Orang Tua Otoriter

Versi printer-friendly
Juni

Berita Telaga Edisi No. 94 /Tahun VIII/ Juni 2012


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon



Orang Tua Otoriter

Salah satu kriteria orang tua otoriter adalah seberapa banyak kita mengekang anak dan tidak membiarkan mereka memiliki ruang geraknya sendiri. Orang tua yang otoriter tidak mengijinkan anak mempunyai pendapat sendiri, memiliki minat yang berbeda, atau melakukan sesuatu yang berbeda.
Masalahnya sekarang, kapankah kita tahu bahwa kita telah memaksakan seluruh kehendak kita, padahal yang kita maksud adalah mendidik anak agar mereka memunyai hidup yang baik kelak?
Untuk membedakan mana yang otoriter dan mana yang tidak memang dibutuhkan kepekaan ekstra dari orang tua atas dirinya sendiri. Kalau kita dapat memikirkan apa yang dipikirkan anak dan merasakan apa yang mereka rasakan setiap kali kita berkomunikasi dengan mereka, kita akan memiliki kepekaan itu. Jadi, kalau misalnya anak selalu salah, apapun yang mereka lakukan dan hal ini membuat mereka apatis, atau sebaliknya memberontak habis-habisan, ada kemungkinan kita telah bertindak otoriter.

Akibatnya bagi anak bila kita bersikap otoriter?

  1. Anak akan bertumbuh menjadi orang yang bergantung pada orang lain
  2. Anak menjadi keras kepala dan sulit diatur. Ini akan terjadi pada anak yang lebih berani.

Dapat dikatakan bahwa gaya mendidik yang otoriter kita perlukan lebih banyak pada anak usia-usia dini dan hendaknya semakin demokratis ketika anak semakin dewasa. Seharusnya pada saat remaja, anak semakin memperoleh kebebasannya. Untuk itu, kita perlu menyelesaikan penanaman dasar moral dan kebiasaan yang baik sesaat sebelum anak me-masuki usia remaja. Sehingga ketika anak remaja diberi kebebasan menentu-kan dirinya lebih banyak, mereka tidak mengambil tindakan yang kurang bertanggung-jawab.

Otoriter itu didominasi oleh pemaksaan-pemaksaan orang tua kepada anak, jadi lebih banyak bertujuan memuaskan keinginan, target, ambisi, bahkan hawa nafsu orang tua sendiri. Sebaiknya orang tua dalam melakukan tindakan mendisiplin ataupun berelasi dengan anak dilandaskan kasih sayang, jadi lebih banyak memikirkan kebutuhan dan kemampuan anak. Dalam hal ini orang tua lebih baik bersikap demokratis dan memberi ruang kepada perbedaan anak dengan orang tua, dan memberi ruang juga bagi anak untuk bertanya dan mencari alasan mengapa suatu hal diijinkan dan hal lain tidak diijinkan.

Efesus 6 : 4
"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."

Firman Allah yang Hidup Dan sekarang sedikit nasihat kepada para orang tua. Jangan terus-menerus menggusari dan mencari-cari kesalahan anak-anak Saudara, sehingga membuat mereka marah dan jengkel. Tetapi didiklah mereka dengan tata tertib yang penuh kasih dan yang menyukakan hati Allah, dengan saran-saran dan nasihat-nasihat berdasarkan firman Allah.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T123B



Mengenal lebih Dekat

Bersyukur bulan ini Tuhan mengizinkan Telaga untuk bekerjasama dengan salah satu komunitas yang khusus melakukan pelayanan firman melalui siaran radio, komunitas tersebut adalah komunitas VoS (Voice of Salvation) di Kendari. Komunitas VoS ini beranggotakan dari berbagai gereja seperti GPIB, Gepsultra, GBI, GKKA, GKKI, Perkantas dan lain-lain. Program Telaga akan disiarkan secara berkesinambungan dalam acara-acara mereka. Saat ini komunitas VoS telah bekerjasama dengan Radio Swara Alam FM dengan frekuensi 99.1 MHZ dan program Telaga disiarkan setiap hari Minggu pk.13.00 WITA. Bagi Anda yang berdomisili di kota Kendari dan sekitarnya silakan menikmati program Telaga di radio tersebut.



Doakanlah

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Bp. Rustam Effendi di Bandung sebanyak Rp 1.000.000,- dan dari Komisi Misi Ka Im Tong di Bandung sebesar Rp 6.000.000,-.

  2. Bersyukur radio Barigas Terang Borneo FM di Palangkaraya mulai bulan Mei yl. telah mengudara kembali. Doakan untuk kebutuhan dana untuk membeli transmitter, keperluan akan penyiar serta kerja sama seluruh tim untuk pelayanan melalui radio ini.

  3. Bersyukur untuk tambahan 2 radio yang menyiarkan program Telaga, yaitu Radio Bumi Mimika (RBM) FM di Timika mulai awal Juni 2012 dan Radio Swara Alam FM di Kendari mulai akhir Juni ini.

  4. Tetap doakan untuk radio Triatma FM di Kuta, Bali dan beberapa radio lainnya di Bali yang tidak boleh mengudara sejak awal tahun 2012 ini.

  5. Doakan untuk Sdri. Betty Tjipta Sari yang sedang menyelesaikan thesisnya dan bersyukur Tuhan sudah memberi jalan keluar sehingga kebutuhan hidup untuk bulan Juni dan Juli 2012 bisa terpenuhi.

  6. Bersyukur Bp.& Ibu Andrew Kristanto telah dikaruniai seorang putra yang diberi nama Benedick Ebenhaezer Kristanto, yang merupakan cucu pertama dari Bp.& Ibu Edhie Santoso.

  7. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :
    001 – Rp 100.000,-
    003 – Rp 1.000.000,- untuk 5 bulan
    005 – Rp 1.000.000,- untuk 1 tahun
    006 – Rp 150.000,- untuk 3 bulan



Telaga Menjawab

Tanya

Saya ingin bertanya, suami saya di gereja ditugaskan oleh Bapak Pendeta untuk membimbing seorang perempuan dalam tugas sehari-harinya (perempuan ini mengepalai beberapa orang di bawahnya). Mereka bertelepon setiap hari dan selama ini saya tahu yang dibicarakan tentang pekerjaan (bagaimana tugas hari itu, apa kendalanya, bersama-sama mencari solusi dan seterusnya). Pertanyaan saya, apakah dalam pelayanan semacam ini bisa timbul ruang kenikmatan bersama walaupun tidak saling membicarakan masalah prbadi ?

Pertanyaan saya yang kedua, bagai-mana prioritas pekerjaan, pelayan-an dan keluarga sendiri. Suami saya berprinsip kita harus mendahulukan o-rang lain, maka ketika harus memilih prioritasnya : gereja, keluarga besar, pekerjaan, lalu keluarga kami sendiri (jadi keluarga sendiri harus mengalah). Misalnya jika saya katakan saya kurang nyaman dengan pelayanan dia membimbing lawan jenis one-on-one (maksud saya pilih pelayanan lain saja), dia bilang bukan dia yang memilih situasinya, dia ditunjuk dan pendeta merasa hanya dia satu-satunya yang bisa membimbing orang itu. Jadi demi pekerjaan Tuhan saya harus mengalah. Demikian juga terhadap orang tuanya, teman pelayanan, saudara dan pekerjaannya.

Saya jadi serba susah. Saya sudah mengikuti dan mengalah, dengan harapan "everything will fall into its place if I do the right thing", tapi bukannya terpuaskan, tapi tambah lama tuntutan dari semua pihak malah tambah banyak, seolah-olah seperti kaki unta yang tidak puas kakinya masuk, sekarang mau seluruh badannya masuk juga. Dari gereja diberikan pelayanan lebih banyak, dari mertua daftar kepentingannya harus dituruti juga tambah banyak dan pekerjaan juga demikian. Bukan hanya uang dan waktu tapi juga pikiran, semakin suami sibuk, semakin banyak beban yang "dioper" atau otomatis "teroper" ke saya. Rasanya sebagai istri porsi saya pelan-pelan tergeser dan harus minggir demi semua pekerjaan Tuhan ini, sekarang saya merasa diterjang atau didorong oleh pentingnya tugas-tugas ini, sehingga porsi anak-anak pelan-pelan ikut prinsipnya mendahulukan orang lain daripada keluarga sendiri.

Tapi mau bicara dengan suami, saya tidak tahu bagaimana mengatakannya ? Saya kira-kira bisa menebak dia akan berkata "demi Tuhan kita berkorban" atau dia juga akan berkata "karena memang itulah tanggungjawabnya". Alkitab tidak berkata "urus dirimu dan keluargamu dulu", tapi Alkitab menyuruh mendahulukan orang lain dari diri kita sendiri, berkorban, mengalah dan lain-lain. Kalau dia sudah bilang begitu, saya tidak bisa menjawab. Kalau tidak salah saya juga pernah mendengar orang berkata, "take care God’s work, He will take care of your home". Jadi bagaimana menangani semuanya ini keluarga-pelayanan-pekerjaan?

Jawab

Dalam menghadapi suami Ibu, penting sekali Ibu melakukan dua hal.

Pertama adalah memberinya penghargaan atas kasih dan pengabdiannya kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Katakan bahwa Ibu bangga terhadapnya dan bahwa Ibu terus mendoakannya agar Tuhan memakainya sebagai berkat. Kedua, pada waktu yang tepat, Ibu dapat mengajaknya berbicara dan memulainya dengan "Tanpa mengurangi rasa hormat kepadamu, saya ingin membagikan isi hati saya yang terdalam…." Kemudian silakan Ibu membagikan semua yang Ibu ceritakan kepada saya lewat surat ini—bahwa Ibu merasa makin hari makin terjepit, dihimpit oleh pelayanan dan juga pihak keluarga suami, dan rasa bersalah. Katakan bahwa Ibu makin terjepit dan Ibu khawatir bahwa Ibu tidak akan kuat menahan semua ini. Katakan bahwa Ibu membutuhkan bantuannya sebab Ibu tidak bisa menghadapi semua ini sendiri.

Nah, kalau ia berkata bahwa ia hanya melakukan kehendak Tuhan, Ibu bisa meminta ia membaca 1 Timotius 3:4-5 dan 12. Tuhan meminta kita melayani namun Ia tidak meminta kita melupakan tanggung jawab kita dalam keluarga. Itu sebabnya tanggung jawab di dalam keluarga disebut sebagai persyaratan menjadi diaken. Nah, setelah itu katakan kepadanya bahwa Ibu tidak mengharapkan ia berhenti me-layani. Ibu ingin agar ia terus melayani. Ibu hanya minta ia membagi waktu dengan men-jaga keseim-bangan.

Nah, tentang relasi dengan rekan wanita di mana ia terus menghabiskan waktu berbicara dengannya, sudah tentu ini melewati batas kewajaran. Apakah ia menghabiskan waktu yang sama berbicara dengan rekan sekerjanya ? Tidak ada pelayanan yang mengharuskan kita berbicara hampir setiap hari. Jadi silakan Ibu bersikap lebih tegas dalam hal ini. Pasti ia tidak senang namun katakan kepadanya bahwa ini sudah tidak sehat. Kalau ia berpikir Ibu cemburu, mohon dilihat track record, apakah selama ini Ibu seorang istri yang cemburuan.

Mudah-mudahan tanggapan ini membantu Ibu.



Kerja Keras...

Pernahkah Anda membayangkan seorang anak dari keluarga berantakan memiliki prestasi besar? Malam tanggal 27 Februari 2002 di gedung Staples Centre, Los Angeles, Amerika seorang penyanyi pendatang baru berumur 21 tahun kelahiran New York naik ke panggung kehormatan. Dalam usia yang masih muda tersebut ia sudah mendapat 6 nominee pada penyerahan Grammy Award 2002. Secara luar biasa akhirnya ia mendapatkan 5 buah award dari kemungkinan 6 tersebut. Siapa dia? Gadis belia itu bernama Alicia Keys, ber-darah Italia-Skotlan-dia yang orang tuanya sudah ber-cerai. Keadaan ke-luarganya tidak membuatnya untuk menyerah meraih prestasi. Ibunya yang single parent menganjurkan Alicia untuk belajar piano klasik sejak ia masih berusia tujuh tahun. Keadaan ekonomi yang pas-pasan tidak membuat mereka berhenti mengejar prestasi. Pada malam itu lahirlah buahnya, Alicia dinobatkan sebagai artis pendatang baru memenangkan Song of the Year.

Pada waktu pemberian hadiah ia berkata, "Album ini memerlukan waktu bertahun-tahun dan banyak perjuangan dalam pembuatan-nya. Saya mendedikasikan ini dengan cara berpikir keluar dari kotak, untuk tidak takut menjadi diri sendiri." Ternyata sukses walaupun dalam usia muda, bukan datang sendiri, melainkan harus melalui kerja keras. Bagaimana dengan anda?

Dikutip dari buku Bermimpi Satu Menit ed.4 hal.5