Kemuliaan Ibu Rumah Tangga

Versi printer-friendly
Maret

Berita Telaga Edisi No. 136 /Tahun XII/Maret 2016


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon



Kemuliaan Ibu Rumah Tangga

Pada masa lampau hampir dapat dipastikan seorang wanita akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Pada masa sekarang hanya sebagian yang akan berperan sebagai ibu rumah tangga purnawaktu. Sebagian lainnya akan memikul peran ganda — sebagai ibu rumah tangga dan pekerja di luar rumah. Selain dari tuntutan ekonomi, pada umumnya perubahan ini disebabkan oleh makin terbukanya pendidikan dan lapangan pekerjaan bagi perempuan.


Salah satu akibat dari pergeseran peran ini adalah timbulnya anggapan bahwa peran sebagai ibu rumah tangga bukanlah sebuah pilihan yang mulia. Bahkan ada sebagian wanita yang merasa tidak berguna dan tidak berharga bila harus berperan sebagai ibu rumah tangga tanpa berkarier lain di luar rumah.


Kemuliaan pertama menjadi seorang ibu rumah tangga adalah KEMULIAAN MELAYANI.


Tuhan Yesus berkata dalam Matius 20:26-27, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."


Panggilan Tuhan kepada kita orang percaya adalah panggilan untuk melayani dan mungkin, di antara semua pekerjaan melayani, tidak ada yang lebih mulia daripada tugas melayani sebagai ibu rumah tangga.


Sebagaimana kita ketahui kemuliaan pelayanan terletak pada seberapa sedikitnya pamrih dan seberapa besarnya pengorbanan, menjadi ibu rumah tangga menuntut banyak pengorbanan. Begitu banyak yang mesti dikerjakan namun hampir semuanya bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kepentingan suami dan anak-anak. Begitu besar pengorbanan yang sering kali dibayar oleh ibu rumah tangga namun begitu sedikit pamrih yang diterimanya. Sebaliknya tidak jarang, kritikan dan kemarahanlah yang diterima, baik dari suami maupun anak. Namun di sinilah letak kemuliaan ibu rumah tangga.


Kemuliaan kedua ibu rumah tangga adalah KEMULIAAN MENANAM DAN MENUMBUHKAN.


Kita tahu bahwa menanam dan menumbuhkan adalah tugas yang memakan waktu jauh lebih lama daripada menuai. Kita harus terus memperhatikan tanaman yang mulai bertunas dan merawatnya sehingga dapat bertumbuh dan berbuah. Dapat dikatakan, menuai dan memetik membawa sukacita sedangkan menanam dan menumbuhkan membawa peluh.


Menjadi ibu rumah tangga dapat disamakan dengan pekerjaan menanam dan menumbuhkan. Setiap hari ibu mesti memerhatikan keperluan, baik suami maupun anak. Sama seperti menanam dan menumbuhkan, ibu tidak dapat melihat hasil pekerjaannya dengan segera. Hari ini sama seperti kemarin dan hari esok akan sama seperti hari ini. Dan, sama seperti petani yang menanam pohon sampai berbuah, kebanyakan ibu rumah tangga tidak dapat mencicipi hasil pelayanannya. Orang lainlah yang lebih sering mencicipi buah pekerjaan yang dihasilkan, baik oleh suami maupun anaknya. Namun di sinilah letak kemuliaan ibu rumah tangga. Apa yang dilakukannya di belakang layar menjadi berkat buat banyak orang.


Kemuliaan ketiga ibu rumah tangga adalah kemuliaan yang berasal dari KEHORMATAN MEMBENTUK ANAK.


Kita tidak bisa mencetak anak; kita hanya bisa membentuk anak — memengaruhi anak untuk bertumbuh sesuai dengan harapan. Pada akhirnya apakah anak akan menjadi sesuai bentukan, itu di luar kendali kita.


Namun di dalam keterbatasan ini, Tuhan memercayakan pengasuhan anak kepada ibu rumah tangga, terutama pada masa anak kecil. Makin banyak waktu yang diberikan kepada anak, makin tersedia kesempatan bagi ibu untuk memengaruhi anak. Apa yang dilihat dan didengar anak, akan tercatat dalam memori anak. Sewaktu anak bertindak, materi yang tersimpan itu akan keluar dan memengaruhi tindakannya.


Inilah letak kemuliaan ibu rumah tangga. Tuhan memercayakan anak kepadanya dan memberikannya kesempatan langka dan berharga untuk membentuknya menjadi seorang anak Tuhan. Kepada Timotius, gembala sidang di Efesus, Paulus berpesan, "Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu . . . ." (Timotius 4:14). Pesan yang sama dapat diterapkan kepada para ibu rumah tangga. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu. Gunakan kesempatan dan kepercayaan yang berharga ini untuk membentuk anak menjadi anak Tuhan.


Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi


Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T422B.




TELAGA MENJAWAB

TANYA


Shalom,


Saya seorang ibu rumah tangga. Kami sudah 5 tahun menikah, anak perempuan saya berumur 3 tahun dan sekarang saya sedang mengandung anak yang kedua. Saya merasa sangat jenuh. Dulu sebelum mempunyai anak, saya bekerja di perusahaan besar sehingga bisa berelasi dengan banyak orang. Sejak memiliki anak, saya dan suami memutuskan agar saya keluar dari pekerjaan dan focus mengurus anak dan rumah tangga.


Saya berusaha semaksimal mungkin menikmati tugas baru ini dan mendidik anak yang Tuhan percayakan pada keluarga kami. Namun yang namanya anak-anak, ada kalanya rewel sampai kadang saya terbawa emosi. Memang saya tidak pernah memukul anak, tapi kalau sudah marah, saya sering membentaknya. Saya mengakui kesalahan saya yang tidak dapat mengendalikan emosi.


Apa yang harus saya lakukan? Bantu doakan saya. Terima kasih. Tuhan memberkati.


JAWAB


Shalom,


Terima kasih sudah berkenan berbagi dengan kami, Ibu. Kejenuhan bisa dialami oleh setiap orang. Saran saya adalah:

  1. Berdamailah dengan situasi dan kondisi yang sedang Ibu hadapi ini.

    Maksudnya berdamai adalah belajar menikmati dan menerima situasi dan kondisi ini. Dalam setiap kehidupan manusia ada fase-fase tertentu yang harus kita hadapi. Fase tenang, bergejolak, datar, menurun, dan sebagainya. Situasi yang sedang Ibu hadapi ini merupakan salah satu fase kehidupan yang Tuhan ijinkan Ibu jalani.

    Setiap wanita yang menikah mendapat panggilan khusus sebagai penolong suami. Tetapi tidak semua wanita yang menikah mendapat kesempatan menjadi ibu. Ada banyak wanita menikah yang belum atau tidak memiliki anak. Ada yang harus menunggu bertahun-tahun untuk menjadi seorang ibu, mengandung dan melahirkan.

    Ibu diberi anugerah setelah menikah menjadi penolong suami dan menjadi seorang ibu bahkan sebentar lagi Ibu dipercaya untuk melahirkan anak yang kedua. Ibu juga diberi kesempatan membesarkan anak sendiri. ada banyak ibu yang tidak punya kesempatan membesarkan anaknya sendiri karena tuntutan ekonomi dan lain-lain. Tuhan memberi kepercayaan kepada Ibu dan inilah alasan kenapa Ibu harus berdamai dengan situasi dan kondisi ini.

  2. Ubahlah pola pikir.

    Setelah Ibu berdamai dengan situasi dan kondisi maka pola pikir Ibu juga harus dan akan berubah. Ketika pola pikir berubah barulah Ibu dapat melihat dari “kacamata” yang baru.

    Bekerja di perusahaan besar dan bertemu banyak orang mungkin membuat Ibu menemukan penghargaan, aktualisasi diri, tantangan, dan lain-lain yang tentunya berbeda dengan menjadi ibu rumah tangga yang hanya berputar-putar mengurus rumah, anak, dan suami. Hal ini memang bisa membuat jenuh, menekan dan menyerap energi Ibu.


Dengan berdamai dan mengubah pola pikir, Ibu akan lebih tenang, hati lega, bisa menikmati apa yang sedang Ibu kerjakan, dan Ibu akan menyadari bahwa aktualisasi diri kita itu bukan hanya ketika kita “di luar”, “di kantor”, “berjumpa dengan orang banyak”, “ada penghargaan”, dan lain-lain. Tetapi ketika kita tahu dan menyadari bahwa apa yang sedang kita lakukan adalah anugerah dan panggilan-Nya.


Kami berdoa supaya Ibu bisa melalui fase ini bersama-Nya. Tuhan ada dan peduli. Jalani anugerah dan panggilan ini bersama Dia.

Salam: Tim Pengasuh Program TELAGA




DOAKANLAH:

  1. Bersyukur ternyata radio MARS FM di Palu masih menyiarkan program Telaga, setelah lebih dari 2 tahun tidak diketahui pindahnya alamat radio ini. Dengan demikian saat ini Telaga disiarkan oleh 46 radio di tanah air dan 1 radio di Hongkong.

  2. Bersyukur selama hampir 4 minggu berada di Malang, Bp. Paul Gunadi dan Bp. Gunawan Santoso bisa menyelesaikan 8x rekaman (1x rekaman ulang), berarti ada 14 judul baru.

  3. Kita tetap mendoakan untuk Bp. Andrew A.Setiawan dalam menyelesaikan artikel tentang berpacaran yang akan diterbitkan oleh Literatur SAAT.

  4. Doakan untuk rekaman lanjutan dari Ev. Sindunata Kurniawan dalam bulan April dan seterusnya.

  5. Doakan untuk pemasaran buku “Memahami Remaja dan Pergumulannya” dan “Memaksimalkan Karier Anda”.

  6. Bp. Djunaidi (76 tahun), ayah dari Bp. Yosep, mantan operator Telaga, telah meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 2016 dan telah dikremasi pada tanggal 28 Maret 2016. Doakan agar penghiburan Tuhan dirasakan oleh seluruh keluarga yang ditinggalkan.

  7. Tetap doakan untuk ibu Dientje Winarto yang menjalani cuci darah 2x seminggu. Tuhan telah memberi kekuatan sehingga ibu Dientje sudah bisa kembali bekerja di SD Imka, Malang.

  8. Bersyukur untuk donasi yang diterima pada bulan ini dari donatur tetap, yaitu :

       003 – Rp 400.000,- untuk 2 bulan
       011 – Rp 300.000,- untuk 2 bulan
       010 – Rp 2.500.000,- untuk 5 bulan



MENGENAL LEBIH DEKAT

RADIO SIBORONG-BORONG FM


Radio Siborong-Borong mengudara di frekuensi 107,9 MHz. Dari Jl. Sisingamangaraja 139 Siborong-borong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, radio ini menyiarkan Program TELAGA setiap hari pukul 19.00 WIB.


Doakanlah radio ini, agar siaran mereka memberkati para pendengar dan memuliakan nama Tuhan.