 3 pasukan, -Setelah itu bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim.- Menyerang mereka, TUHAN Perintahkan hanya dengan memuji TUHAN, semua musuh mereka mati saling membunuh hingga raja Yosafat dan pasukannya dapat menjarah barang-barang mereka tiga hari lamanya.

Yang dimaksud ‘REST’ di atas adalah: Ibr. 4:1 (TB) -Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk kedalam perhentian-Nya( Entering his rest) masih berlaku-.

Memang hal di atas merupakan peristiwa besar yang memang tidak mungkin bisa kita lakukan tentunya, berikut ini mungkin bisa disebut hal yang sepele, TUHAN YESUS berpesan agar kita jangan kuatir, karena kuatir ada disebabkan memiliki keinginan yang berlebih dan belum tentu dibutuhkan namun, kita manusia sering terjebak dalam hal ini, sudah diberitahu oleh murid-Nya Rasul Petrus: I Petrus 5:7 (TB) -Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu-.

Seringkali sulit untuk bisa kita serahkan, acapkali kita seperti ilustrasi tentang seorang petani yang mau bawa panenannya ke kota untuk dijual, saat ada sopir mobil pickup tawarkan dia dengan murah hati ke kota bersama, dia ikut naik ke mobil namun, dia tetap memanggul pikulannya di atas mobil bukan dia menaruh pikulannya, kita yang mendengar cerita ini mungkin tertawa namun, seringkali kita juga seperti petani tersebut, sudah serahkan kuatir kita pada TUHAN, eh kita mau bereskan sendiri.

Sadarilah akan keterbatasan kita, karena kita adalah ciptaan TUHAN dan harus selalu bersandar pada DIA, dengan REST IN HIM merupakan ekspresi terbesar dari iman kita juga kita berjuang untuk tidak kuatir, bagi yang sudi REST IN HIM menunjukkan bahwa kita juga sudi TRUST IN HIM, hanya dengan sikap memercayai TUHAN akan segala hal dalam hidup kita baru kita bisa REST IN HIM, bukan meng-artikan kita tidak perlu berusaha. Bukankah kita suka seperti umat Israel saat TUHAN mau bawa mereka masuk ke tanah perjanjian yang semuanya sudah siap dan tinggal memasuki saja namun, sepuluh pengintai memengaruhi seluruh bangsa untuk tidak TRUST IN HIM/TUHAN, karena dalam benak mereka: -selama saya tidak berbuat sesuatu maka sesuatu tidak akan terjadi.-Tinggalkan konsep yang salah ini, melainkan dengan REST IN HIM lah, kita bisa menikmati kasih karunia-Nya atau GRACE UPON GRACE dalam hidup kita dan keluarga kita seperti saat umat Israel mengelilingi kota Yerikho, saat berkeliling itu berusaha dan saat tidak bersuara hingga hari ketujuh itu REST IN HIM.

OUTSIDE/SECARA FISIK.

Karena manusia diciptakan segambar dengan Allah, oleh sebab itu begitu Allah usai bekerja DIA istirahat begitu juga dengan manusia ciptaan-Nya, bukankah kita perlu mengikuti teladan-Nya ??

Kel. 31:17, -Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat-. Bukan hanya TUHAN perintahkan manusia harus istirahat atau ‘rested’ juga tanah diharuskan sebagai sabat di tahun ketujuh, tidak ditanami apa pun. Meski di tahun ketujuh, tidak ditanami apa pun dan TUHAN akan perintahkan panen selama tiga tahun, dari tahun keenam hingga tahun ke delapan, itulah tanda TUHAN pelihara kita manusia ciptaan-Nya dan saat itu umat Israel.

Lima belas tahun lalu saya pernah mendengar sebuah kesaksian dari seorang pendeta melalui khotbahnya. Ada pasangan suami istri kristiani di luar negeri, saat mereka buka toko di sebuah mall dan mall ini tidak mengizinkan pemilik toko tutup satu hari pun hingga mereka tidak bisa ke gereja, dan akhirnya omset penjualan yang semula tinggi menjadi merosot, lalu mereka berdoa mohon TUHAN tunjukkan mereka ada mall yang libur atau boleh tutup satu hari, supaya mereka bisa ke gereja, ternyata mereka menemukan mall yang izinkan pemilik toko boleh tutup dua hari dalam seminggu yaitu Sabtu dan Minggu, sehingga hari Sabtu sebagai hari keluarga dan Minggu bisa ibadah di Gereja dan ternyata omset seminggu lima hari di mall ini menyamai dengan omset di mall yang pertama yang tujuh hari.

Perlu kita ketahui 60% penyakit disebabkan oleh stress sedangkan stress kebalikan dari ‘rest’. Andai kita mau panjang umur dan sehat perbanyak ‘rest’ bukan berarti kita tidak bekerja, minimal seminggu istirahat /’rest’ satu hari dan jangan mengerjakan pekerjaan yang berat. Sadarilah bahwa kita diciptakan TUHAN dari debu tanah.

Untuk bisa REST IN HIM haruslah kita menempatkan diri kita seperti seorang anak yang memercayai setiap kata ayahnya tanpa ragu, bahwa setiap kata ayahnya dapat direalisasikan tentunya. A M I N !