Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pasangan yang Tidak Bertanggungjawab

Disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti perjudian, narkoba, pelacur atau seks di luar nikah, Yang kedua karena faktor keluarga, tidak pernah diserahi tanggungjawab. Kemudian karena pengaruh lingkungan dank arena ambisi pribadi. Menjadi tugas kita untuk menjaga jangan sampai ia menghabiskan uang yang dipercayakan kepadanya, pertahankan keintiman walau dalam kadar yang rendah dan libatkan keluarga besar untuk memberikan tekanan. Ajaklah berdoa bersama agar ia menyadari bahwa masih ada Tuhan dan ia harus bertanggungjawab kepada Tuhan

Pasangan yang Tidak Aman secara Sosial

Dampak rasa tidak aman secara sosial, kita dituntut memberikan rasa aman terutama di hadapan orang lain. Selain itu ia pun memaksa kita membatasi pergaulan dan aktivitas yang melibatkan orang lain. Yang ketiga ia kerap menuntut kita memberikan pengakuan dan perhatian yang besar. Rasa aman tidak dapat muncul seketika dan perlu dipupuk. Rasa tidak aman adalah aktivitas perasaan dan kita harus dikendalikan oleh akal budi dan pengertian. Jangan biarkan perasaan menguasai kita.

Pasangan yang Mudah Stres

Bila kita menikah dengan pasangan yang mudah stres kita pun akan terpengaruh dan lama kelamaan merasa letih. Kita harus membimbingnya langkah demi langkah agar ia tahu bagaimana caranya menghadapi masalah dari beberapa sudut agar ia pun dapat mencarikan solusinya dari pelbagai sudut. Ingatkan bahwa masih ada Tuhan dalam hidup ini dan Ia berkuasa. Bimbinglah dia untuk berserah dan memercayakan hidup ini kepada Tuhan

Pasangan yang Menyiksa

Bila kita menikah dengan orang yang gemar menyiksa pasti menderita di tangannya. Hampir dapat dipastikan orang yang senang menyiksa sesamanya adalah orang yang sebenarnya tersiksa. Ia menyiksa karena didalam dirinya tertimbun banyak kemarahan terhadap kekerasan yang dialaminya pada masa kecil. Diharapkan ia menyesali perbuatannya dan menunjukkan pertobatan serta berubah, hal ini biasanya memerlukan waktu yang tidak singkat. Jangan lupa untuk berdoa bersama di pagi dan malam hari serta membaca firman Tuhan serta hafalkan sebuah ayat yang dapat menjadi pemandu hidup untuk hari itu.

Pasangan yang Menuntut Tinggi

Tuntutan yang dimaksud berkisar pada dua hal yaitu WAKTU dan UANG. Orang yang santai dan mengadakan rekreasi dianggap malas dan tidak bertanggungjawab. Jalan terbaik adalah berkompromi, kita berupaya menyesuaikan diri dengan tuntutannya tetapi sebaliknya kita pun memintanya untuk pergi bersama untuk santai dan menikmati hidup. Hal ini bukan lewat perkataan tetapi pengalaman langsung. Tuhan menginginkan kita hidup jujur dan rajin, tetapi Ia pun menghendaki kita menikmati hidup ini.

Pasangan yang Jauh secara Emosional

Orang yang jauh secara emosional adalah orang yang sulit menyelami perasaan sendiri, apalagi orang lain. Corak relasinya “dekat tetapi jauh” sehingga pasangannya akan merasa sepi, seakan-akan hidup sendiri, lajang, tidak menikah. Ada dua reaksi yang umumnya kita berikan yaitu menuntut atau mencarinya di luar. Kondisi jauh secara emosional adalah kondisi yang berpotensi menciptakan masalah yang berat antara lain rawan terhadap perselingkuhan.

Pasangan yang Berfungsi Secara Tidak Efektif

Menghadapi pasangan yang hidup secara tidak efektif memaksa kita untuk hidup bijak dan berhati-hati. Secara finansial, kita harus selalu menyisihkan uang dan mengamankannya, bukan untuk diri sendiri tapi untuk masa depan anak-anak. Berkaitan dengan pergaulan, kita pun terpaksa membatasi ruang geraknya dalam lingkup pergaulan kita karena kita tidak mau ia merusakkan hubungan kita dengan teman atau sanak saudara kita.

Pasangan Beremosi Tinggi

Pada umumnya kita beranggapan bahwa masalah pernikahan disebabkan oleh kedua belah pihak: suami dan istri. Namun kenyataannya lebih banyak masalah pernikahan ditimbulkan oleh satu pihak saja. Acapkali orang yang beremosi tinggi adalah orang yang TIDAK KONSISTEN dan tidak mudah menghadapinya. Bagaimana jalan keluarnya? Ada dua cara yaitu membiarkan dan berusaha menyesuaikan dengan kehendaknya, sampai kita tidak sanggup lagi. Kemudian kita mengatakan bahwa kita sudah terlalu letih dan tidak sanggup lagi.

Keluarga Bahagia, Adakah?

Keluarga bahagia itu ADA! Memang tidak ada keluarga yang sempurna, tetapi ada banyak keluarga yang bahagia. Kabar baik, bukan? Berikut akan dipaparkan beberapa ciri atau tanda bahagia.

Pengaruh Relasi Anak-Orangtua Pada Pernikahan Anak

Di antara semua relasi, mungkin terpenting adalah relasi anak dan orangtua. Bukan saja relasi ini berdampak pada perkembangan jiwa anak, relasi ini pun berdampak pada relasi anak dan keluarganya kelak. Berikut ini akan dipaparkan dampak relasi anak dan orangtua pada relasi anak dan keluarganya serta saran bagaimana mengurangi dampak negatifnya

Halaman

Berlangganan RSS - Pdt. Dr. Paul Gunadi