Pacaran & Batasnya

Versi printer-friendly

Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang teman wanita yang sebaya dengan saya. Dalam perbincangan itu, kami membicarakan tentang perasaan dia yang saat ini sedang berpacaran dengan seorang teman pria yang umurnya kira-kira 2 tahun lebih tua darinya. Teman saya ini sangat menyayangi pacarnya dan tidak ingin kehilangan pacarnya itu. Sempat saya mengingat satu kalimatnya yang ia katakan, "Saya rela memberikan apa saja untuk dia asalkan dia tidak meninggalkan saya termasuk itu keperawanan saya".

Ungkapan itu membuat saya terkejut karena dia adalah teman segereja, tentu dia tahu ayat yang mengatakan, "Supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."(Roma 12:1) Namun kenapa dia berkata seperti itu??? Dari ungkapan itu kemudian muncul dalam pikiran saya sebuah pertanyaan, "Lantas kalau saya suatu saat berpacaran, saya harus bagaimana? Seberapa batasnya?"

Hal itu cukup membuat satu pertanyaan besar dalam diri saya dan saya mulai mencari-cari jawabannya. Saya mencari lewat kakak rohani, khotbah di gereja namun jawaban-jawaban yang diberikan belum membuat saya puas.

Beberapa tahun telah lewat setelah perbincangan itu, dan akhirnya pergumulan saya terjawab lewat keterlibatan saya dalam pekerjaan yang saya kerjakan saat ini, di TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga), program radio dalam bentuk dialog yang mengupas masalah keluarga.

Kalau saya suatu saat berpacaran saya harus bagaimana? Pertama, Saya harus memiliki keintiman dengan pasangan saya (dalam hal ini pacar) dalam hal emosional, misalnya kepribadian saya dengan pasangan, kepribadian pasangan dengan saya, apakah bisa menyatu, bisa saling mengerti dan mengisi satu dengan yang lainnya. Kedua, saya harus berpusat pada orang yang saya kasihi, kalau berpusat kepada orang yang dikasihi maka kesukaannya adalah memberi dan bukan menuntut. Ketiga, mengampuni kesalahan dan menerima kelemahan. Keempat, objektif yang benar; kita tahu benar-salah dan baik-buruk, kita memagari diri kita agar kebenaran dan kekudusan terus bersemayam di dalam hubungan ini. Kelima, melindungi; kita tidak ingin melihat hal buruk terjadi padanya karena kita memagarinya dengan baik. Keenam, memercayai; percaya akan kejujurannya, ketulusan, kesetiaan, dan kasihnya kepada kita, karena tatkala kita memercayainya maka dia merasa berharga dan bersemangat melakukan hal-hal positif. Ketujuh, bersedia menderita dengannya.

Seberapa batasnya? Di dalam masa berpacaran dua-dua sedang di mabuk cinta oleh karena itu seringkali mereka mudah jatuh di dalam dosa seksual. Untuk menghindarinya maka harus ada batasnya yaitu jangan memulainya, dan jangan menyentuh-nyentuh, melihat-lihat bagian tubuh yang erotis. Untuk para wanita harus menjaga diri baik-baik dan memakai pakaian yang sopan. Kemudian hindarkan pertemuan di tempat tertutup. Yang terakhir keduanya harus datang kepada Tuhan dan berdoa mohon kekuatan kepada Tuhan.

Dewi K. Megawati (Staf TELAGA)