Tugas Dan Tantangan Istri Gembala Sidang (2)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T507B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tugas dan tantangan istri gembala tidaklah mudah. Selain bertugas menjaga hubungan yang erat dan intim dengan Tuhan serta suaminya, seorang istri gembala sidang juga musti memelihara hubungan yang erat dan baik dengan anak juga dengan jemaat
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

TUGAS UTAMA ISTRI GEMBALA SIDANG ADALAH MEMELIHARA HUBUNGAN YANG ERAT DENGAN TUHAN. TUGAS KEDUA, SEBAGAI ORANG YANG PALING DEKAT DENGAN SI SUAMI, IA PERLU MENJAGA HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN SUAMI. Kita juga bahas, dia harus MENJADI SEPERTI NABI NATAN KEPADA RAJA DAUD. Dia yang paling tahu si suami. Kalau dia melihat suami makin jauh dari Tuhan, atau mulai bermain api dengan dosa, dia mesti bersuara, dia mesti mengingatkan suaminya.

TUGAS KETIGA istri gembala sidang adalah MEMELIHARA HUBUNGAN YANG ERAT DENGAN ANAK. Tidak bisa tidak, suami akan sering berada di luar rumah sehingga kesempatan bersama anak tidak banyak. Itu sebab kedekatan hubungan antara anak dan ayah sebagai gembala sidang akan terbatas. Istri gembala selayaknyalah berupaya mengkompensasi kekurangan ini dan menjadi jembatan penghubung antara anak dan ayah.

  • Istri gembala menjadi penghubung antara anak dan ayah bukan dengan cara mengambil alih tugas dan tanggung jawab ayah. Semua yang harus dilakukan ayah—seperti mendisplin anak—tetap dilakukan ayah namun oleh karena terbatasnya waktu di rumah, maka volume akan berkurang. Nah, di sinilah istri gembala berperan.
  • Istri gembala memelihara hubungan yang erat dengan anak bukan dalam kapasitas sebagai sepenanggungan dan senasib, dalam pengertian sebagai sesama korban dari ayah yang kurang memberi perhatian. Istri gembala justru membangun kedekatan dengan anak di atas dasar pengertian yang sama yaitu semua adalah bagian dari pelayanan bagi Kristus, di mana si ayah bertugas di luar sedang mereka bertugas di dalam—memberi dukungan dan berdoa untuknya.
  • Istri gembala memelihara hubungan dengan anak dengan cara terlibat dalam kehidupan anak. Bukan saja ia terlibat dalam aktivitas sehari-hari, ia pun terlibat dalam kehidupan emosional dan sosial anak. Sebagaimana kita ketahui, anak gembala sering menerima sorotan dari lingkungan. Nah, istri gembala—dan juga bapak gembala—seyogianyalah menyampaikan pengertian ini kepada anak, dan tidak menambah tuntutan yang tidak perlu.

Berkaitan dengan tugas memelihara hubungan yang erat dengan anak, salah satu TANTANGAN yang kerap dihadapi oleh istri gembala adalah PEMBERONTAKAN ANAK. Anak yang berkemauan keras mulai menunjukkan jiwa pemberontakannya sejak awal. Ia tidak mudah disuruh dan cenderung membantah. Nah, di dalam kevakuman peran ayah, anak akan lebih sering memberontak. Tidak bisa tidak, istri gembala harus lebih sering menghadapinya.

Pemberontakan masa kecil tidak mudah, tetapi pemberontakan masa remaja dan pemuda jauh lebih sulit. Pada masa remaja dan pemuda pemberontakan anak biasanya melibatkan orang lain dan obyek lain, seperti berpacaran dengan yang tidak seiman, bergaul dengan teman yang bermasalah, menggunakan obat terlarang, atau terlibat dalam perilaku kriminal. Terberat adalah menolak iman kepercayaan orangtua dan hidup di luar Tuhan.

Ini adalah tantangan berat yang akan menguras tenaga dan airmata. Istri gembala mesti melibatkan suami dalam menghadapi semua ini; ia tidak bisa menghadapinya sendirian. Jika tidak berhati-hati, ia bisa terjatuh ke dalam lembah kepahitan dan mengasihani diri. Ia pahit terhadap suami, yang dianggapnya berandil besar dalam pemberontakan anak. Dan, ia dapat terjerumus ke dalam lubang mengasihani diri—merasa diri begitu malang. Akhirnya kepahitan merembes masuk ke dalam relasinya dengan Tuhan pula. Ia melihat Tuhan tidak adil dan tidak memperhatikan pengorbanannya.

Semua ini adalah tantangan yang berat. Istri gembala bukanlah wanita super yang selalu tahan banting dan tidak bisa retak. Itu sebab, ia perlu meminta pertolongan, kepada suami dan kepada sesama rekan yang bisa dipercaya, atau kepada seorang konselor kristiani. Terutama, ia perlu datang membawa beban yang berat ini kepada Tuhan. Sesungguhnya ia tidak sendirian. Tuhan Yesus yang telah memanggilnya akan terus bersamanya, tetapi Tuhan mempunyai waktu-Nya dan cara-Nya untuk menolong.

TERAKHIR, TUGAS ISTRI GEMBALA SIDANG ADALAH MEMELIHARA HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN GEREJA. Istri gembala dapat memberi pengaruh—baik atau buruk—bagi pelayanan suaminya. Tidak jarang gembala sidang dirugikan akibat perilaku istri yang tidak baik; sebaliknya, banyak gembala sidang diuntungkan oleh kelakuan istri yang baik.

  • Istri gembala harus dapat menjaga rahasia, baik itu rahasia suami maupun rahasia jemaat. Ciptakanlah rumah tangga yang aman bagi suami sehingga ia tahu bahwa apa pun yang disampaikannya kepada istri, tidak akan disampaikan kembali kepada salah seorang jemaat yang kebetulan dekat dengan istrinya. Jemaat pun perlu tahu dengan pasti bahwa apa yang disampaikannya kepada istri gembala akan dirahasiakan, dan tidak akan disebarluaskan kepada jemaat lainnya.
  • Istri gembala harus dapat berkomunikasi dengan tepat. Masalah dan kesalahpahaman mudah timbul gara-gara miskomunikasi, jadi, istri gembala perlu berhati-hati dalam berkomunikasi.
  • Istri harus menyeimbangkan dengan bijak antara membela kebenaran dan membela suami. Istri gembala tidak menikah dengan seorang yang sempurna; sebagai seorang yang tidak sempurna, gembala dapat melakukan kesalahan. Pada saat seperti ini posisi istri gembala menjadi terjepit. Apakah yang mesti dilakukannya: Membela suami tanpa kondisi ataukah membela kebenaran, dalam hal ini, membela kepentingan gereja? Istri gembala harus membela kebenaran dan gereja Tuhan tetapi ia pun harus mendampingi suami. Respek jemaat kepada istri gembala barulah dapat muncul jika gereja melihat bahwa istri gembala dapat melihat dan mengakui kekurangan suaminya. Namun, pada akhirnya istri gembala harus menegaskan bahwa tempatnya adalah di samping suami, bukan di hadapan dan di seberang suaminya.

Berkaitan dengan tugas memelihara hubungan yang baik dengan gereja, ada satu TANTANGAN yang kerap harus dihadapi istri gembala yaitu KEBERDOSAAN MANUSIA. Gereja adalah tubuh Kristus yang kudus tetapi gereja tidak diisi oleh orang yang kudus. Gereja diisi oleh manusia yang berdosa. Dan, ada di antara jemaat gereja yang sangat berdosa sehingga sanggup melakukan hal-hal yang buruk, baik terhadap sesama maupun keluarga gembala sidang. Inilah yang kadang mesti dihadapi oleh istri gembala.

Adakalanya istri gembala sidang begitu terkejut dan terpukul melihat ulah segelintir jemaat yang berusaha menghancurkan gembala sidang dengan pelbagai cara. Tidak bisa tidak, ia dapat kecewa dan akhirnya mengalami kepahitan. Ia mungkin merasa dikhianati dan ini bisa membuatnya kehilangan bukan saja kepercayaan tetapi juga keinginan untuk melayani Tuhan. Ada yang bahkan memutuskan meninggalkan pelayanan dan meminta suami untuk mengikuti jejaknya. Ia tidak lagi dapat mempercayai gereja dan memutuskan relasi dengan gereja.

Ada yang bertahan di dalam gereja karena suami tidak mau meninggalkan pelayanan tetapi hati sudah kadung terluka. Akhirnya ia memutuskan relasi dengan jemaat dan hanya hadir dalam ibadah Minggu. Ia tidak lagi dapat mendukung pelayanan suami karena hatinya telah tawar. Ia tidak menyangka bahwa jemaat bisa berbuat begitu jahat kepadanya dan suaminya. Dengan begitu mudahnya mereka melupakan semua pengorbanan dan pelayanan mereka.

Tantangan seperti ini memang berat. ADA DUA CARA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN SEPERTI INI. Pertama adalah dengan MEMUSATKAN PANDANGAN PADA YESUS. Istri gembala perlu menambatkan iman pada kuasa dan pemeliharaan Tuhan. Yesus, Kepala Gereja, tidak akan berdiam diri; Ia pasti bertindak. Ia akan membela yang benar dan menghukum yang salah.

Kedua adalah dengan MEMUSATKAN PANDANGAN PADA JEMAAT YANG TULUS DAN MENGASIHI TUHAN SERTA HAMBA-NYA. Ada banyak jemaat yang seperti ini. Merekalah alasan mengapa kita tidak meninggalkan pelayanan di gereja. Tuhan sudah memberitahukan kita bahwa di tengah gandum pasti ada lalang (Matius 13:24-30). Ingat, Tuhan tidak menanam lalang; Iblis menanam lalang. Tetapi, akan datang waktunya di mana Tuhan akan membakar lalang; Ia akan bertindak.

Kesimpulan dari semua ini adalah tugas dan tantangan istri gembala tidaklah mudah. Namun ingatlah bahwa sama seperti gembala, istri gembala adalah sekadar hamba, bukan empunya gereja. Kita bekerja melakukan tugas yang diembankan-Nya tetapi kita tidak bekerja sendirian. Tuhan pun turut bekerja, bahkan Ia sudah bekerja sebelum kita bekerja.

Kembali kepada perumpamaan tentang lalang di antara gandum, kita adalah benih gandum yang baik, yang ditanam oleh Tuhan Kita Yesus sendiri. Firman Tuhan mengakhiri perumpamaan itu dengan perkataan ini (Matius 13:43), "Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka." Ya, bila kita terus hidup benar, kita akan bercahaya seperti matahari di dalam Gereja Bapa.