Belajar Rendah Hati

Versi printer-friendly
September

Berita Telaga Edisi No. 107 /Tahun X/ September 2013


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon




Belajar Rendah Hati

Tuhan memerintahkan kita sebagai pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh kerendahan hati. Sebenarnya apakah kerendahan hati itu?

Pertama, kerendahan hati bukanlah sebuah sikap tubuh yang merendah-rendah. Di dalam banyak budaya, sikap merendahkan tubuh dianggap sebagai kerendahan hati. Sesungguhnya kerendahan hati bukanlah sikap tubuh melainkan sikap hati, yang tidak mementingkan diri, malah mengedepankan kepentingan orang lain. Marilah kita lihat dengan saksama ciri orang yang rendah hati sebagaimana diuraikan di Filipi 2:3 dengan cara mengkontraskannya dengan sikap orang yang tinggi hati, "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia . . . menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri."

  • Orang yang tinggi hati akan mencari kepentingan diri sendiri, sedangkan orang yang rendah hati akan mencari kepentingan orang lain. Orang yang tinggi hati akan selalu berpikir, ?Apa untungnya buat saya?? Dengan kata lain, orang yang tinggi hati sukar melakukan sesuatu murni untuk kepentingan orang lain. Sebaliknya, orang yang rendah hati bersedia berkorban melakukan sesuatu yang tidak berkaitan atau tidak memberi keuntungan bagi dirinya.

  • Orang yang tinggi hati akan menomorsatukan diri sedangkan orang yang rendah hati berupaya menomorduakan dirinya. Orang yang tinggi hati beranggapan bahwa ia lebih utama dan lebih baik dari orang lain. Itu sebabnya orang yang tinggi hati sering kali menuntut perlakuan khusus atau istimewa sebab ia beranggapan ia tidak sama dengan orang lain. Ia berharap orang akan membebaskannya dari kewajiban yang biasanya dituntut pada kebanyakan orang oleh karena baginya, ia bukanlah orang biasa. Sebaliknya, orang yang rendah hati tidak melihat dirinya sebagai orang yang istimewa dan selayaknya menerima perlakuan khusus. Ia akan menempatkan dirinya sejajar dengan yang lain, bahkan ia cepat menghargai sumbangsih orang. Dengan kata lain, orang yang rendah hati cepat melihat keistimewaan orang lain dan lambat melihat keistimewaan dirinya. Sudah tentu ini tidak berarti bahwa ia buta terhadap dirinya, tidak ! Ia tahu Yang kami kasihi, siapa dirinya — kekuatan dan kelemahannya, namun baginya, tidaklah penting untuk menonjolkan kekuatannya. Baginya justru yang penting adalah bagaimana ia dapat menolong orang lain mengembang-kan diri sehingga akan lebih banyak orang yang dapat melakukan apa yang baik bagi sesama dan Tuhan.

Oleh : Pdt.Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T250 A




Doakanlah

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Komisi Misi G.K.Im Ka Im Tong di Bandung sebesar Rp 6.000.000,-.

  2. Bersyukur untuk royalty yang diterima dari P.T.Visi Anugerah Indonesia sehubungan dengan penjualan buku ?Memahami Remaja dan Pergumulannya? periode Januari – Juni 2013.

  3. Bersyukur untuk 12 judul baru yang telah direkam selama Bp. Paul Gunadi 1 bulan berada di Malang. Doakan untuk pengeditan, pencatatan transkrip dll.

  4. Doakan untuk tim rekaman dengan Ev. Sindunata Kurniawan, M.K. yang akan melanjutkan dan menyelesaikan judul rekaman yang telah dimulai 2 bulan yl.

  5. Bersyukur untuk tambahan 3 artikel yang dijual dalam bentuk buku digital atau eBook di P.T.Mahoni. Tiga judul tersebut adalah ?Mengampuni Diri?, ?Orang Tua Tunggal? dan ?Anak, Uang dan Tanggungjawab?. Doakan untuk penjualan dalam bentuk buku digital ini agar bisa menjadi berkat bagi orang-orang yang memerlukannya.

  6. Bersyukur untuk kelahiran seorang putri yaitu anak ke-2 dari Bp.&Ibu Ev. Andrew Kristanto (atau cucu dari Bp.& Ibu Edhie Santosa) pada tgl. 12 September 2013 yang diberi nama Chloe Ecclesia Kristanto.

  7. Pada tgl. 7 September yl. Tuhan telah memanggil pulang Bp. Emille Gunadi, S.H., ayah dari Bp. Paul Gunadi dalam usia 84 tahun di Jakarta. Jenasah telah dimakamkan pada tgl. 11 September 2013. Doakan agar penghiburan-Nya dapat dirasakan oleh seluruh keluarga besar yang ditinggalkan.

  8. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :

           001 – Rp 100.000,-
           011 – Rp 1.500.000,- untuk 3 bulan.
           015 – Rp 150.000,-



Telaga Menjawab

Tanya?

Saya baru mengetahui tentang situs ini setelah 'googling' dengan mengetikkan kata kunci "direstui orang tua". Ya, saya sedang mengalami masalah, hubungan saya dengan pacar saya tidak direstui oleh orang tua. Alasan mereka sih klasik, yaitu masalah status ekonomi keluarga, tapi orang tua saya pun sepertinya "mencari-cari" kekurangan lainnya, seperti kurang cantik, tingkat pendidikannya tidak tinggi, kurang bisa mengambil hati orang tua saya dan menurut 'feeling' orang tua saya juga tidak bakal memunyai masa depan yang cerah dan lain-lain. Saya berusaha meyakinkan orang tua saya, bahwa pilihan saya adalah yang terbaik buat saya, tapi seperti yang sudah diperkirakan, saya malah dimarahi dan dianggap anak kurang ajar. Sampai-sampai karena sangat emosinya orang tua saya, sempat bilang tidak mau mengakui saya sebagai anak lagi. Saya betul-betul bingung dan serba salah, tidak tahu harus berbuat apa lagi, jika saya turuti kata orang tua untuk memutuskan hubungan dengan pacar saya, saya merasa sangat menderita sekali. Tapi jika saya melawan orang tua, saya pun juga merasa berdosa sekali.

Tidak kurang-kurang saya dan pacar saya berdoa agar hati orang tua saya melunak sehingga bisa menerima pacar saya. Tapi kadang iman saya pun sempat goyah, sampai kapan titik terang akan muncul ? Mohon bantuannya.

Jawab!!!

Kami memahami jika iman saudara kadang goyah dan mempertanyakan hubungan saudara dengan pacar saudara, mungkin pertanyaan saudara "apakah hubungan ini dikehendaki Tuhan?", mengapa hubungan ini seolah-olah tidak berjalan mulus?

Sayang sekali saudara tidak menceritakan secara jelas telah berapa lama hubungan dengan pacar saudara, berapa usia saudara dan pacar saudara, dan apakah orang tua saudara juga memiliki pemahaman iman yang sama, dalam arti sungguh-sungguh Kristen.

Pada dasarnya "direstui orang tua" adalah hal yang penting tapi yang lebih utama adalah melihat terlebih dahulu restu Tuhan. Apakah saudara dan pacar sudah berdoa bersama mencari "kehendak Tuhan" dan bersama-sama menyakini hubungan kalian juga sesuai dengan Firman Tuhan. Memang keyakinan itu tidak menjadikan secara otomatis bahwa perjalanan hubungan kalian akan semua mulus, tetapi akan menolong menghadapi tantangan yang ada. Membaca apa yang saudara sampaikan saya merasa "keyakinan atas restu Tuhan" itulah yang juga masih saudara pertanyakan.

Saudara juga tidak menyampaikan secara jelas arti "bahwa pilihan saya adalah yang terbaik buat saya", apa alasan-alasan saudara memilih pasangan dan yakin dia sebagai yang terbaik buat saudara? Apakah pandangan saudara tersebut adalah dukungan dari pembina rohani, teman-teman dekat atau orang-orang yang cukup mengenal kalian berdua, cobalah untuk menanyakannya.

Kami menanyakan sudah berapa lama hubungan pacaran saudara dan usia kalian berdua saat ini; ini juga penting karena orang tua saudara menilai walaupun tidak sepenuhnya disetujui, tetapi seperti 'kurang bisa mengambil hati orang tua saudara' kalau hubungan kalian sudah cukup lama dan pacar saudara tidak mencoba membangun relasi dengan orang tua saudara, mungkin saudara juga perlu dapat mendorongnya karena pandangan yang salah dari orang tua mungkin lahir dari tidak adanya relasi atau relasi yang buruk.

Kami memahami perasaan saudara yang menderita jika memikirkan harus putus dengan pacar saudara, kami pun tidak tahu apakah ini juga pengalaman jatuh cinta saudara yang pertama? Jika memang yang pertama, kami hanya dapat katakan walau sulit tetapi mungkin hal ini baik untuk saudara menemukan makna dari yang terbaik.

Kami tidak tahu bagaimana saudara menyampaikan pendapat saudara kepada orang tua, tetapi jika cukup dewasa dan telah menyampaikan dengan cara yang benar, saudara tidak perlu merasa berdosa. Itu adalah hak saudara sebagai orang dewasa, justru mungkin itu batu ujian bagaimana saudara juga dapat mempertanggungjawabkan pilihan/ pendapat saudara.

Kami masih mendorong saudara, berjuanglah dengan pilihan saudara bersama-sama Tuhan, tetapi ijinkan kehendak Tuhan yang terbaik terjadi bagi saudara.

Mudah-mudahan jawaban ini dapat membantu saudara untuk memiliki keputusan bijaksana. Lebih jauh kiranya Tuhan dengan Roh Kudus-Nya memimpin saudara untuk memahami rencana-Nya. Tuhan memberkati.




Malas itu Dosa

Malas artinya tidak rajin. Untuk mengetahui definisi malas, maka kita harus memahami pengertian rajin terlebih dahulu. Rajin itu berarti giat bekerja, bersungguh-sungguh melakukan suatu kegiatan dan selalu berusaha. Berarti malas adalah sebaliknya; tidak giat bekerja, tidak bersungguh-sungguh melakukan suatu kegiatan dan tidak selalu mau berusaha atau tidak mau berusaha sama sekali. Masalah yang sangat krusial di sini adalah rajin untuk siapa ? Jadi pemberitaan Firman ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang sudah rajin untuk Tuhan. Orang yang sudah memiliki komitmen dan sudah mulai terus bertumbuh untuk memberikan segenap hidupnya bagi Tuhan. Sebab yang harus ditetapkan di sini adalah ke arah mana kegiatan hidup kita, dan rajin untuk siapa ?

Sejauh ini mungkin tidak banyak ditemukan orang-orang yang berani untuk memberikan segenap hidupnya untuk Tuhan. Memberikan segenap hidupnya untuk Tuhan bukan berarti harus memberikan uang yang banyak untuk Tuhan dan bukan harus menjadi full timer di gereja. Memberikan segenap hidup untuk Tuhan berarti memberi diri untuk mengabdi dan melayani Tuhan dalam kesehariannya. Namun demikian juga masih terlihat segelintir orang yang memiliki cikal bakal yang kuat untuk memberikan hidupnya bagi Tuhan. Jadi seperti apakah ciri-ciri orang yang malas tersebut?

Pertama, orang yang malas itu adalah orang yang tidak bertanggung jawab. Tidak ada orang malas yang dapat bertanggung jawab. Pada hakikatnya setiap orang pasti memiliki maksud dan tujuan ilahi dalam dirinya yang benar-benar khusus, dan Tuhan pun pasti memercayakan tanggung jawab kepada masing-masing individu.

Kedua, orang malas adalah orang yang tidak mengoptimalkan potensi yang telah Tuhan letakkan di dalam dirinya.

Ketiga, orang yang malas adalah orang yang gagal mencapai target yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya karena ia tidak mengoptimalkan potensi yang telah Tuhan berikan.

Dalam kekekalan nanti orang-orang yang malas tersebut akan mengalami kerugian yang tidak ternilai. Dalam dunia ini orang-orang yang malas tersebut hanya akan menjadi beban dan benalu bagi sesamanya. Hidupnya tidak akan dapat menjadi berkat. Ingatlah bahwa keberadaan kita hari ini ditentukan dari apa yang sudah kita lakukan di hari-hari kemarin, dan keadaan kita nanti akan ditentukan oleh apa yang sudah kita lakukan di hari-hari sekarang.

Jadi sesungguhnya malas itu dosa. Kenapa demikian? Karena pada hakikatnya orang yang malas itu adalah orang yang tidak mau mencapai tujuan ilahi dalam hidupnya karena ia tidak bertanggung jawab untuk mengoptimalkan potensi yang telah Tuhan taruh dalam dirinya. Akhirnya ia hidup hanya untuk menjadi beban dan benalu bagi sesamanya. Padahal seharusnya diri kita menjadi berkat yang dapat mengangkat beban orang lain.

Saat ini yang merusak mental umat Tuhan untuk menjadi umat yang rajin adalah pengajaran di mimbar-mimbar gereja yang mengajarkan penyelesaian masalah hanya dengan doa dan mukjizat tanpa memahami tanggung jawab yang kita harus penuhi dalam hidup ini. Bahkan mentang-mentang kita merasa sebagai anak Tuhan, kita malah mengharapkan perkara-perkara yang besar terjadi dalam hidup ini hanya dengan doa dan mukjizat saja. Sungguh memprihatinkan sekali.

http://artikelkristen.com/malas-itu-dosa.html