Membentuk Etos Kerja Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T572B
Abstrak: 
Etos kerja anak perlu ditumbuhkan sejak masa balita, tiga etos kerja utama yang perlu ditanamkan sejak masa kanak-kanak adalah bekerja dengan hati gembira dan kreatif bersama Allah, bekerjalah secara unggul untuk Allah dan rayakan hari-hari kerja lewat perhentian sabat.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Anak-anak pun menjalani hidup yang bekerja, beraktifitas. Pada dasarnya setiap manusia termasuk anak-anak memiliki etos kerja. Etos kerja yang kita tanamkan dan tumbuhkan pada anak harus sesuai dengan jati diri kita sebagai orang percaya yaitu etos kerja Kristiani karena etos kerja merupakan ekspresi dari identitas kita, jati diri kita. Etos kerja anak perlu ditumbuhkan sejak masa balita. Apa pun yang kita lakukan baik di dalam rumah, di luar rumah, itu adalah ekspresi bekerja. Jadi bermain pun adalah bekerja.

Ada tiga poin penting dalam membentuk etos kerja anak, yaitu :

Pertama: Bekerjalah dengan hati gembira dan kreatif bersama Allah.

Sejak kecil mari kita dorong anak-anak beraktifitas secara positif dengan hati yang gembira merangsang mereka untuk mengekspresikan kreatifitas mereka. Dalam hal ini banyak implikasinya, misalnya jangan jadikan anak kita konsumen loyal dari game elektronik dan sebuah acara televisi yang akan membunuh kreatifitasnya.

Anak yang sehat, yang sesuai dengan desain Allah, jauhkan dari tontonan televisi, video atau game elektronik. Sedapat mungkin 10 tahun pertama bebaskan dari tontonan televisi dan game elektronik. Cari apa minat anak dan apa potensinya. Dalam hal ini diperlukan orangtua yang mau belajar, menjadi orangtua yang efektif sebagai wakilnya Allah untuk menanamkan etos kerja Kristiani ini.

Kedua: Bekerjalah yang terbaik untuk Allah lewat proses dan hasil yang unggul. Unggul artinya kita memberi yang terbaik untuk Allah. Unggul bukan angka yang hebat, tetapi adalah proses yang benar dan hasil yang sesuai dengan potensi anak kita. Memberi yang terbaik untuk Allah bukanlah perfeksionistik. Sekarang dalam kultur Indonesia, "home schooling" (Sekolah rumah) sudah diakui oleh negara. Pola asuh yang memaksa anak, anak belum masanya sekolah sudah kita masukkan sekolah, hal ini juga harus dihindari. Jangan sampai didalam kita mendampingi anak belajar, melakukan kekerasan fisik atau emosional pada anak. Kerja keras yang dimaksud adalah dalam hal kejujuran dan rasa tanggungjawab.

Ketiga: Rayakan hari-hari kerja lewat perhentian Sabat.

Anak pun perlu mengerti artinya istirahat, memahami artinya sabat. Hal-hal yang belum sempurna juga perlu dihargai. Anak belajar tentang kemurahan hati Allah melalui kemurahan hati orangtuanya. Berikan hal-hal yang menyenangkan anak sebagai penghargaan. Ajaklah anak untuk menghayati arti "Ora et Labora", berdoa dan bekerja, berdoa dan belajar, berdoa dan bertumbuh.

Ketika orangtua memunyai pemahaman yang benar dan mempraktekkannya, pasti akan menghasilkan anak-anak yang unggul.

Amsal 22:6 berbunyi "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu".