Tahan Banting

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T510A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tahan banting bukanlah bawaan lahir melainkan bentukan dari lingkungan. Satu hal lagi, ternyata karakter tahan banting merupakan produk dari pilihan yang kita buat dalam menghadapi kesulitan hidup
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pastilah kita pernah mendengar istilah "tahan banting." Istilah ini mengacu kepada orang yang kuat, begitu kuatnya sehingga walau terbanting, ia tetap bertahan. Mungkin kita beranggapan bahwa tahan banting adalah bawaan lahiriah; kita tidak berandil sama sekali. Pendapat ini keliru sebab pada kenyataannya karakter tahan banting bukanlah bawaan dari lahir melainkan bentukan dari lingkungan. Dan satu lagi: Ternyata karakter tahan banting merupakan produk dari pilihan yang kita buat dalam menghadapi kesulitan hidup. Berikut akan dipaparkan beberapa ciri orang tahan banting; mudah-mudahan kita pun bisa belajar menjadi tahan banting.

  1. ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS HIDUPNYA.
    Orang yang tidak bertanggung jawab atas hidupnya—bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan hidupnya—tidak mungkin menjadi tahan banting. Sebaliknya, ia menjadi orang yang tidak terlatih menghadapi tantangan hidup. Alhasil ia menjadi orang yang lemah; begitu tantangan datang, ia retak atau lari. Orang yang tahan banting adalah orang yang sejak muda telah memikul tanggung jawab atas kebutuhan dan kebahagiaan hidupnya. Alhasil, ia terbiasa menghadapi kesulitan dan pukulan hidup; ia tahu apa artinya kecewa dan ia tahu apa artinya susah. Namun, karena ia harus bertanggung jawab atas hidupnya—dan mungkin pula hidup orang lain—ia memilih untuk berjalan terus dan tidak menyerah. Ini membuatnya kuat alias tahan banting.

  2. ORANG YANG MENERIMA KENYATAAN HIDUP TANPA BANYAK MENGELUH.
    Sebaliknya, orang tidak tahan banting adalah orang yang sukar menerima kenyataan dan cepat mengeluh. Ia hidup di dalam dunia khayal, dalam pengertian, ia terus beranggapan bahwa hidup tidak semestinya seperti apa adanya hari ini. Ia tidak mau menerima kenyataan bahwa apa yang di depan matanya adalah fakta kehidupan yang mesti diterimanya. Dan, ia terus mengeluh seakan-akan dengan mengeluh ia dapat mengubah fakta. Orang yang tahan banting menerima kenyataan hidup dan berusaha hidup di dalam kenyataan ini. Ia tidak berusaha menghindar, sebaliknya, ia memilih menghadapi kenyataan, tidak peduli seberapa buruknya kondisi. Ternyata orang yang memilih menghadapi kenyataan pada akhirnya akan hidup lebih ringan dan bahagia. Ia tidak dikejar-kejar ketakutan karena ia tahu apa yang dihadapinya. Ia pun tidak mengeluh karena ia tahu keluhan tidak akan mengurangi tekanan yang dihadapinya. Sebaliknya, mengeluh justru memperlemah daya tahannya.

  3. ORANG YANG POSITIF DAN HUMORIS.
    Orang tahan banting adalah orang yang bisa melihat hal yang positif dan menemukan sesuatu yang lucu dari situasi seburuk apa pun. Oleh karena ia dapat melihat sesuatu yang baik dan lucu, ia pun lebih sanggup menghadapi situasi yang buruk. Ia tahu bahwa di tengah situasi yang buruk masih ada hal yang baik—dan untuk itu ia bersyukur kepada Tuhan. Sebaliknya, orang yang tidak tahan banting tidak dapat melihat hal yang positif. Ia justru terus melihat dan mencari hal yang negatif di dalam situasi yang dihadapinya. Oleh karena itulah ia pun tidak dapat menemukan hal yang lucu di tengah kesulitannya. Sebagai akibatnya, ia tambah terpuruk dan makin hari ia makin tertekan dan murung. Sikap seperti ini membuatnya lemah dan apatis; pada akhirnya ia berhenti mencoba dan berharap.

  4. ORANG YANG TERBUKA TERHADAP ULURAN TANGAN ORANG DAN SIAP MENGULURKAN TANGAN TERHADAP ORANG YANG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN.
    Singkat kata, orang yang tahan banting tidak hidup untuk dirinya saja; ia memikirkan dan peduli dengan orang lain. Dalam situasi sesulit apa pun, ia tidak tenggelam sehingga tidak lagi memerhatikan orang lain. Sebaliknya, ia ingat bahwa ada banyak orang yang sama atau bahkan lebih menderita darinya. Bukan hanya itu, ia pun bersedia menerima pertolongan orang. Ia menghargai perhatian dan bantuan yang diterimanya. Sikap seperti ini membuat orang senang dan makin ingin menolongnya. Alhasil, ia tidak pernah kekurangan orang yang siap mendampingi dan mengulurkan tangan untuk membantunya. Itu sebab pada akhirnya ia dapat bertahan dan tidak retak walau mengalami bantingan.

  5. ORANG YANG BERIMAN TEGUH PADA TUHAN.
    Ia sepenuhnya percaya pada pemeliharaan Tuhan dan tidak memunyai ruang di dalam hatinya, untuk meragukan Tuhan serta mempertanyakan keputusan-Nya. Ia tahu Tuhan tetap baik meski situasi yang dihadapinya tidak baik. Sebaliknya dengan orang yang tidak tahan banting. Ia tidak beriman kepada Tuhan dan ia belum memercayakan hidup sepenuhnya kepada pemeliharaan Tuhan. Orang yang tahan banting bisa lemah tetapi karena ia beriman, maka ia dapat datang kepada Tuhan untuk memohon kekuatan. Akhirnya lewat Firman Tuhan dan cara lainnya, Tuhan memberikan kekuatan sehingga ia sanggup melewati hari-hari yang sulit itu. Sebaliknya, bila tidak beriman, kita tidak dapat datang kepada Tuhan karena kita tidak percaya bahwa Ia ada dan sanggup menolong. Akhirnya semua kita pikul sendiri sampai kita ambruk. Orang yang beriman adalah orang yang berharap penuh pada Tuhan. Itu sebab ia merasa aman; ia percaya bahwa Tuhan bersamanya. Dan, ini membuatnya kuat dalam situasi sesulit apa pun. Mazmur 3:4-7 berkata, "Tetapi Engkau, Tuhan, adalah perisai yang melindungi aku. Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Aku membaringkan diri lalu tidur; aku bangun sebab Tuhan menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku."