Pekerjaan dan Pelayanan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T268A
Nara Sumber: 
Pdt.Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Ada orang yang membedakan pekerjaan dan pelayanan, seakan-akan pelayanan adalah sesuatu yang mulia sedangkan pekerjaan tidak. Orang-orang ini berpendapat bahwa pelayanan adalah melakukan sesuatu untuk Tuhan sedangkan pekerjaan adalah melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Apakah memang benar bahwa Alkitab membedakan keduanya?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada orang yang membedakan pekerjaan dan pelayanan seakan-akan pelayanan adalah sesuatu yang mulia sedangkan pekerjaan tidak. Orang-orang ini berpendapat bahwa pelayanan adalah melakukan sesuatu untuk Tuhan sedangkan pekerjaan adalah melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Apakah memang benar bahwa Alkitab membedakan keduanya? Marilah kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan tentang pelayanan.

  1. Sesungguhnya di dalam Alkitab tidak ada definisi pelayanan itu sendiri; sebaliknya, Firman Tuhan memanggil kita untuk melakukan semuanya untuk Tuhan, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa kita. Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:17, 23).

    Berdasarkan ayat-ayat ini, dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak memisah-misahkan jenis pekerjaan seolah-olah ada yang lebih mulia dari yang lainnya. Kita dipanggil untuk melakukan segalanya dalam nama dan untuk Tuhan Yesus. Inilah definisi pelayanan yang seluas-luasnya. Jadi, siapa pun yang melakukan tugasnya seperti untuk Tuhan, sesungguhnya ia telah melayani Tuhan, sebab ia melakukannya bagi Tuhan.

  2. Berdasarkan definisi pelayanan dari Kolose ini, dapat pula kita simpulkan bahwa bagi Tuhan terpenting bukanlah apa yang dilakukan melainkan bagaimana dilakukannya. Firman Tuhan dengan jelas memerintahkan kita untuk melakukannya dengan "segenap hatimu" dan dengan sikap bersyukur. Ini adalah bentuk pelayanan kita kepada-Nya. Sebaliknya, apa pun itu yang kita kerjakan-bahkan hal yang terkait dengan pekerjaan gerejawi-bila kita melakukannya tidak dengan segenap hati dan tidak dengan sikap bersyukur, itu bukanlah pelayanan.
  3. Kendati demikian Tuhan memisahkan sebagian orang untuk melayani-Nya secara khusus. Di Perjanjian Lama Tuhan memilih bani Lewi sebagai pelayan-Nya yang secara khusus melakukan tugas imamat sedangkan di Perjanjian Baru kita mengenal para Rasul yang dipanggil untuk pelayanan Firman dan doa (Kisah Para Rasul 6:3-4). Pemisahan ini adalah untuk menolong para Rasul untuk lebih dapat "memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Jadi, para pelayan khusus ini memang dipanggil untuk meninggalkan pekerjaan lainnya agar dapat memusatkan pikiran dan segala tenaga mereka untuk pekerjaan Tuhan.
  4. Sungguhpun demikian sejarah menunjukkan bahwa Tuhan tidak membatasi diri dan pekerjaan-Nya hanya pada pelayan khusus ini. Di Perjanjian Lama kita mengenal begitu banyak nabi yang dipakai Tuhan, seperti Yesaya, Yeremia, Mikha, Elia, Elisa, dan lainnya. Di Perjanjian Baru kita pun mengenal Paulus, Akwila dan Priskila, yang juga adalah pembuat dan penjual tenda. Kedua belas murid pun sesungguhnya bukanlah bagian dari pelayan dari bani Lewi; mereka adalah orang biasa yang dipanggil untuk meneruskan pekerjaan Tuhan Yesus.

    Dari sini kita pun dapat melihat sebuah pola: Apabila pelayan khusus Tuhan tidak menjalankan fungsinya, maka Tuhan segera memakai kelompok awam untuk melakukan pekerjaan-Nya. Itu sebabnya di dalam Alkitab tertulis jauh lebih banyak nabi daripada imam; dan dari kedua belas murid Tuhan, tidak ada satu pun yang berasal dari kelompok imam. Singkat kata, Tuhan memanggil dan memakai siapa pun yang bersedia dipakai-Nya.

  5. Sebagai kesimpulan, yang menjadikan seseorang pelayan atau bukan pelayan Kristus adalah hatinya, bukan jenis pekerjaannya. Jadi, pertanyaannya adalah, apakah ia memiliki sikap sebagai pelayan ataukah tidak? Kendati pekerjaannya tampak rohani, namun apabila ia tidak memiliki sikap sebagai pelayan, ia bukanlah seorang pelayan Tuhan. Dan, yang menjadikan suatu pekerjaan sebagai pelayanan bukanlah apa yang dikerjakannya, melainkan bagaimanakah dan untuk siapakah ia melakukannya.

    Oleh sebab itu, bersukacitalah dan bersyukur atas apa yang telah Tuhan karuniakan kepada kita. Jangan merasa ada yang kurang bila kita belum terlibat dalam tindakan-tindakan yang kerap diasosiasikan dengan pelayanan. Ingat, salah satu contoh pelayanan yang pernah diceritakan Tuhan dalam perumpamaan-Nya adalah kisah orang Samaria yang baik hati. Ia bukan imam dan Lewi, bahkan ia pun bukan seorang Israel. Ia hanyalah seorang Samaria yang baik hati dan bersikap melayani. Dalam hal ini, ia telah melayani Tuhan.

Comments

pak pendeta, saya ingin bertanya. mengapa kita manusia makhluk lemah ini kok harus melayani tuhan yang maha kuat, maha kasih itu? apa tuhan sudah tidak mempunyai daya upaya lagi sehingga harus dilayani? sungguh kasihan ya tuhan kok masih minta dilayani. jika tuhan itu memiliki kasih yang berkelimpahan, mengapa tuhan tidak bagikan kepada gembalaannya ya? saya juga ingin bertanya, kalau tuhan itu ada awal dan akhirnya tidak? setahu saya yang ada awal dan akhirnya itu adalah makhluk, dilahirkan, hidup, lalu pada saatnya nanti mati, seperti baak pendeta juga kan? jadi kapada yang sudah mati (apapun namanya) apa masih kita berharap keselamatan? padahal kalau tuhan itu terus hidup, kekal didalam keabadian.

Shalom, Terima kasih untuk pertanyaan yang disampaikan. Baiklah kami akan mencoba menjawabnya sbb.: (1) Tuhan yang Mahakuat dan Mahakasih sebetulnya bisa melakukan segala sesuatunya sendiri, tapi manusia dijadikan kawan sekerjanya (I Kor.3:9). (2) Dalam I Kor. 6:20 dikatakan, bahwa kita sudah dibeli dengan lunas, jadi bagi kita yang percaya, keselamatan itu sudah menjadi milik kita. Sebagai ungkapan rasa syukur (terima kasih) kita, maka kita melayani. (3) Sebelum segala sesuatu diciptakan, DIA sudah ada. Memang semua makhluk dilahirkan dan pada saatnya akan meninggal dunia. Tetapi DIA yang kekal dan hidup, akan hidup selama-lamanya. Silakan baca Wahyu 1:17-18 ,Wahyu 21:6 dan Wahyu 22:13. Demikian tanggapan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bisa menolong anda untuk memahami Allah yang luar biasa !! Salam : Tim Pengasuh Program TELAGA