Hidup Bergoncang

Versi printer-friendly
September

Berita Telaga Edisi No. 85 /Tahun VIII/ September 2011


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon



Apakah yang dicari kebanyakan manusia? Mungkin sebagian orang akan berkata, “harta.” Namun sesungguhnya sebagian besar orang akan berkata, “damai sejahtera” sebagai hal terutama yang mereka cari. Pada umumnya kita mengaitkan damai sejahtera sebagai suatu kondisi di mana tidak ada masalah yang menimbulkan derita. Sayangnya hidup tidak pernah bebas dari masalah yang menimbulkan derita. Jika demikian bagaimanakah caranya agar kita dapat hidup damai sejahtera melewati lembah musibah yang menimpa?

Firman Tuhan mengajarkan, “Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi. Ketika aku berpikir, ‘Kakiku goyang,’ maka kasih setia-Mu, ya Tuhan, menyokong aku. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.” (Mazmur 94:17-19)

Berdasarkan Firman Tuhan ini kita dapat melihat tiga jenis kondisi yang kita kerap lalui tatkala masalah datang:

  1. Kesunyian. Tatkala musibah datang, pada umumnya kita merasakan kesendirian yang dalam. Apa yang harus dila-kukan tatkala ke-sunyian datang mencekam?

    Pertama, kita harus datang kepada Tuhan. Firman Tuhan mengajarkan bahwa Tuhan menolong orang yang berseru minta pertolongan-Nya, “Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi.” Kita mesti percaya bahwa Ia akan menolong dengan cara-Nya dan pada waktu-Nya. Pertolongan Tuhan menghilangkan kesunyian terdalam di lubuk hati sebab kita tahu bahwa kita tidak sendirian—bahwa Tuhan berada bersama kita di dalam kesunyian.

    Kedua, kita harus keluar dan mencari pertolongan. Kita mesti memberani-kan diri untuk terbuka dengan masalah yang kita hadapi. Juga, dengan kita bercerita, sesungguhnya kita tengah mengeluarkan beban itu dari rongga dada kita dan ini akan meringankan beban yang kita pikul.

    • Tatkala almarhumah Vivian Felix, istri mantan rektor sebuah universitas Kristen di Amerika menderita kanker, ia dikunjungi oleh Pdt. Jack Hayford. Pdt. Hayford memberinya nasihat yang baik yaitu, “Inilah saatnya engkau ditopang oleh yang lain, jadi, izinkanlah mereka menopangmu.” Kadang kita tidak mengizinkan orang memberi kita topangan; kita mungkin tidak mau menyusahkan yang lain atau kita ingin menjaga harga diri. Masalahnya adalah, makin kita menolak topangan orang, makin kita kesepian.

    • Dengan kita mencari yang lain, kita pun akan dapat menerima nasihat yang mungkin sekali kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

  2. Ketidakstabilan. Sewaktu masalah berkunjung, kita mencoba bertahan, tetapi daya tahan kita tidak selalu tersedia. Akhirnya kita merasa lemah dan pada umumnya di saat lemah itulah, kita mulai goyah. Berikut akan dipaparkan tahapan kegoyahan yang lazim dilalui:

    a. Kita mulai tidak yakin bahwa akan ada jalan keluar dan pengharapan.

    b. Kita mulai meragukan semua upaya dan pertolongan yang diberikan orang kepada kita.

    c. Kita mulai merasa marah dan kecewa dengan Tuhan dan orang di sekitar yang kita anggap,
        tidak melakukan bagiannya untuk meringankan penderitaan kita.

    d. Kita terombang-ambingkan emosi dan ini membuat relasi dengan sesama terganggu.

    e. Kita tergoda untuk menempuh jalan pintas yang tidak dikehendaki Tuhan.

    Sungguhpun demikian, Firman Tuhan mengingatkan, “Ketika aku berpikir, ‘Kakiku goyang,’ maka kasih setia Tuhan menyokong aku.” Benar, pada saat kita goyah kita harus mengingat kasih setia Tuhan. Jangan sampai kita meragukan kasih setia-Nya; ingatlah perbuatan-Nya di masa lampau di mana Ia dengan kasih dan setia menolong dan memberkati kita.

  3. Kekalutan. Pada waktu kita terserang musibah, pikiran menjadi kalut. Begitu banyak yang mesti dipikirkan dan diselesaikan namun begitu terbatasnya kemampuan kita mencernanya. Berikut akan dipaparkan sumber atau penyebab kekalutan itu.

    Pertama, pada umumnya kita merasa kalut karena memikirkan jalan keluar. Kita berusaha lepas dari lilitan masalah dan memeras otak untuk bebas. Namun kerap kali makin kita berpikir, makin buntu pikiran kita. Kendati memang kita harus memikirkannya, namun pada suatu titik kita mesti berhenti dan beristirahat. Kita harus berkata, ”Saya tidak dapat memecahkan masalah ini dengan kekuatan saya.” Di saat itulah kita mesti berserah sepenuhnya kepada Tuhan bahwa Ia akan sanggup menolong kita dengan cara yang tak terpikirkan oleh kita sekarang.

    Kedua, kita kalut karena terus membangun hipotesis, “Kalau saja . . ., maka . . . ?” Pikiran kita terus dipenuhi skenario yang berusaha mengubah situasi atau memerbaiki masalah. Pada akhirnya kita harus mengakui bahwa masalah telah terjadi dan kita tidak dapat mengubah jalannya sejarah.

    Ketiga, kita kalut karena marah dan kecewa serta menyalahkan pihak lain sebagai penyebab timbulnya masalah. Mungkin masalah yang dihadapi memang benar disebabkan oleh orang lain namun menyalah-kannya tidak akan mengubah apa pun. Menyalahkan hanyalah menam-bah kemarahan dan membuat kita lumpuh, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi, berusahalah dengan pertolongan Tuhan mengampuni “orang yang bersalah kepada kita.” Makin cepat mengampuni, makin bersih hati kita dan jernih pemikiran kita.

Nasihat Firman Tuhan

Firman Tuhan menegaskan, “Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.” Penghiburan Tuhan berasal dari Firman-Nya. Jadi, bacalah Firman-Nya dan jangan tinggalkan persekutuan dengan sesama orang percaya.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi

Catatan : Audio dan transkrip bisa didapat melalui situs Telaga dengan kode T267



Doakanlah

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Radio Suara Gratia FM di Cirebon sejumlah Rp 200.000,- dan dari NN di Malang sebesar Rp 500.000,-.

  2. Mulai bulan September 2011, Radio Gema Bentara FM di Batam dialihkan ke Radio KEI FM, bersyukur program Telaga tetap disiarkan oleh Radio KEI FM setiap hari Minggu.

  3. Bersyukur akhirnya Metanoia Publishing tetap akan menerbitkan 6 artikel karena ada kesediaan dari salah seorang pemimpin dan pendiri Metanoia Publishing mempromosikan buklet yang telah terbit dan yang akan terbit.

  4. Bersyukur tim rekaman telah 8x mengadakan rekaman, doakan agar sampai pertengahan Oktober 2011 bisa dihasilkan 4x rekaman lagi.

  5. Doakan untuk tim SABDA di Solo yang sedang menyempurnakan DVD Konseling.

  6. Bersyukur pada tgl. 22 September 2011 LBKK diberi kesempatan untuk sharing tentang KBK (Kelompok Bina Keluarga)/ME di persekutuan pasutri GKT III Malang. Mereka meren-canakan akan membentuk KBK dalam tahun 2012 yad.

  7. Doakan untuk Sdri. Betty T.S., yang berusaha mencari beasiswa untuk program Ph.D. di bidang “cross culture” tahun depan, kiranya Tuhan ikut campur dalam hal ini agar apa yang terbaik bisa diperoleh.

  8. Doakan untuk rencana pernikahan Sdri. Ria Kristiana (putri ke-2 dari Bp.& Ibu Suriptono Ph.D.)dengan Sdr.Jason R.Wernicke di Perth pada tgl. 8 Oktober 2011 dan Sdr. Abednego Tambayong (putra sulung dari Bp(alm) & Ibu IndrawatiTambayong) dengan Sdri. Nita di Jakarta pada tgl. 9 Oktober 2011. Bp.Suriptono adalah Wakil Ketua Pengurus LBKK dan Ibu Indrawati Tambayong adalah Sie.Doa/Dana – Telaga).

  9. Doakan untuk Ibu Dewi K.Megawati yang menantikan kelahiran anaknya dalam bulan Oktober 2011.

  10. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap bulan ini, yaitu dari :
      007 – Rp 500.000,-
      011 – Rp 150.000,-



  11. Telaga Menjawab

    Tanya? Saya seorang istri dan memiliki satu anak yang berumur 7 tahun, duduk di kelas 1 SD.

    Saya dan suami sudah hampir 7 tahun tidak hidup serumah dan tidak pernah bertemu ataupun berkomunikasi. Saya sering berkirim surat, tapi tidak pernah dibalas, meskipun saya tahu kalau suami saya sendiri yang menerima surat saya (saya selalu meminta kembali bukti penerimaan surat saya, saya dapat mengenali dengan baik tulisan tangan suami saya sehingga saya bisa memastikan bahwa suami saya sendiri yang seringkali menerima surat saya).

    Saya tidak tahu di mana suami saya sekarang tinggal, saya selalu berkirim surat ke rumah Papa mertua. Papa mertua selalu mengatakan “Tidak tahu” kalau saya bertanya tentang suami. Tapi kabar terakhir yang saya terima dari Papa mertua bahwa suami saya sudah menikah lagi.

    Saya bingung, harus bagaimana ?

    Saya kurang yakin kalau informasi Papa mertua bisa dipercaya. Dulu pendeta saya pernah mengunjungi suami ke rumah Papa mertua dan pendeta saya membawa pesan dari suami saya bahwa suami saya tidak akan menceraikan saya dan tidak akan kawin lagi.

    Waktu anak saya masih kecil (di bawah usia 4 tahun) saya sering ke rumah Papa mertua tapi tidak bertemu dengan suami. Kesan yang saya dapati adalah suami sengaja menghindar bertemu dengan saya.

    Status saya sampai saat ini adalah istri yang sah, surat/akte pernikahan masih saya simpan.

    Anak saya sering bertanya tentang papanya dan saya hanya bisa menceritakan tentang papanya selama saya hidup serumah dengan suami. Tentang keadaan sekarang saya selalu mengatakan “Mama juga ingin tahu keadaan Papa sekarang”.

    Bagaimana menyikapi permasalahan ini ?

    Jawab Terima kasih untuk sharing yang Ibu sampaikan lewat surat ini. Kami turut merasa prihatin terhadap masalah yang Ibu hadapi. Menanggapi surat tersebut, maka dapat kami sampaikan bahwa relasi nikah ini sudah tidak ada; yang tertinggal hanyalah status legal pernikahan.

    Suami Ibu tahu keberadaan Ibu, namun ia sudah lama tidak memedulikan Ibu, apalagi mencari Ibu. Selama ini Ibu lah yang berupaya mencarinya. Papa mertua tampaknya tidak mau tahu persoalan anaknya, jadi ia tidak ingin merepotkan diri terlibat di dalamnya. Singkat kata, suami Ibu telah memutuskan hubungan dengan Ibu.

    Pilihan Ibu hanyalah dua: (1) menunggu kepulangan suami Ibu atau (2) meresmikan perpisahan ini secara legal alias bercerai. Sebagai pihak yang dikorbankan dan disia-siakan, keputusan apa pun yang Ibu ambil, menurut kami Ibu tidak bersalah.

    Demikian tanggapan kami, kiranya Tuhan memberi hikmat dan kekuatan serta jalan keluar yang terbaik kepada Ibu untuk menghadapi permasalahan ini.



    Buku Tamu

    Nama : Anne Pangkerego
    Gereja : Oikumene Kertas Nusantara
    Jabatan : Majelis
    Komentar :

    Blog ini sangat bagus menjawab segala masalah yg terjadi khususnya pada saat ini yaitu orang tua saya yg akhir-akhir ini sering takut dan cemas yang tidak beliau ketahui apa penyebabnya. Tetapi dengan mendengar sharing di radio tadi, beliau sangat termotivasi untuk bangkit mengalahkan kecemasannya. Terimakasih untuk TELAGA, tetap selalu berkarya membantu orang-orang yang membutuhkan. Dan tolong doakan orang tua saya semoga cepat Tuhan pulihkan.

    Nama : Oca
    Gereja : GAB Mojokerto
    Jabatan : Jemaat
    Komentar :

    TELAGA sangat memberkati saya... :)Memang gereja Tuhan dipulihkan dimulai dari pemulihan keluarga. Maju terus TELAGA... GBU :)

    Nama : Agustina
    Gereja : HKBP Sidorame
    Jabatan : Karyawan Swasta
    Komentar :

    Banyak hal yang saya dapat dengan membaca rubrik atau materi yang ada di situs ini. Semoga bisa menjadi pedoman dalam rangka menemukan pasangan hidupku dan bagaimana cara dalam menghadapi hidup berumah tangga nantinya.



    Pengumuman

    Mulai akhir bulan September 2011 ini, alamat e-mail TELAGA (TEgur sapa gembaLa keluarGA) telah berubah, dari telaga@indo.net.id menjadi telaga@telaga.org

    Bagi Anda yang ingin konseling lewat e-mail, memesan CD/kaset dll, silakan menghubungi kami lewat e-mail kami yang baru. Tuhan memberkati.