Berita TELAGA

Amsal untuk Keluarga

Versi printer-friendly
Januari

Berita Telaga Edisi No. 53 /Tahun V/ Januari 2009/


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagaindo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account : BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon


AMSAL UNTUK KELUARGA

Amsal merupakan hikmat yang Tuhan berikan kepada manusia, tentang bagaimana hidup di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain, Amsal merupakan contoh konkret atau terjemahan langsung dari Firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Keluarga sangat penting dibangun di atas firman Tuhan karena Firman Tuhan:

  1. Memberikan panduan bagaimana kita bisa hidup benar.
  2. Firman Tuhan sendiri merupakan kuasa, jadi orang yang hidup dekat dengan Firman Tuhan akan hidup berkuasa dalam pengertian mempunyai kuasa dari Tuhan untuk hidup sesuai dengan yang Ia kehendaki.

Hubungan dengan Tuhan.

Amsal 1 : 7 berkata: "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan."

Di sini ditekankan sekali bahwa seorang manusia harus takut akan Tuhan, ini yang dikatakan mempunyai integritas pribadi. Seseorang mesti mempunyai integritas pribadi, baik dia suami maupun dia istri. Artinya seseorang yang hidup dalam kebenaran, seseorang yang takut akan Tuhan akan mempunyai wibawa, seseorang yang mempunyai wibawa sedikit banyak mencegah terjadinya pertengkaran-pertengkaran yang tidak perlu dalam rumah tangga.

Dua pengertian takut akan Tuhan:

  1. Takut akan Tuhan berarti takut dihukum Tuhan, karena Tuhan adalah Tuhan yang bisa marah dan Tuhan juga menghukum anak-anak-Nya. Kitab Ibrani berkata: Allah mengganjar anak yang dikasihi-Nya, dengan kata lain Tuhan tidak segan-segan menghukum anak-anak-Nya.

  2. Merupakan rasa respek terhadap Tuhan, rasa segan yang membuat kita enggan melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki.

    Kedua hal di atas memang fondasi yang harus dimiliki oleh seorang suami atau istri. Jadi bagi suami atau istri, bagi ayah atau ibu, hidup takut akan Tuhan itu sebetulnya adalah suatu bonus yang akan menguatkan keluarga mereka. Takut akan Tuhan adalah hikmat, hikmat adalah mengerti apa yang harus dilakukannya pada saat yang tepat, mengerti apa yang harus dikatakannya pada waktu yang tepat.

Hubungan dengan sesama.

Amsal 18 : 13, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya."

Ayat ini bisa kita terapkan dalam relasi suami-istri. Bukankah adakalanya kita terlalu cepat menjawab, suami belum selesai bicara istri sudah menjawab, anak belum selesai memberi penjelasan orangtua sudah menjawab. Jadi baik dalam hubungan antara suami-istri ataupun hubungan orang tua - anak, aspek mendengarkan sangatlah penting.

Dua hal yang menyebabkan seorang istri berbicara tidak putus-putus seperti yang dituliskan dalam Amsal adalah:

  1. Karena memang dia mempunyai problem sehingga tidak bisa menguasai emosinya dengan baik. Setelah emosinya dilampiaskan sampai tuntas baru dia berhenti.
  2. Dia terus-menerus mengeluh karena memang sudah merasa tidak didengarkan. Jadi dia mempunyai anggapan hanya dengan cara inilah, suaminya itu akan bereaksi.

Amsal 17 : 27, "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin."

Firman Tuhan menekankan pentingnya menggunakan kata-kata yang tepat, kita harus bisa menahan kata-kata artinya mengatur, menguasai kata-kata itu sehingga bukannya kata-kata yang mengatur atau menguasai kita, tapi kitalah yang menguasai apa yang keluar dari mulut kita. Kalau kita dikuasai oleh emosi, semau-maunya memarahi orang bukankah kita menghancurkan pasangan kita. Berapa banyak anak yang sakit hati karena terluka oleh kata-kata orang tua, berapa banyak istri atau suami yang juga hancur gara-gara perkataan atau emosi pasangannya.

Kalau kita mempunyai problem dengan emosi kita dan kita tahu kalau sudah marah bisa benar-benar berlebihan bahkan memukul, yang harus kita lakukan adalah:

  1. Kita harus memisahkan diri dari pasangan kita waktu kita marah. Misalkan kita beritahu dan kita sepakati, "kalau saya sedang emosi kamu berhenti bicara, jangan tambah-tambahkan, jangan tanggapi saya, bisa lepas kendali".
  2. Izinkan saya untuk pergi dulu, benar-benar secara harafiah mendinginkan kepala, misalnya dengan meminum air dingin, setelah ada jedah selama 1 jam, mungkin sekali kita akan lebih siap untuk berbicara.

Prinsipnya adalah waktu marah jangan serang orangnya, seranglah masalahnya.

Amsal 5 : 18, "Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu." Saya simpulkan adalah nikmatilah pasangan kita, orang yang bisa menikmati pasangannya cenderung membangun suatu rumah tangga yang kuat, orang yang tidak menikmati pasangannya tidak lagi bisa membangun rumah tangga yang baik.

Amsal 15 : 13, "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Dari ayat ini yang bisa kita petik adalah bersikaplah positif, sebab hati yang gembira merupakan suatu tanda bahwa kita itu bersikap positif dalam hidup ini.

Hati yang positif artinya hati yang tidak menyerah begitu saja oleh keadaan, jadi tetap mempunyai semangat untuk hidup, tahu bahwa Tuhan akan menolong, Tuhan tidak meninggalkan kita. Jadi salah satu caranya adalah kita benar-benar berserah kepada Tuhan, bahwa Tuhan akan membukakan jalan.

Hati yang gembira muncul dari dalam, dalam pengertian puas dengan yang telah dia terima, dengan apa yang Tuhan berikan kepadanya.

Hubungan dengan diri sendiri yaitu hidup benar.

Amsal 20 : 7, "Orang benar yang bersih kelakuannya berbahagialah keturunannya."

Ayat ini luar biasa indahnya, bukankah kita malu menyebut-nyebut orang tua kita kalau orang tua kita hidupnya tidak bersih. Tapi kita akan bangga menceritakan orang tua kita kalau hidup mereka bersih dan sekali lagi ini berkaitan dengan takut akan Tuhan. Orang yang hidup bersih akan mengundang respek, kekaguman dari anaknya, dari istrinya dan dari suaminya.

Hubungan dengan lawan jenis.

Amsal 5 : 8, "Jauhkanlah jalanmu dari pada dia dan janganlah menghampiri pintu rumahnya."

Di sini mengacu pada perempuan yang tidak benar, jadi dengan kata lain firman Tuhan meminta kita untuk berhati-hati, berjaga-jaga jangan kita menghampiri dosa. Pergaulan dengan lawan jenis, firman Tuhan memang sangat teliti meminta kita berhati-hati. Salah satu dosa yang sering kali juga diungkapkan dalam firman Tuhan adalah dosa seksual, ini berkaitan dengan bagaimanakah kita bersikap dengan lawan jenis.

Amsal 6 : 32, "Siapa melakukan zinah tidak berakal budi, orang yang berbuat demikian merusak diri." Dengan kata lain, Tuhan mau mengingatkan kita bahwa kita harus menyadari akibatnya yang sangat fatal. Alkitab berkata, orang yang berzinah merusak dirinya sendiri, menghancurkan dirinya sendiri.

Hubungan dengan pekerjaan atau dengan harta benda yang kita miliki.

Amsal 10 : 32, "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahnya."

Artinya Tuhanlah yang menentukan kita ini hidup seberapa miskin dan kayanya. Kita berusaha sudah tentu itu tugas kita, apakah kita akan lebih kaya dari sekarang itu hak Tuhan, susah payah tidak akan menambahkannya. Sikap hidup seperti ini saya kira penting terutama bagi para pasangan muda atau pasangan setengah baya yang masih menggebu-gebu mau meningkatkan status ekonominya.

Hubungan dengan anak-anak.

Amsal 29 : 17, "Didiklah anakmu maka dia akan memberikan ketenteraman padamu dan mendatangkan sukacita kepadamu."

Didiklah di sini mengandung arti berdisiplin jadi mendisiplin anak, waktu salah berikan sanksi atau hukuman atau didikan, arahkan dia ke jalan yang benar. Orang tua yang mengambil waktu mendidik anak akan memetik buahnya dan firman Tuhan dengan jelas berkata buahnya adalah ketenteraman dan sukacita. Orang tua yang mengabaikan tugas mendidik anak akan juga menuai hasilnya bukan ketenteraman tapi keresahan, bukannya sukacita malah dukacita.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi


MENGENAL LEBIH DEKAT

Diawal tahun 2009 ini, Tuhan mengizinkan Telaga untuk bekerjasama dengan satu radio lagi di Kalimantan tengah tepatnya di Kuala Pembuang. Radio Pelita Kasih Seruyan FM menjadi radio yang ke-50. Telaga disiarkan setiap hari pk. 07.30 dan 17.00 WIB pada frekuensi 91.5 MHz. Radio Pelita Kasih Seruyan FM menjangkau radius 30 km. Radio ini mengudara setiap hari mulai pk. 05.00 s.d pk. 09.00 WIB dan dilanjutkan pada pk. 16.00 s.d. pk. 22.00 WIB. Biarlah program Telaga bisa menjadi berkat di daerah Kuala Pembuang dan sekitarnya.


DOAKANLAH

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Radio Suara Gratia FM di Cirebon sebesar Rp. 200.000,- dan dari NN di Bogor sebesar Rp. 1.000.000,-.
  2. Bersyukur untuk tambahan 3 radio yang bekerjasama menyiarkan program Telaga, yaitu Radio Pelita Kasih Seruyan FM di Kuala Pembuang (Kalimantan Tengah), Radio Arum Kamelia (RAKA) FM di Purwoharjo - Banyuwangi dan Radio Komunitas Bethany FM di Salatiga.
  3. Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores masih memerlukan dukungan doa sehubungan dengan ijin, IMB dan HO yang belum keluar dari Pemerintah Kabupaten setempat. Disamping itu doakan juta untuk kebutuhan peralatan (pemancar, antene & mixer).
  4. Radio Bahtera Hayat FM di Kuala Kapuas telah mulai memroses perpanjangan ijin dengan dana yang ada dan masih membutuhkan dana Rp. 4 juta.
  5. Doakan untuk Bp. Heman Elia, Sdri. Lortha dan Bp. Paul Gunadi yang mengerjakan artikel untuk booklet Telaga yang akan diterbitkan oleh Literatur SAAT.
  6. Bersyukur ada cukup banyak orang yang mengunjungi situs Telaga dan berkomentar sangat positif terhadap situs ini.
  7. Doakan untuk Kel. Hendra Rey, kemungkinan visa mereka tidak bisa diperpanjang lagi pada bulan Mei 2009. Kiranya Tuhan akan mengatur dan mengarahkan mereka, di tempat mana mereka akan melayani selanjutnya.
  8. Doakan untuk keamanan menjelang pemilu bulan April 2009 yad.

TELAGA MENJAWAB

Tanya:

Kami 3 bersaudara dan sudah berkeluarga semua. Adik saya adalah seorang pendeta dan kami saling tolong menolong dalam pelayanan.

Kami memiliki kasus. Dulu sebelum kami bertobat dan lahir baru, kami sangat menghormati ibu kami yang sudah janda, kami berusaha memenuhi semua keinginannya. Kami diajarkan untuk menghormati orang tua lebih dari orang lain. Namun setelah kami lahir baru dan berjalan menuju kedewasaan, kami menjadi berani menentang, berani menolak, kami bertiga menentang ibu kami. Kenapa hal ini terjadi? Dengan saya menentang, saya memiliki perasaan lega. Pernah ibu saya memanggil seorang pendeta mengadukan kelakuan kami, tapi kami tidak terpengaruh. Sekarang ibu saya sering mengancam ingin bunuh diri, dan kami acuh saja. Kalau kami sharing firman Tuhan, dia malah lebih mengerti dari pada kami. Apakah perilaku kami ini bisa dibenarkan? Kalau tidak, dimana letak kesalahannya?

Ironisnya, dulu ibu kami banyak hartanya, sekarang hartanya sudah menipis dan kami pun acuh.

Jawab:

Menjawab pertanyaan Anda tentang pergumulan mempunyai seorang ibu yang sudah janda, dapat kami sampaikan sbb :

  1. Menghormati orang tua memang seharusnya dilakukan oleh anak kepada orang tuanya, itu jelas tertulis dalam Alkitab (Kel 20:12)
  2. Bersyukur bahwa Anda mempunyai seorang ibu yang paham akan firman Tuhan.
  3. Harus kita sadari, bahwa dengan bertambahnya usia (apalagi ibu sudah menjanda), orang tua biasanya ingin diperhatikan oleh anak-anaknya. Di dalam kesendiriannya, orang tua akan semakin merasa "tidak dipedulikan" bila anak atau menantu seakan-akan acuh saja. Dia merasa sudah tidak berharga, sudah semakin tidak berguna apalagi Anda mengatakan bahwa orang tua Anda sekarang sudah tidak lagi mempunyai harta seperti dulu.

Ada juga orang tua yang semakin lanjut usia, semakin sulit untuk diatur, semakin cerewet, inginnya ikut mengatur apa saja yang dulu pernah bisa diaturnya.

Sebenarnya dalam kasus Anda, tidak ada yang salah. Hargai orang tua sebagaimana mestinya, kalau memungkinkan berikan orang tua seseorang yang bisa mendampingi, dimana dia bisa bercakap-cakap dan lain-lain. Apalagi anak-anak tidak serumah dengan orang tua, sekali-sekali tidak ada salahnya apabila Anda atau suami Anda atau adik datang dan mengajak Ibu berbincang-bincang. Kehadiran anak atau menantu atau cucu-cucu akan sangat menghibur orang tua. Yang diperlukan ibu Anda bukan lagi harta, tapi kedekatan dengan keluarga.

Tidak selamanya kita berkumpul dengan orang tua, karena itu kesempatan yang ada seharusnya kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin.

Halaman