Supermarket dan Tas Plastik

Versi printer-friendly

oleh Sdri. Betty Tjipta Sari

Kata yang paling aku sukai ketika berbelanja di supermarket di Belanda adalah korting, bonus dan gratis,terlebih lagi 3 kata ini memang sudah kukenal sejak di Indonesia, jadi mudah mengenali apa artinya ketika masuk supermarket atau toko. Setiap minggu supermarket yang berbeda memberi potongan harga untuk produk-produk yang berbeda. Karena aku mahasiswa yang perlu irit, biasanya aku belanja sayur yang di-korting. Jadi menu di meja makan mengikuti bonus dan korting supermarket. Dengan cara ini, aku bisa menghemat banyak karena seringkali potongan harga bisa sepertiga atau separuh harga biasanya.


Cara lain untuk berhemat, selain membeli sayur yang di-korting adalah selalu membawa tas belanja sendiri. Karena di Belanda toko atau pedagang apa pun tidak boleh memberi tas plastik secara gratis untuk mengurangi sampah plastik, dan mereka yang melanggar akan mendapat denda dari pemerintah. Jadi kalau ingin belanja sesuatu, jangan pernah lupa membawa tas sendiri. Ini berlaku untuk belanja apa pun, tidak hanya di supermarket. Kecuali toko yang bersangkutan menyediakan tas kertas, karena tas kertas boleh diberikan secara gratis. Tapi memang hanya toko-toko tertentu yang menyediakan tas kertas ini dan biasanya untuk produk yang lumayan mahal dan ringan.


Kadang berbelanja di pasar tradisional juga lebih hemat. Tapi pasar ini hanya ada 1 atau 2 kali seminggu di pusat kota atau pusat perbelanjaan. Pasar ini mirip pasar tradisional di Indonesia, cuma memang jauh lebih bersih dan teratur. Aturan main tetap sama, wajib bawa tas sendiri! Hampir semua barang bisa ditemukan di pasar tradisional di kota-kota besar. Mulai dari sayuran, bunga, tanaman, baju, aksesoris, roti, daging, telur, jam, kosmetik, sepeda, karpet, keju, ikan, bumbu Asia, dan sebagainya. Tapi favoritku adalah ikan segar, karena ikan segar tidak ada di supermarket. Harganya pun lebih murah dibanding ikan beku atau ikan asap dari supermarket, meskipun harga ikan tetap lebih mahal daripada harga daging ayam. Tapi kalau ingin beli ikan, harus bawa juga tas plastik kecil selain tas besar untuk belanja. Karena apa pun belanjaannya harus bawa tas sendiri, saya selalu sedia tas untuk belanja di tas atau ransel saya. Untuk jaga-jaga, siapa tahu di tengah jalan perlu beli sesuatu.


Tapi saya pikir-pikir, kalau saya selalu siap sedia dengan tas belanjaan, apakah saya juga selalu siap sedia untuk hal-hal lain yang lebih penting? Misalnya selalu siap sedia kapan pun waktunya untuk membagikan Injil, siap sedia menyambut Yesus kapan pun Dia datang? Hmmm… kalau tas belanja sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang selalu ada dalam perlengkapan harian saya, apakah doa, firman dan pengakuan dosa juga menjadi bekal harian saya? Kadang kita memang butuh dipaksa untuk menumbuhkan kebiasaan tertentu, seperti kebiasan hemat plastik gara-gara seperti pemerintah Belanda ‘memaksa’ semua pedagang untuk tidak memberi tas plastik. Kebiasaan baik kita dapat bertumbuh dengan pengkondisian dan disiplin.


Aku bersyukur selama masa remaja bergabung dengan persekutuan siswa yang banyak menolongku untuk menumbuhkan kebiasaan berdoa dan merenungkan Firman, namun tetap saja aku butuh disiplin dan komunitas yang ‘mengingatkan’ (mengkondisikan) untuk memelihara kebiasaan itu. Karena daging kita lemah dan lambat untuk belajar menundukkan diri pada pimpinan Roh Kudus.


"Latihan badani terbatas guanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1 Timotius 4:8)


"Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhnya, supaya sesudah memberitakan injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak" (1 Korintus 9:27)