Dampak Media bagi Karakter Anak

Versi printer-friendly
Oleh : Yusak Timothy, M.Th

Sejak era 70-an dengan ditampilkannya tayangan-tayangan film yang merupakan sarana media elektronik dari luar negeri seperti Jepang, Hongkong, Taiwan juga Amerika dan lain sebagainya, banyaklah anak yang hidup di era itu terkena dampak media tersebut.

Kemajuan teknologi secara progresif semakin menjadi sarana hiburan juga bagi banyak keluarga yang hidup di kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan lain-lain.

Lain di era 70-an lain pula di era setiap 10 tahun selanjutnya, tayangan-tayangan media elektronik yang semakin canggih cara shootingnya dan yang mampu menarik perhatian anak-anak di setiap era yang berbeda, jika di era 70-an atau 80-an hanya film-film dari luar negeri saja yang menjadi sarana media yang membawa pengaruh bagi karakter anak, mendekati abad 20 dan 21 film-film dari dalam negeri pun membawa pengaruh yang hampir sama bagi karakter anak, karena banyak anak yang meniru aksi atau gerakan yang ditayangkan film tersebut. Namun, di era abad 20 dan 21 ini bertambah pula dengan adanya PS (Play Station), Video Games, Internet dan masih banyak lagi, mungkin pembaca "Telaga" bertanya apanya dari media elektronik yang dapat membawa dampak buruk bagi karakter anak-anak kita?

Sebelum menjawab hal-hal di atas, saya masih akan menguraikan dampak-dampak lain dari media bagi karakter anak-anak kita.

I . Media Elektronik (televisi, play station,video games dan internet).

Di bagian ini saya akan menjelaskan bahwa media elektronik berbentuk apa pun hanyalah menjadi sarana orang atau lembaga tertentu yang memiliki visi tertentu untuk menyampaikan pemikiran mereka dan memberi pengaruh tertentu pada generasi berikut yang dapat dipengaruhi mereka.

Marilah kita pikirkan dengan saksama, bahwa setiap sarana media yang menjadi sarana komunikasi yang membutuhkan investasi dana yang tidak sedikit, investor tentu menghendaki untuk meraih keuntungan bagi dirinya, bentuk keuntungan selain dalam bentuk dana juga bisa merupakan potensi seseorang di masa depan.

Seperti sebuah cerita dongeng yang cukup ternama yaitu Cinderella sebagai gadis miskin yang tertindas, yang menjadi korban dari ibu tiri yang kejam.

  • Tanpa bantuan Disney, Perrault mendapatkan ide mengenai sepatu kaca, kereta labu dan konsep bahwa Cinderella harus meninggalkan pesta pada tengah malam ketika semua pakaian ajaibnya menjadi kain buruk. Perrault tidak hanya membumbui cerita itu dengan khayalannya sendiri, ia juga mengabaikan beberapa hal penting yang ada di dalam cerita rakyat asalnya. Dalam versi cerita rakyat, tokoh tersebut biasanya dibantu oleh ibunya yang sudah meninggal atau wakil yang dikirim oleh ibunya dan sang pangeran membawa pengantin yang salah, yang terbongkar oleh seekor burung. Dan dalam banyak versi cerita rakyat, Cinderella mendapat bantuan gaib dari seekor binatang peliharaan - seekor sapi atau seekor domba - yang sering kali merupakan reinkarnasi dari ibunya yang sudah meninggal. Perrault mengubah ini menjadi peri pelindung, suatu konsep setengah Kristen, setengah kafir yang dirangkul oleh Disney untuk karyanya. (1)

Marilah kita renungkan sejenak, begitu banyak anak setelah menonton film Cinderella mengira bahwa seorang anak dimungkinkan bisa berkomunikasi dengan peri yang entah berdomisili dimana?

20 tahun kemudian cerita sejenis ini yang mungkin sempat memengaruhi anak di era 80-an, ketika ia menjadi penulis skenario, ia mengangkat cerita dengan judul "Caruita de Angel" yang memungkinkan seorang anak bernama Dulce Maria dapat berbicara dengan ibunya yang telah meninggal, padahal Tuhan Yesus sudah memberitahu melalui perumpamaan orang kaya dan Lazarus di Lukas 16, tak mungkin bisa berkomunikasi antar surga dan dunia nyata.

II . Media Cetak (Buku-buku komik, novel dan lain-lain)

Begitu pula dengan media cetak yang suka dibaca oleh anak-anak kita, jika kita sebagai orang tua enggan untuk menyeleksi akan buku-buku apa saja yang mereka baca, dengan terbatasnya pemahaman anak akan menyebabkan kesalahmengertian anak terhadap isi media cetak yang mereka baca, karena dampak dari buku-buku yang terbit akhir-akhir ini bertujuan hendak memengaruhi anak-anak yang belum waktunya membaca buku-buku dengan pemikiran atau falsafah orang dewasa; juga indoktrinasi ajaran tertentu yang dapat di salah mengerti oleh anak, sehingga berakibat memotivasi anak menolak karunia keselamatan yang akan Kristus anugerahkan pada anak-anak. Sebagai contoh : buku yang mengkisahkan petualangan Harry Potter yang telah memengaruhi banyak anak yang membaca buku tersebut.

III. Dampak Musik Dunia Bagi Karakter Anak.

Paul Palmer dalam artikelnya menyimpulkan bahwa musik mampu memberikan ketenangan dan semangat. Musik dapat menjadikan kita halus atau menjadikan kita kasar. Musik mengandung falsafah tapi bisa juga suatu falsafah yang sembrono dan merusak. Musik dapat menjadi berkat yang melimpah atau menjadi suatu pencetus pemberontakan dan tingkah laku penuh dosa, namun seringkali orang tua tidak waspada dalam hal ini sehingga menyebabkan anak-anak terjerumus dan terkena pengaruh musik-musik yang tidak bertanggungjawab.

Sebagai contoh musik yang dapat menjadi suatu pencetus pemberontakan dan tingkah laku penuh dosa misalnya seperti berikut ini:

Musik yang mencemooh dan menghujat Allah.

Seringkali kita sebagai orang tua kurang mewaspadai musik apa yang didengar oleh anak-anak kita, "Asalkan mereka tidak mengganggu kesibukan orang tua, itu sudah cukup bagi kami", mungkin itulah tuturan sebagian orang tua.

  • Kita harus berhati-hati terhadap lagu-lagu populer yang pada umumnya bersifat pelesir dan hiburan. Artinya, kita berhati-hatiterhadap segala hal yang bersifat hiburan. Kota- kota besar yang amat padat penduduknya, di sanalah manusia kesepian, haus dan lapar akan hiburan. Hiburan-hiburan yang sembrono cenderung melemahkan cinta kita terhadap perkara-perkara yang kudus serta memperkecil kesukaan melayani pekerjaan Tuhan. Malaikat menyenangi lagu-lagu yang sederhana, lagu-lagu pujian dalam nada biasa yang alamiah. Surga tidak membutuhkan seni suara yang aneh-aneh. (2)

Banyak orang tua yang berdalih untuk membela diri dan akhirnya mengelabui perasaan mereka. Orang tua merasa aman waktu anak-anak mereka mendengarkan musik dari kelompok tertentu karena anggotanya menentang penyalahgunaan obat bius, namun apakah kelompok ini juga menentang tindak kejahatan lain, seperti percabulan, kekerasan dan sikap tidak respek kepada wewenang? "Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan," (Galatia 5:9) bandingkan dengan Yakobus 2:10, "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya."

  • Sifat musik rock di satu pihak berlatar belakang pengaruh musik modern yang mengandung pengertian pemberontakan, pencairan, penemuan atau pencobaan dengan wawasan baru avantgarde. Di dalamnya terdapat kesan unsur-unsur pertentangan yang aneh dan rumit yang akhirnya menuju pada corak "musik anti musik". (3)
Kesimpulan:

Sebagai orang tua pasti berkeinginan agar anak-anak kita memiliki karakter yang baik, bukan hanya serupa dan mengikuti jejak langkah orang tuanya, tapi juga mengharapkan agar bisa sama seperti Kristus sebagaimana yang tertulis dalam Roma 8:29, "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara".

Bila kita sebagai orang tua Kristen sejati memiliki sasaran di atas, sudah sepatutnya kita rela meluangkan waktu untuk mendampingi anak-anak saat mereka hendak menyaksikan tayangan media elektronik. Juga bantulah mereka menyeleksi media cetak dan musik yang layak mereka baca dan dengar, sebagai orang tua perlu mengusahakan sesekali mengajak anak ke toko buku Kristen untuk membeli buku dan kaset/CD lagu yang cocok dengan usia anak, agar segala yang mereka tonton, baca dan dengar dapat membangun karakter mereka untuk menyerupai Kristus juga seperti yang dikomentari Rasul Yohanes dalam III Yohanes ayat 4 berikut ini: "Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran".

Akhir kata, anak-anak kita yang tidak banyak mengetahui mana yang baik dan buruk, benar dan salah dan membutuhkan bimbingan orang tua selama dalam asuhan puluhan tahun, oleh sebab itu TUHAN memercayakan anak-anak pada kita segenap orang tua, laksanakanlah apa yang diperintahkan TUHAN dalam Ul. 6:6-9; Ams. 22:6 juga Mazmur 78:3-7, maka anak-anak kita akan hidup dalam kebenaran. Amin.

*) Biodata penulis: Nama: Ev. Yusak Timothy, M.Th. Lahir di Jakarta, 11 Pebruari 1954 Asal gereja: Gereja Kristus Ketapang HP. 0817-6786957; 021-92865457

(1) Perruci Ferraiuolo, Disney dan Alkitab, ( Jakarta: Momentum,2000), hlm. 47-48 (2) John Handol ML, Nyanyian Lucifer (Yogyakarta : Yayasan Andi, 2002) hlm 87 (3) Ibid, John Handol ML, hlm 108

Comments