Berita Telaga Edisi No. 21 /Tahun II/
Mei 2006/ Diterbitkan
oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.
Cimanuk 58 Malang 65122 Telp./Fax.:0341-493645 Email:
telaga@indo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana:
Melany N.T., Lilik Suharmini Account : BCA.KCP Blimbing no. 331-0311277
PRIBADI LEMAH
Ada sebagian orangtua yang berpendapat bahwa anak tidak memerlukan
disiplin sebab pada akhirnya ia akan belajar disiplin dengan
sendirinya. Pandangan ini tidak tepat sebab anak memerlukan disiplin
sama seperti anak memerlukan tangan orangtua untuk menuntunnya belajar
berjalan. Salah satu alasan mengapa disiplin diperlukan adalah karena
disiplin akan mempengaruhi emosi anak. Ada kaitan yang erat antara
disiplin dan pengembangan serta penguasaan emosi anak. Penerapan
disiplin yang tidak tepat berpotensi menghambat pemgembangan dan
penguasaan emosi anak. Berikut kita akan melihat penerapan disiplin
yang tidak tepat dan pengaruhnya pada perkembangan emosi anak. Namun
pertama kita akan membahas definisi disiplin itu sendiri.
Definisi
Mendisiplin anak adalah usaha yang terencana dari pihak orangtua untuk
(a) mengendalikan dan menghilangkan perilaku anak yang tidak sesuai
dengan harapan orangtua dan (b) menumbuhkan dan mempertahankan
perilaku anak yang sesuai dengan harapan orangtua. Setidaknya ada
tiga unsur yang terlibat di sini.
Penerapan I: Terencana
Pertama, disiplin merupakan usaha yang terencana dari pihak orangtua,
dalam pengertian disiplin bukanlah sekadar reaksi emosional melainkan
reaksi yang telah dipikirkan secara matang sehingga arah dan
kekonsistenannya terjaga. Reaksi orangtua yang bersifat emosional dan
insidental tanpa kesinambungan berpotensi menimbulkan kebingungan dan
pada akhirnya memancing reaksi marah atau ketakutan pada anak.
Penerapan II: Mengendalikan dan Menghilangkan
Kedua, disiplin digunakan untuk mengendalikan dan menghilangkan
perilaku anak yang tidak sesuai harapan orangtua. Tidak semua
perilaku anak benar dan baik, itu sebabnya anak memerlukan pembentukan
agar perilaku yang tidak sesuai dapat dikendalikan dan dihilangkan.
Untuk itu diperlukan sistem konsekuensi yang jelas dan tepat.
Kegagalan orangtua menerapkan disiplin membuat anak bebas melakukan
hal-hal negatif dan ini akan membuatnya lemah dalam penguasaan diri.
Sebaliknya disiplin yang berlebihan membuat anak ketakutan atau
memendam kemarahan yang dalam.
Penerapan III: Menumbuhkan dan Mempertahankan
Ketiga, disiplin digunakan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
perilaku yang sesuai dengan harapan orangtua. Kadang kita
beranggapan, sekali nilai yang baik itu tertanam, selamanya ia akan
berakar dan berbuah. Faktanya tidak demikian; bukankah ada banyak hal
positif yang pernah kita lakukan tidak kita lakukan lagi sekarang?
Orangtua perlu menciptakan sistem imbalan agar anak melihat dan
mencicipi sendiri buah keberhasilannya. Dengan kata lain, anak perlu
menyadari bahwa disiplin yang diterapkannnya memang baik untuknya,
bukan hanya untuk kita. Selama anak melihat bahwa semua ketaatannya
hanyalah untuk menyenangkan hati orangtua, disiplin itu belum menjadi
bagian hidupnya. Jika ini terjadi, tujuan disiplin telah tercapai:
disiplin orangtua telah menjadi disiplin diri.
Firman Tuhan: Siapa tidak menggunakan tongkat,
benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia
pada waktunya. (Amsal 13:24 )
MENGENAL LEBIH DEKAT
Hallo…..Para sahabat Telaga yang masih setia, apa
kabar semua?? Kesetiaan sahabat semua menjadi air yang menyejukkan
buat kami. Satu bulan yang lalu kita sudah berkenalan dengan salah
satu Radio di wilayah Kalimantan Tengah yang baru bergabung dengan
Telaga untuk menyiarkan program acara Telaga. Kali ini satu lagi
radio di sana juga yang ingin kami perkenalkan, yaitu Radio Dian
Mandiri Barigas FM Tepatnya di daerah Palangkaraya, Telaga akan
memberkati anak-anak Tuhan yang ada di sana. Telaga disiarkan
setiap hari Senin s/d Sabtu pk. 11.00 WIB dan pada hari Minggu pk.
18.30 WIB. Mari, informasikan berita gembira ini kepada semua
saudara, sahabat dan handai taulan yang ada di wilayah Palangkaraya
- Kalimantan Tengah. Biarlah nama Tuhan dipermuliakan melalui
siaran Telaga.
DONATUR Terima
kasih untuk para donatur yang sudah memberikan sumbangannya,
yaitu:
1. | AN & NV - Jakarta |
Rp. | 2.000.000,00 |
2. |
NN |
Rp. | 5.000.000,00 |
Hasil penjualan kaset, CD |
Rp. | 3.219.500,00 |
Total pemasukan sebesar |
Rp. | 10.238.876,83 |
Pengeluaran TELAGA bulan ini |
Rp. | 5.642.907,00 |
DOAKANLAH
Bersyukur Radio Langgadopi FM. dari Tentena sudah menanggapi tawaran
kerja sama dalam menyiarkan program Telaga yang akan mulai disiarkan
pada bulan Juni 2006. Doakan juga untuk 1 radio di Banyuwangi yang
akan ditindaklanjuti dalam bulan Juni 2006.
Doakan untuk Literatur SAAT dalam proses menerbitkan 7 booklet Telaga
yang seharusnya diterbitkan akhir tahun 2005. Doakan juga untuk
Metanoia Publishing dalam proses awal pencetakan 7 booklet Telaga.
Doakan untuk rekan-rekan YLSA di Solo yang membantu dalam situs
Telaga. Dalam bulan Juni 2006 diharapkan tambahan 20 judul baru bisa
dikirim dan di-upload.
Bersyukur untuk 10 surat yang masuk melalui email dalam bulan Mei
ini, sudah bisa ditanggapi berkat pertolongan para konselor.
TELAGA MENJAWAB
Tanya: Saya memiliki masalah yang saya
alami sejak kecil hingga kini. Saya memiliki orangtua yang
menginginkan segalanya sempurna menurut dia. Sebenarnya saya tidak
pernah keberatan atas segala perintah yang disampaikan tetapi
orangtua tidak pernah puas/nyacat apa saja. Bila berbuat benar
dianggap sewajarnya dan sukanya mengoreksi. Bila dibalik selalu
marah sehingga saya selalu diam seribu bahasa/saya selalu mengalah.
Hingga kini saya tertekan. Saya ingin pergi, saya sudah berusia 26
tahun. Dalam kehidupan sehari-hari, saya sulit bergaul dengan orang
yang memiliki sifat keras, tidak mau dikoreksi, mau menang sendiri,
tidak tanggung jawab. Atas jawabannya saya mengucapkan terima
kasih.
Jawab Tanggapan-tanggapan negatif dari
orangtua pada akhirnya bukan saja menyurutkan semangat, tetapi juga
mengecilkan kepercayaan diri. Sering kali kita menjadi ragu dalam
melangkah atau membuat keputusan sebab kita takut salah dan
dipersalahkan. Dapat dimengerti mengapa Saudara tidak suka bergaul
dengan orang yang keras atau yang menyerupai orangtua. Berdekatan
dengan orang seperti itu membuat Saudara merasa tidak bebas-tidak bisa
menjadi diri Saudara sendiri apa adanya. Saran kami adalah, Saudara
perlu menyaring tanggapan orangtua. Apakah tepat atau tidak tepat?
Bila Saudara merasa tidak tepat, Saudara dapat meminta pendapat orang
ketiga. Jika orang lain mengatakan bahwa pendapat Saudara tepat,
Saudara tidak harus menerima apa pun yang orangtua katakan. Perlahan-
lahan Saudara mesti memulai proses membangun diri sendiri dengan cara
menemukan pemikiran pribadi Saudara. Namun untuk sementara sebaiknya
Saudara meminta tanggapan orang ketiga untuk memastikan bahwa
pemikiran Saudara tepat. Langkah berikut adalah Saudara perlu
memikirkan hidup mandiri, misalkan dengan mencari pekerjaan di luar
kota agar Saudara tidak lagi bergantung pada orangtua. Kemandirian
ini akan memperkokoh kepercayaan diri Saudara. Sebaliknya, makin lama
Saudara tinggal serumah dengan orangtua, makin merosot kemandirian dan
kepercayaan diri Saudara.
Allah yang kita percaya adalah Allah Imanuel-Ia beserta kita. Jadi,
silakan melangkah, yakinlah Tuhan beserta Saudara.
Judul-Judul Terbaru
T197 | Bantal Keluarga (I) |
| Bantal Keluarga (II) |
T198 | Tatkala Orangtua Menikah Kembali |
| Mengapa Orangtua seperti Kanak-kanak |
T199 | Anak Adopsi |
| Masalah Anak Adopsi |
T200 | Antara Pekerjaan dan Rumah |
| Gaya Komunikasi Pria dan Wanita |
T201 | Siapa Yang Harus Berubah (I) |
| Siapa Yang Harus Berubah (II) |
T202 | Tahap Pertumbuhan Keluarga |
| Keluarga yang Kokoh |
T203 | Pribadi yang Cemas |
| Mengambil Keputusan |
T204 | Pekerjaan yang Cocok (I) |
| Pekerjaan yang Cocok (II) |
TIPS
Dewasa Menghadapi Kritik
Dalam dunia kerja, kritik adalah hal yang wajar. Kerap kali kritik
datang dari atasan maupun teman sejawat kita. Sebagian orang menyikapinya dengan dewasa, namun tidak sedikit juga
orang yang sulit menerima kritik. Kritik justru membuat mereka menjadi
tidak nyaman dan kehilangan semangat untuk maju. Sikap semacam ini
merugikan diri sendiri, karena kita bisa belajar banyak hal dari
kritik. Sudah saatnya menerima kritik dengan dewasa, apalagi jika
kritik tersebut membangun.
Jadi, bagaimana sikap kita menghadapi kritik?
Profesional
Terimalah dengan lapang dada jika kritik yang diberikan mengandung
kebenaran. Hindari sikap menyalahkan atau melempar kesalahan pada
orang lain. Dalam hal ini, sikap membela diri berlebihan justru
membuat nilai Anda 'jatuh'. Segera minta maaf dan yakinkan si pemberi
kritik bahwa Anda tak akan mengulangi tindakan itu di masa datang.
Be Positive
Dengarkan dan coba pahami kritik yang ditujukan pada Anda. Jika Anda
merasa keberatan dengan kritik itu, tenangkan diri dengan menarik
napas dalam-dalam. Setelah Anda cukup tenang, minta penjelasan sekali
lagi mengapa Anda dikritik untuk hal yang tak Anda sepakati itu.
Sopan
Sepanas apa pun Anda, usahakan tetap menjaga sopan santun. Camkan
dalam hati bahwa si pemberi kritik tidak bermaksud mempermalukan Anda.
Usahakan untuk fokus pada topik, jangan membicarakan hal yang tidak
ada hubungannya. Otak boleh panas, namun kepala tetap dingin. Di
sinilah mental dan kedewasaan diuji!
Sikap yang benar
Jika kritik ternyata salah alamat, jangan langsung balik melempar
kritik pedas. Lebih santun jika Anda menyampaikan penjelasan secara
sopan. Sampaikan secara pribadi, jangan di muka umum. Anggap saja
guyonan konyol di siang hari! *(BT/VO/diolah dari www.hanyawanita.com)
|