Menciptakan Anak-Anak yang Rukun

Versi printer-friendly
Juli

Berita Telaga Edisi No. 140 /Tahun XII/Juli 2016


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon



Menciptakan Anak-Anak yang Rukun

Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa orangtua memberi sumbangsih yang besar bagi terciptanya kondisi yang rukun atau kondisi pertengkaran dan persaingan antar saudara kandung. Ketika ada pertengkaran atau ada hubungan yang tidak beres antar saudara kandung di dalam masyarakat, sepertinya orangtua bebas dari kondisi itu. Tapi fakta menunjukkan bahwa orangtualah yang sebenarnya mampu meletakkan dasar bagi terciptanya kerukunan antar saudara kandung. Kalau dipupuk sejak anak usia dini, maka hampir bisa dipastikan di masa dewasa akan tercipta solidaritas persaudaraan, kekeluargaan dan kehangatan yang terpelihara antar saudara kandung.

Apa yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk menciptakan anak-anak yang rukun?

  1. Orangtua perlu memenuhi tabung cinta setiap anaknya. Cinta orangtua kepada anak dapat dinyatakan dengan sentuhan fisik yang sehat, kata-kata yang meneguhkan, kebersamaan yang sangat dirasakan oleh anak itu, hadiah atau kejutan-kejutan yang menyenangkan, dan pelayanan. Orangtua juga bisa mengadakan "kencan" dengan satu per satu anak secara bergiliran sehingga tiap anak memiliki waktu khusus dengan orangtuanya. Kalau orangtua mengisikan hal-hal ini kepada tiap-tiap anak, maka anak-anak itu kaya dengan cinta sehingga dia memiliki modal untuk memberi cintanya kepada orangtua dan saudara kandungnya.

  2. Rumuskan nilai-nilai keluarga dan sosialisasikan sebagai pedoman perilaku tiap anak-anak ataupun tiap anggota keluarga. Misalnya kita menerapkan nilai saling menghormati antar anggota keluarga dan mengajarkan cara mengekspresikan perasaan dengan sehat.

  3. Berilah tugas dan tanggung jawab sesuai usia anak. Sejak dini berilah tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada anak. Pemberian tanggung jawab akan melatih anak menjadi anak yang mandiri dan percaya diri.

  4. Berilah pujian dan apresiasi untuk setiap keberhasilan ataupun pencapaian setiap anak kita. Ungkapkan pujian itu dengan kata-kata, hargai usahanya. apabila dia gagal, berikan dorongan tanpa membanding-bandingkan dia dengan saudaranya atau dengan orang lain. Kendati mungkin bisa memotivasi anak, pembandingan tetap melukai hatinya. Bandingkan anak dengan pencapaiannya di masa lalu, bukan dengan pencapaian orang lain, karena kemampuan tiap anak berbeda-beda.

  5. Ada keterbukaan antar pribadi satu orangtua dengan satu anak. Jangan bersikap overprotective atau terlalu melindungi salah satu anak. Orangtua bersikap tegas pada setiap perilaku negatif anak. Tiap anak perlu mendapatkan sanksi yang jelas dan konsisten sehingga mengurangi atau meminimalisasi kemungkinan anak merasa dirinya diperlakukan kurang adil oleh orangtuanya.

  6. Bangunlah keterbukaan antar anggota keluarga melalui pertemuan rutin. Luangkan waktu untuk berkumpul bersama anak-anak untuk mengobrol, mengevaluasi tugas dan tanggung jawab serta berbagi pengalaman sehari-hari. Dengan demikian anak-anak belajar berbagi, belajar mendengarkan dari hati ke hati, belajar berkomunikasi dengan sehat, dan ada ruang untuk memperbaiki aturan yang telah dirumuskan sebelumnya.

  7. Akui bahwa ada kecenderungan mengidolakan anak tertentu. Kadang orangtua lebih menyukai salah satu anak dan mengabaikan anak yang lain (pilih kasih). Mari kita mengakuinya sehingga cara pandang itu dimurnikan.

Nasehat firman Tuhan:

Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu."

Dalam hal ini kalau tiap-tiap anak kita perlakukan secara konsisten dengan jalur-jalur yang tepat - termasuk jalur penghargaan, jalur menciptakan kerukunan antar saudara kandung sejak kecil, rasa persaudaraan dan kehangatan antara saudara kandung - itu dipupuk sejak dini, maka yakinlah pada masa dewasanya mereka akan tetap akur. Apabila sejak kecil, jika ada masalah selalu dibicarakan dengan cara yang baik, maka ketika ada konflik di masa dewasa pun pasti akan bisa dibicarakan dengan baik, karena itulah pola yang dipupuk dan dididik oleh orangtuanya.

Oleh : Ev. Sindunata Kurniawan, MK

Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T450C.

TELAGA MENJAWAB

TANYA

Shalom,

Saya mengalami kesulitan menghadapi anak laki-laki saya. Dia berumur 6 tahun dan baru masuk kelas 1 SD. Belakangan ini dia bertambah nakal, tidak mau mendengarkan instruksi saya, cenderung kasar, dan suka mengganggu teman-teman atau sepupunya. Ada saja kelakuannya yang membuat saya jengkel sampai-sampai saya berteriak atau mencubitnya.

Walau kami memiliki asisten rumah tangga, saya menangani sendiri urusan anak. Namun sejak melahirkan anak kedua tiga bulan lalu, saya lebih sibuk mengurus bayi, sedangkan asisten mengurus anak sulung seperti memandikan, memberi makan dan menemani bermain.

Anak sulung saya sayang pada adiknya walau kadang dia jengkel karena tidak bisa bermain dengan saya sepenuhnya. Seringkali dia harus tunggu saya selesai menyusui atau menidurkan adiknya. Untungnya dia dekat dengan papanya. Jadi, dia lebih banyak bersama papanya ketimbang saya yang sibuk mengurus adik.

Pertanyaannya, apakah dia iri kepada adiknya? Tolong beri saya nasehat untuk menghadapi anak sulung agar dia jadi anak yang manis. Terima kasih.

JAWAB

Shalom!

Terima kasih atas kepercayaan Ibu berbagi dengan kami. Secara garis besar saya menyimpulkan bahwa ulah berbentuk kenakalan si sulung akhir-akhir ini adalah wujud dari rasa tidak aman dan rasa tersaingi karena kehadiran adiknya.

Selama ini dia hidup sebagai anak tunggal dan perhatian otomatis hanya tertuju padanya, sampai adiknya lahir. Ibu juga menyadari hal ini bahwa sebagian besar waktu terserap untuk mengurus dan merawat si bayi.

Saya menyarankan, coba sekarang berikan waktu lebih luwes, lebih banyak kepada si sulung. Ibu bisa mengurus bayi ketika si sulung di sekolah, namun setelah dia pulang ke rumah biarkan bayi diurus oleh pengasuh (kecuali menyusui). Berikan waktu lebih banyak untuk si sulung, misalnya bermain bersamanya, memandikan, menemaninya makan dan tidur siang bersamanya.

Masih banyak aktifitas lain yang bisa dilakukan bersama si sulung dan dia akan merasakan bahwa kehadiran adik bukan "lawan" dan dia tidak perlu berulah macam-macam untuk menarik perhatian Ibu. Mudah-mudahan saran ini bisa memberi pencerahan. Tuhan Yesus menolong Ibu dalam mendidik buah hati.

Salam: Esther J. Rey

Kebanyakan anak akan mengalami stres setelah memiliki adik, meskipun awalnya sebagian anak merasa senang. Masalah yang banyak dialami orang tua adalah sang kakak menjadi lebih manja, cengeng, rewel, pemarah, dan mengalami kemunduran perkembangan.

Perasaan semacam ini sudah hampir pasti akan timbul. Tugas kita adalah memberi pengertian yang justru tidak memperberat masalahnya, melainkan membantu anak melihat dari sudut pandang yang positif, bahwa kita tetap menganggapnya sebagai kekasih kita, sekalipun harus berbagi kasih dengan orang lain.

  • Siapkan sang kakak menghadapi kelahiran adik.
  • Ketika adik lahir, orang tua bergantian memberi perhatian pada masing-masing anak.
  • Utamakan kakak di hadapan para tamu.
  • Ajak anak Anda untuk membantu Anda.

Satu prinsip di sini adalah kita tidak boleh membuat anak merasa dibanding-bandingkan satu dengan lainnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Prinsip lain adalah kita harus membuat anak merasa diperlakukan secara adil. Bukan berarti kita harus memperlakukan semua anak secara sama, melainkan kita perlu menyeimbangkan hak dan kewajiban setiap anak sesuai dengan usia mereka. Dengan demikian kita akan mengurangi problem iri hati antar saudara kandung.

Oleh : Heman Elia, M. Psi.

(Audio T102B "Aku Punya Adik")

DOAKANLAH:

  1. Bersyukur untuk donasi yang diberikan oleh Kel. Budisetia kepada Telaga sebesar Rp 1.000.000,- dan dari Bp.& Ibu Suriptono, Ph.D. sejumlah Rp 2.500.000,-.

  2. Karena kesibukan Ibu Lortha Gb.Mahanani, maka pembuatan artikel seputar berpacaran akan digarap oleh Bp. Andrew A.Setiawan mulai bulan Agustus 2016. Doakan agar pembuatan artikel ini berjalan dengan lancar.

  3. Doakan untuk pengganti ibu Stella Kurniawan agar rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan sebagai nara sumber bisa dilanjutkan lagi. Ada satu nama yang pernah disebutkan, yaitu Bp. Daniel Iroth, alumni M.Div. SAAT.

  4. Draft buku "Tujuh Bantal Keluarga" yang akan diterbitkan oleh C.V.Evernity Fisher Media telah diberi beberapa masukan, doakan agar dalam bulan Agustus 2016 bisa terealisir.

  5. Bersyukur atas karunia Tuhan kepada Ibu Stefani Sutedjo (salah seorang konselor yang membantu Telaga membalas email yang masuk) yang telah melahirkan seorang putri (anak kedua) pada tanggal 5 Juli 2016 yang diberi nama Yoan Grace.

  6. Doakan untuk Sdri. Betty T.S. dalam pelayanan di Belanda; open group di Maastricht masih berjalan demikian pula group baru di Tilburg. Ada permintaan untuk membuka pusat konseling untuk orang-orang Indonesia di Den Haag, doakan agar jika Tuhan berkenan tentang hal ini, bisa diperoleh perijinannya.

  7. Doakan agar ada tambahan radio yang bersedia menyiarkan program Telaga, dalam tahun 2016 belum ada tambahan radio lagi.

  8. Doakan untuk Sdr. Hadi Pramono, salah seorang staf YLSA yang menggarap DVD Telaga dengan tambahan judul-judul terbaru.

  9. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu :


    001 – Rp 200.000,- untuk 2 bulan.