Ingin Mengerti Kehendak Tuhan??

Versi printer-friendly
Apakah arti memahami kehendak Tuhan? Banyak orang menanyakan hal ini lebih karena kita ingin mendapatkan ‘rumusan yang jelas’ dan kepastian. Kejelasan dan kepastian memberi kita rasa aman dan nyaman. Ini adalah hal yang manusiawi dan normal karena pada dasarnya manusia tidak menyukai ketidakpastian dan oleh karenanya cenderung mencari cara untuk memegang kendali atas hidupnya. Banyak cara kita lakukan untuk mengurangi ketidakpastian dalam hidup kita, misalnya dengan memiliki asuransi, memiliki tabungan, dan jaminan hari tua. Tentu saja semua hal itu baik dan wajar untuk dilakukan. Yang ingin saya katakan adalah, bahwa kemanusiawian kita cenderung mencari rasa aman dengan mengendalikan situasi dan berusaha merubah ketidakpastian menjadi sedikit pasti. Itu mengapa sering kali kita ingin tahu apa yang Tuhan kehendaki segera; sekarang dan saat ini. Kita ingin segera lepas dari rasa tidak nyaman karena ‘tidak tahu’. Kita ingin Tuhan mengatakannya sekarang dan saat ini karena kita tidak tahan menunggu terlalu lama hingga kita memahami dan mengerti apa sebenarnya rancangan dan kehendak Tuhan bagi kita. Satu kali, saya membaca sebuah ungkapan “Lust is to desire things immediately; righ here and righ now. Lust does not want to wait”. Tampaknya ‘perzinahan’ yang digambarkan Alkitab dalam perjanjian lama bukanlah sekedar gairah tubuh, tapi juga gairah spiritual untuk memaksa Tuhan memberikan kenyamanan segera dan ketika Tuhan tidak memberikannya segera, bangsa Israel (dan kita) mudah beralih ke hal lain yang kita pikir dapat memberikan kepastian dan kenyamanan lebih cepat. Keinginan memahami kehendak Tuhan adalah sangat baik, namun menjadi salah ketika keinginan untuk memahami kehendak Tuhan itu lebih karena kita ‘tidak tahan’ menunggu dan ‘tidak tahan’ dengan ketidakpastian. Seharusnya keinginan memahami kehendak Tuhan dimotivasi oleh keinginan untuk berserah pada segala sesuatu yang Tuhan kehendaki (termasuk menunggu dan ‘tidak mengerti sekarang’). Banyak orang Kristen ingin memberi jawaban atas pertanyaan ‘apa yang Tuhan kehendaki’ dan memberi ‘formula’ yang lebih pasti atau merumuskan ‘langkah-langkah menemukan kehendak Tuhan’. Namun ini bukanlah iman yang sejati, karena beriman artinya mempercayakan diri penuh dalam tangan Tuhan meski kita tidak melihat (atau tidak mengerti dan tidak tahu apa yang Tuhan sebenarnya kerjakan). Sewaktu saya mahasiswa, saya bergabung dalam satu persekutuan mahasiswa yang mengajarkan bahwa untuk memahami kehendak Tuhan tentang ‘siapa pasangan hidup saya’, saya harus melakukan beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut misalnya berdoa untuk jangka waktu tertentu, menemukan ayat dari Alkitab yang berbicara tentang teman hidup, mendapat konfirmasi dari pembimbing rohani, dsb. Namun semakin saya belajar mengenal Tuhan, semakin saya mengerti bahwa langkah-langkah tersebut adalah salah. Menemukan kehendak Tuhan adalah belajar beriman dalam ketidakpastian dan berani melangkah dalam ketidakmengertian karena percaya janji Tuhan, dan bukan ‘melakukan langkah-langkah yang benar’ untuk mendapatkan kepastian tentang kebenaran. Namun apakah beda dari kedua hal tersebut? Bedanya adalah terutama pada pemahaman kita akan ‘beriman’ yang kurang tepat. Beriman bukanlah melihat dengan jelas dan pasti, tapi melihat cermin yang samar-samar. Beriman bukanlah mendapatkan rasa aman dan nyaman karena kita tahu pasti ‘apa yang benar’, namun rela memikul salib dan mengikut Yesus ‘tiap hari’ (hari demi hari) ke mana pun Yesus membawa kita tiap hari (meskipun Yesus tidak mengatakan jauh hari sebelumnya apa rencana perjalanan-Nya, namun memberi tahu setiap pagi ke mana Dia membawa kita pergi). Beriman bukanlah melihat apa yang kelihatan, namun apa yang tidak kelihatan, termasuk ketika kita telah melakukan semua perintah-Nya dan tidak juga melihat ke mana sebenarnya Tuhan membawa kita atau bahkan ketika hasilnya berbeda dari yang kita harapkan ‘sekarang’. Beriman adalah melihat ke arah kekekalan dan bukan melihat yang sekarang. Ingin melihat yang sekarang dan saat ini secara jelas dan pasti adalah ciri dari ketidakpercayaan. Itu sebabnya Yesus mengatakan "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya” (Yoh 4:48). Ketika kita bisa mempercayakan diri pada Tuhan hanya ketika kita melihat ‘tanda-tanda pasti’ dan ‘mujizat’, maka kita bukanlah seorang yang memiliki iman sejati. Iman kita adalah iman yang dibangun di atas pasir, yang ketika badai datang akan segera ambruk. Iman yang berdasarkan tanda dan mujizat adalah iman yang seperti benih yang ditabur di atas batu yang tumbuh sebentar lalu mati atau seperti benih yang ditabur di antara semak belukar yang tumbuh namun mati terhimpit karena hal-hal lain yang mengalihkan iman kita (bahkan termasuk lebih memberhatikan ‘kesuksesan spiritual’ daripada ‘menikmati kasih Tuhan’) dan membuat kita tidak menghasilkan buah karakter yang nyata dan sejati. Iman sejati adalah berjalan bersama Yesus dari hari ke hari dan perjalanan itu membuat kita berubah dari hari ke hari. Bukan kita yang mengendalikan perjalanan itu, tapi Tuhan Yesus. Dan karena kita bukan yang mengendalikan perjalanan itu, kita tidak perlu tahu segala hal karena Yesus tahu persis segala hal untuk kita. Memahami kehendak Tuhan berarti memahami bahwa kita harus memberi diri dan mengikut Yesus ke mana pun Dia membawa kita, termasuk ketika kita berlayar dalam badai bersama Yesus yang tertidur di atas kapal, atau berjalan tanpa ‘peta’ dan ‘jadwal’ karena Yesus yang memegang peta dan jadwal perjalanan. Namun perjalanan ini adalah juga pengalaman nyata pertolongan Yesus ketika Dia menghentikan badai (setelah beberapa waktu kita bergumul), dan melihat rumput hijau dan air yang jernih setelah perjalanan panjang dalam gurun kering. Perjalanan iman ini adalah perjalanan yang tidak mudah dan penuh misteri, namun juga penuh berkat dan sukacita karena Yesus bersama kita. Ketika kita berjalan bersama seseorang yang kita cintai, apa pun yang terjadi akan tetap terasa indah. Ibarat pepatah, ketika orang jatuh cinta semua terasa seperti coklat; manis. Orang yang jatuh cinta tahu persis apa artinya rela berhujan-hujan demi bertemu si dia. Namun ketika cinta itu tidaklah kuat, mudah bagi kita untuk mengeluh dan ingin meninggalkannya. Iman kepada Yesus adalah mencintai Dia dan berjalan dalam sukacita oleh karena cinta itu. Cinta Yesus sudahlah cukup bagi kita, meski pun kita tidak mengerti, kita tidak melihat dan tidak mendapatkan kepastian pada saat sekarang karena kita tahu bahwa kasih Yesus adalah garansi bahwa pada akhirnya kita akan mengerti dan melihat dan mendapatkan hal yang mutlak ‘pasti’ di masa depan. Cinta yang seperti ini mampu menunggu dan mampu untuk tahan dalam ketidakmengertian. Pada waktu kita mampu menunggu dan tahan dalam ketidakmengertian akan jalan-Nya, maka sebenarnyalah kita sedang memahami apa yang paling Tuhan Yesus kehendaki untuk kita kerjakan, yaitu mengasihi dan mempercayakan diri kepada-Nya.