Karakter/Kepribadian

Kepribadian Dominan

Pada umumnya tatkala mendengar kata, “dominan,” kita membayangkan sebuah gambar manusia yang berbuat seenaknya tanpa memerhatikan perasaan dan kepentingan sesama. Sebetulnya kata dominan tidak harus berkonotasi seburuk itu. Apakah Anda termasuk orang dalam kategori dominan? Jika ya, di sini akan dijelaskan mengenai kelemahan dan kelebihannya sehingga Anda bisa menempatkan diri dengan benar.

Kesengsaraan dan Karakter II

Tidak ada yang senang dengan kesusahan. Sedapatnya kita berupaya untuk menghindar dari kesusahan. Bagi kita kesusahan identik dengan kesengsaraan dan kesengsaraan identik dengan kemunduran yang berakhir dengan keputusasaan—sebuah cara pandang yang pesimistik dan negatif. Namun sebuah karakter yang dihasilkan kesengsaraan adalah karakter yang bergantung penuh pada Tuhan. Ada 6 hal yang akan diuraikan untuk proses pembentukan karakter yang melibatkan kesusahan dan kesengsaraan.

Kesengsaraan dan Karakter I

Tidak ada yang senang dengan kesusahan. Sedapatnya kita berupaya untuk menghindar dari kesusahan. Bagi kita kesusahan identik dengan kesengsaraan dan kesengsaraan identik dengan kemunduran yang berakhir dengan keputusasaan—sebuah cara pandang yang pesimistik dan negatif. Namun sebuah karakter yang dihasilkan kesengsaraan adalah karakter yang bergantung penuh pada Tuhan. Ada 6 hal yang akan diuraikan untuk proses pembentukan karakter yang melibatkan kesusahan dan kesengsaraan.

Dapatkah Mengubah Sifat Dasar

Kita semua memiliki sifat dasar karena kita mewarisi gen dari orangtua, sifat dasar itu bukan hanya menentukan diri jasmaniah tetapi juga diri mental dan emosional kita. Yang menjadi pertanyaan bagi kebanyakan orang adalah “dapatkah mengubah sifat dasar ?” Jawabannya adalah BISA. Kalau sifat dasar bisa diubah, maka timbul pertanyaan seberapa permanenkah sifat dasar itu ? Kalau kita mengetahui dengan jelas maka kita pun juga dapat mengubah sifat dasar dengan lebih tepat.

Adakah Sifat Dasar ?

Ada orang yang beranggapan bahwa mustahil bagi kita mengubah sifat dasar. Pendapat ini bersumber dari keyakinan dan pengamatan bahwa sekali sifat dasar terbentuk maka tidak mungkin bagi kita mengubahnya. Namun ada pula yang meragukan keberadaan sifat dasar. Bagi sebagian orang, karakter atau sifat dasar hanyalah bentukan dari luar. Dari kedua anggapan tersebut, seringkali kita juga berpikir benarkah sifat dasar itu ada? Dan jawabannya adalah ADA. Dengan adanya sifat dasar, apa yang harus kita lakukan?

Menghadapi Pribadi yang Berbeda

Salah satu tantangan terbesar dalam bekerja sama adalah bagaimanakah kita dapat menghadapi pribadi yang begitu berbeda dari kita. Termasuk perbedaan gaya hidup dan sudut pandang membuat konflik tak terelakkan bila kedua belah pihak tidak rela mengalah. Disini akan dipaparkan beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk menghadapi pribadi yang berbeda dari kita.

Hidup Berbeda

Hasil riset di Amerika memerlihatkan bahwa sebagian besar anak-anak yang bersekolah Minggu, pada masa dewasanya tidak lagi bergereja. Dan kita pun tahu selama hampir 2000 tahun, benua Eropa dan Asia Kecil merupakan pusat kekristenan namun sekarang tidak lagi. Bagi banyak orang, Tuhan tidak lagi relevan dan tidak layak dipikirkan, apalagi diyakini. Tuhan tidak meminta kita untuk memisahkan diri dari lingkungan namun Tuhan memerintahkan kita untuk hidup berbeda dan tidak menuruti pola hidup dan iman yang berbeda. Apa yang bisa dilakukan agar kita sebagai umat Tuhan hidup berbeda?

Berhati-hati dengan Lidah

Salah satu kisah tragis yang dicatat di Alkitab adalah kisah kegagalan Musa masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Di padang gurun Meriba orang Israel mengeluh karena tidak ada air dan Tuhan memerintahkan Musa untuk berkata-kata kepada bukit batu untuk mengeluarkan air. Musa tidak menaati Tuhan, Musa gagal sebab ia teledor dengan mulutnya. Dan sayangnya, ada begitu banyak orang yang gagal oleh karena perkataannya. Dalam bagian ini akan lebih dipaparkan langkah praktis mengekang lidah.

Mengikis Ketamakan

Sukar bagi manusia untuk merasa cukup; setiap kecukupan melahirkan keinginan baru sehingga pada akhirnya kita tidak merasa cukup. Jika tidak berhati-hati, rasa tidak cukup dapat menjadi benih ketamakan. Di sini akan dipaparkan kiat untuk menjaga diri tidak tamak.

Belajar Rendah Hati

Tuhan memerintahkan kita pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh kerendahan hati. Sebenarnya apakah kerendahan hati itu? Kerendahan hati di sini juga akan dibandingkan dengan tinggi hati, apa itu tinggi hati?

Halaman

Berlangganan RSS - Karakter/Kepribadian