Kejenuhan Ibu Rumah Tangga

Versi printer-friendly
April

Berita Telaga Edisi No. 92 /Tahun VIII/ April 2012


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon




Kejenuhan Ibu Rumah Tangga


Status seseorang setelah menikah secara otomatis berubah, pria lajang kini menjadi suami, wanita lajang kini menjadi seorang istri, dengan tuntutan dan tanggung jawab masing-masing. Beban seorang istri bertambah dengan hadirnya seorang anak. Bagi istri yang secara purna waktu mengurus rumah tangga di rumah, seringkali mengalami kejenuhan dalam melakukan tanggung-jawabnya tersebut.

Maka sekarang kita akan belajar menilai para ibu dengan lebih objektif dan yang kedua memberikan masukan-masukan untuk menolong para ibu mengatasi kejenuhan yang mereka harus hadapi.

Penyebab kejenuhan mengurus rumah tangga:

  1. Tugas keseharian ibu rumah tangga relatif tidak memerlukan dan tidak menimbulkan stimulasi intelektual. Dewasa ini banyak wanita yang telah mengenyam bangku perguruan tinggi dan mungkin juga sudah bekerja, sehingga sudah terbiasa dengan tuntutan profesional yang menimbulkan rangsangan intelektual. Begitu meninggalkan dunia kuliah dan dunia kerja kemudian terjun di dalam dunia mengurus rumah tangga secara purna waktu, tidak bisa tidak dia akan kehilangan sumber stimulasi intelektualnya itu.
  2. Tugas ibu rumah tangga pada umumnya tidak berhubungan dengan manusia lain yang setingkat, setingkat dengan pengertian tingkat pengertian-nya, kecerdasannya, keluasannya. Jadi ibu rumah tangga harus berhadapan dengan anak-anak kecil yang tingkat kecerdasan, kematangan-nya jauh di bawah dirinya, di mana dalam hal ini ibu hanya memberi dan anak hanya menerima. Sebagaimana manusia normal sudah tentu dalam bekerja kita membutuhkan baik itu rekan kerja maupun objek pelayanan yang dapat diajak untuk bertukar pikiran dan berbagi rasa serta pengalaman, tapi kalau dengan anak kecil kita tidak bisa.
  3. Mengurus anak terutama anak balita merupakan sebuah tugas yang berat. Karena jadwal tidur anak yang tidak menentu membuat ibu rumah tangga letih yang akhirnya membuat tubuh merasa tidak nyaman.

Mengatasi kejenuhan:

  1. Jangan malu meminta bantuan. Entah itu bantuan suami, kerabat atau pun bantuan professional. Mungkin yang diperlukan bukanlah pengalihan tanggung-jawab melainkan bantuan singkat dan praktis seperti minta bantuan seseorang untuk diam di rumah selama 2 jam agar dia bisa pergi keluar berolah raga atau bertemu dengan kerabat atau teman untuk bersantai sejenak, dengan memberi pengertian kepada suami tentang beratnya beban ini supaya suami bisa berjalan searah dengan istri dalam menanggulangi masalah ini.
  2. Jangan mengabaikan kebutuhan pribadi. Masa merawat anak balita sangatlah sukar bagi ibu untuk meninggalkan anak, selain kebutuhan anak yang tanpa henti, satu hal lain yang membuat ibu susah beranjak adalah rasa bersalah entah itu rasa bersalah meninggalkan anak demi kepentingan pribadi. Namun tetap, penuhilah kebutuhan pribadi dan lakukanlah hal-hal yang menyenang-kan hati kendati tidak sesering dulu. Ingatlah bahwa ibu yang bahagia, membuat anaknya pun bahagia. Sebaliknya ibu yang merana pada akhirnya membuat anaknya turut merana.
  3. Jangan menjauh dari doa dan Firman. Menyisihkan kesibukan yang begitu padat dan terus menerus akhirnya membuat tubuh dan jiwa terlalu letih untuk berdoa dan membaca Firman Tuhan. Walaupun hati ingin membaca namun kesempatan makin menyempit. Maka saya sarankan, setelah suami kembali mintalah waktu untuk bersaat teduh, mintalah kesediaannya untuk mengawasi dan merawat anak selama kita bersaat teduh Firman Tuhan di Yeremia 1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." Tidak ada sukacita yang lebih besar bagi seorang ibu selain melihat anak-anaknya bertumbuh, dibentuk oleh Tuhan dan mencintai Tuhan.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T 287.



Doakanlah
  1. Bersyukur untuk tambahan 1 radio lagi yang bersedia bekerjasama di Malinau, Kalimantan Timur yaitu radio Swara Nafiri Malinau FM. Dalam waktu dekat program Telaga akan diudarakan lewat radio ini.
  2. Doakan untuk radio Triatma FM di Kuta-Bali yang sejak awal tahun 2012 untuk sementara tidak mengudara dan sedang mengurus perijinan sesuai dengan persyaratan dari KPI.
  3. Doakan untuk radio Barigas Terang Borneo FM di Palangkaraya yang masih mengurus perijinan karena pindah ke tempat yang baru. Barigas = Beritakan Rahasia Injil Genapi Amanat Surgawi.
  4. Doakan agar Tuhan memimpin semua persiapan Sdr. Raymond Tambayong, putra kedua dari Ibu Indrawati Tambayong yang akan menikah dengan Joanicia Ruth Sumendong di Malang pada tanggal 27 Mei 2012.
  5. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari : 001 – Rp 100.000,- 007 – Rp 300.000,-


Telaga menjawab

Tanya?

Pak, saya mau bertanya. Hari ini istri saya marah karena saya mengajak ibu saya ke rumah menginap selama 5 hari. Selama ini saya mengerti bahwa sepasang suami istri harus sama-sama mau berubah. Bagaimana jika salah satu tidak mau berubah ? Apa yang harus saya lakukan ? Karena tidak mungkin saya menyuruh ibu saya pulang hanya untuk membuatnya senang, bagaimana ini Pak ?

Sebagai tambahan, istri saya tidak bisa menerima kehadiran ibu saya terlalu lama karena dia tidak bisa masak dan selalu bangun siang (pk.07.00). Saya sudah berusaha menasehati agar dia mau belajar masak dan bangun pagi, tapi ia tidak mau dengan alasan bekerja, dan sekarang dia menolak ibu saya dengan alasan tidak bisa masak, apa yang harus saya lakukan berikutnya?

Jawab

Terima kasih sudah mengunjungi situs kami dan menanggapinya dengan mengajukan pertanyaan yang sangat menarik. Memang hubungan antara ibu mertua dengan menantu perempuan biasanya digambarkan sebagai kurang harmonis, menegangkan dan kadang-kadang mencekam. Dan ini bisa menjadi pemicu timbulnya konflik antara suami istri. Di mata sang menantu perempuan, ibu mertua itu digambarkan dengan sangat negatif, yaitu "jahat", "cerewet", "sok mau ngatur", "bawel", judes" dan lain-lain. Demikian juga sebaliknya, di mata ibu mertua, menantu perempuan sering digambarkan sebagai menantu yang "bodoh", "malas", "tidak tahu masak", "tidak tahu melayani suami", "mau enak sendiri", "tidak tahu berterima kasih", "manja" dan lain-lain.

Tapi tidak selalu demikian. Banyak juga ibu mertua yang memunyai hubungan yang harmonis dengan menantu perempuan. Mereka bisa hidup rukun dan bahkan tinggal serumah dengan penuh kasih sayang. Untuk menyelesaikan masalah yang bapak hadapi, tidak bisa hanya menuntut siapa yang harus berubah, tetapi perlu memahami aspek lain yang mungkin menjadi penyebab dari ketegangan ini. Kiranya beberapa hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan untuk menyelesaikan masalah yang bapak hadapi. Pertama-tama sebagai suami, bapak perlu menyadari bahwa yang bapak hadapi ini keduanya adalah perempuan, yang berbeda dengan laki-laki. John Gray dalam bukunya yang berjudul "Men Are From Mars, Women Are From Venus" menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memunyai perbedaan yang mendasar. Itu sebabnya jarang terjadi konflik antara menantu laki-laki dengan bapak mertuanya. Konflik umumnya terjadi antara ibu mertua dengan menantu perempuan, karena mereka memiliki kepekaan perasaan yang sama.

Untuk itu, yang kedua bapak perlu belajar menempatkan diri pada posisi mereka. Cobalah untuk melihat dari sudut pandang mereka dan merasakan yang mereka rasakan. Coba pikirkan kalau bapak berada di posisi sebagai ibu mertua. Sudah lebih dari dua puluh lima tahun ia merawat putranya, yaitu bapak sendiri. Ialah yang telah melahirkan, membesarkan dan menyekolahkan. Masih segar dalam ingatannya tentang masa kecil putranya itu : ketika dalam kesakitan dan kelegaan setelah bersalin, ia tersenyum melihat putranya yang kecil mungil itu, ketika mengantar putranya hari pertama masuk TK, kecemasannya ketika putranya demam tinggi berhari-hari. Ia juga ingat betapa hangatnya perasaan mendekap, membelai dan menciumi putranya. Tetapi sekarang, keadaannya berubah. Putranya sudah menjadi suami seseorang. Di satu sisi ia bersyukur bahwa putranya telah memunyai istri, tetapi di sisi lain ada perasaan cemburu. Ada perasaan tidak rela kalau putranya itu tidak diurus dengan baik oleh istrinya. Bertahun-tahun sang ibu tidak pernah mengabaikan putranya tercinta itu. Walaupun letih bahkan dalam keadaan sakit, sang ibu selalu bangun pagi untuk memasak masakan kesukaan putranya itu. Sang ibu berharap, istrinya ini harus bisa menjadi pengganti ibunya.

Selanjutnya, coba pikir kalau bapak berada di pihak istri. Ia merasa canggung tiap kali berhadapan dengan ibu mertuanya. Ia merasa seolah-olah segala pekerjaannya diperiksa dan dinilai oleh ibu mertuanya. Ia merasa kurang percaya diri karena merasa tidak sepandai ibu mertuanya dalam mengerjakan segala sesuatu. Ia malu karena masakannya tidak seenak masakan ibu mertuanya. Sementara itu ia harus bekerja untuk menambah kebutuhan rumah tangga. Ia juga takut kalau suaminya nantinya lebih memberi perhatian kepada sang ibu ketimbang pada dirinya.

Maka sikap toleransi adalah sikap yang penting demi terjadinya perubahan. Toleransi artinya membiarkan atau tidak memaksakan kehendak kita ketika orang lain belum melaksanakan tugas-tugasnya. Sikap toleransi menghindari kita dari tindakan menekan dan mengancam. Sebagai suami yang toleransi, tidak memaksakan istrinya untuk memasak seenak ibunya. Demikian juga seorang istri, ia tidak akan memaksakan ibu mertuanya untuk mengerti kebiasaannya bangun siang yang dibawa dari keluarganya. Ia akan segera berubah demi kebahagiaan keluarganya.

Demikian pertimbangan-pertimbangan yang dapat kami sampaikan, kiranya menjadi berkat bagi bapak sekeluarga. Tuhan memberkati.



Judul Baru

T339 A Sikap Kristiani di dalam Pekerjaan (I)
T339 B Sikap Kristiani di dalam Pekerjaan (II)
T340 A Autisme : Suatu Keunikan atau Kelainan ?
T340 B Kurang Pandai : Suatu Keunikan atau Kelainan ?
T341 A Memahami Orang Tua Lansia
T341 B Makin Tua, Makin Curiga
T342 A Teladan Hidup (I)
T342 B Teladan Hidup (II)
T343 A Belas Kasihan Tuhan
T343 B Ketika Kematian Membayang
T344 A Kesalahan dalam Memilih Pasangan (I)
T344 B Kesalahan dalam Memilih Pasangan (II)
T345 A Kesalahan dalam Membangun Relasi (I)
T345 B Kesalahan dalam Membangun Relasi (II)
T346 A Pernikahan di Mata Tuhan
T346 B Apa Adanya
T347 A Saling Menajamkan (I)
T347 B Saling Menajamkan (II)
T348 A Mengapa Selingkuh ?
T348 B Reaksi Korban Selingkuh
T349 A Jiwa Memberi (I)
T349 B Jiwa Memberi (II)
T350 A Kepahitan Anak
T350 B Ketika Anak Terlibat Masalah