Suami yang Bertanggungjawab

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T481A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Dalam memilih suami, ada satu persyaratan yang mesti diperhatikan yaitu bertanggung jawab. Berikut ini akan diuraikan secara lebih mendetail cakupan dari bertanggung jawab.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sebagaimana hal lainnya dalam hidup, keberhasilan pernikahan pun ditentukan oleh persiapan yang baik. Salah satu tugas dalam persiapan yang mesti dikerjakan adalah memilih pasangan hidup yang sepadan—secara mental dan rohani—serta berkarakter baik. Dalam memilih suami, mungkin ada satu lagi persyaratan yang mesti diperhatikan yaitu bertanggung jawab. Berikut ini akan diuraikan secara lebih mendetail cakupan dari bertanggung jawab.

  1. Bertanggung Jawab Kepada Tuhan
    Pilihlah suami yang melihat dirinya dalam kaitannya dengan Tuhan, sebagai penguasa dan penebus hidupnya. Ia mesti menyadari bahwa ia bertanggung jawab penuh kepada Tuhan; bahwa ia tidak bebas menentukan apa saja sebab pada akhirnya ia mesti memertanggung-jawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan. Ia pun mesti melihat dirinya sebagai orang yang ditebus oleh Tuhan lewat kematian putra-Nya Yesus. Melalui lensa ini ia baru dapat menyadari betapa besar kasih Allah kepadanya. Itu sebab segenap hidupnya ia berusaha keras untuk tidak menyia-nyiakan pengorbanan Allah yang begitu besar kepadanya. Suami yang bertanggung jawab kepada Tuhan akan menjalani hidup takut akan Tuhan dan menjauh dari dosa. Ia pun berusaha untuk hidup menyenangkan hati Tuhan, bukan diri sendiri. Alhasil hidupnya dipimpin oleh Tuhan, bukan oleh kepentingan diri sendiri. Itu sebab, carilah suami yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Sebaliknya, hindarilah laki-laki yang tidak bertanggung jawab kepada Tuhan, yang tidak peduli apalagi takut akan Tuhan, yang menentukan segalanya dari kepentingan dan pemikirannya sendiri. Sebab, jika orang tidak takut Tuhan, pastilah ia tidak akan takut berdosa.
  2. Bertanggung Jawab Kepada Sesama
    Pilihlah suami yang melihat dirinya dalam kaitannya dengan sesama, dengan komunitas di mana ia berada. Seseorang yang hidup di dalam komunitas—di dalam keluarga, gereja, atau masyarakat—akan memertimbangkan dampak perbuatannya pada orang di sekitarnya. Ia tahu bahwa orang mengawasinya, menuntut pertanggungjawabannya dan memunyai harapan tertentu padanya. Semua ini membuatnya berhati-hati sekaligus sadar akan kepentingan orang sehingga dalam mengambil keputusan, ia akan memertimbangkan faktor perasaan dan kepentingan orang. Sebaliknya, laki-laki yang melihat dirinya independen dari orang, cenderung memutuskan apa pun sesuai kata hati tanpa memikirkan dampaknya pada orang lain. Sekilas lelaki seperti ini tampak berani—dan banyak wanita yang terkesan dengan sikap berani—padahal ia bukannya berani melainkan tidak peduli. Lelaki yang tidak peduli sama sekali dengan penilaian orang dan tidak merasa harus bertanggung jawab kepada siapa pun, besar kemungkinan akan menjadi suami yang terlalu bebas. Ia tidak mau dikekang siapa pun padahal pernikahan menuntut kesediaannya untuk dibatasi dan dituntut pertanggungjawabannya.
  3. Bertanggung Jawab Atas Diri Sendiri
    Pilihlah suami yang sudah bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan bersedia memikul tanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya. Ia tidak harus kaya tetapi setidaknya, ia tidak bergantung pada orang—biasanya orang tuanya—untuk mencukupi kebutuhannya. Sebaliknya, hindarilah pria yang untuk hidup sendiri saja harus bergantung pada orang. Jika ini hanya bersifat sementara kita tentu dapat memakluminya. Tetapi jika ini merupakan pola hidupnya, jauhilah. Besar kemungkinan setelah menikah ia akan bersandar pada kita, istri, untuk memenuhi kebutuhannya. Juga, pilihlah suami yang berani mengakui perbuatannya dan tidak mengelak dari tanggung jawabnya. Bila ia berbuat salah, ia mengakuinya; bila ia mempunyai andil dalam suatu tindakan, ia pun bersedia mengakuinya. Jangan memilih suami yang cepat mengelak dari tanggung jawab atau cepat menyalahkan orang atau situasi. Nanti setelah menikah ia pun akan berbuat sama. Ia selalu berkelit dan sukar mengakui perbuatannya; sebaliknya, ia mudah menyalahkan kita atas segala kesalahan yang terjadi.
  4. Bertanggung Jawab Atas Orang
    Pilihlah suami yang bersedia menanggung beban orang. Pernikahan dan keluarga bukanlah tempat buat orang yang egois. Jadi, pilihlah suami yang bukan saja memikirkan kebutuhan orang tetapi juga berusaha menolong orang untuk memenuhinya. Setelah menikah ia akan menjadi kepala keluarga yang memikul tanggung jawab keluarga sepenuhnya. Ia tidak menghitung-hitung pengeluarannya untuk keluarga atau menuntut istri untuk menanggung beban. Ia sadar dan rela bertanggung jawab semaksimal mungkin atas kebutuhan keluarganya. Sebaliknya, jangan pilih suami yang kecenderungan utamanya adalah melepas tanggung jawab. Ia cuma memikirkan kebutuhan dan kepentingan pribadinya. Setelah menikah, besar kemungkinan ia menuntut istri untuk memikul tanggung jawab keluarga. Siapa pun yang menikah dengannya akan susah hati dan letih sebab ia tidak mau berbagi memikul beban.
Kesimpulan

Amsal 19:22-23 berkata, "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin daripada seorang pembohong. Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka." Kesetiaan dan takut akan Tuhan adalah dua kualitas yang harus kita temukan pada calon suami kita. Sebaliknya, kebohongan dan tidak takut Tuhan adalah dua kualitas yang mesti kita hindari.