Sewaktu Yang Diharapkan Mengecewakan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T508B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Semakin sering kita mendengar ada orangtua yang kecewa karena anaknya melepaskan iman percayanya pada Yesus, padahal tak kurang-kurang orangtua menanamkan nilai-nilai moral sedari kecil. Apa yang terjadi pada anak-anak jaman sekarang ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Makin hari makin sering saya bertemu dengan orangtua yang menangis karena anak-anaknya. Mereka adalah orangtua yang menyayangi anak dan berupaya sekeras mungkin membesarkan anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka telah menanamkan pengenalan akan Tuhan dalam diri anak sejak mereka kecil. Dan, mereka memberikan kepada anak seturut dengan kemampuan mereka yang terbaik. Namun, sekarang di saat anak telah dewasa, anak mengecewakan mereka dengan sangat dalam. Apakah yang sebenarnya terjadi dan bagaimanakah seharusnya kita menghadapinya?

Apakah yang sebenarnya terjadi pada anak-anak kita sekarang? Mengapa ada begitu banyak anak yang meninggalkan iman dan memutuskan untuk hidup sesuai keinginan pribadi? Sesungguhnya apa yang tengah terjadi sekarang ini mencerminkan adanya jurang yang sangat lebar antara iman kristiani dan nilai duniawi yang dianut orang yang tidak mengenal Tuhan. Untuk suatu kurun yang panjang, nilai duniawi tidak begitu berbeda jauh dengan nilai moral yang tertera di Kitab Suci. Namun seiiring dengan berjalannya waktu, nilai duniawi makin menjauh dari nilai moral rohani.

Singkat kata, di masa lalu kehidupan seorang yang tidak percaya pada Tuhan dan Firman-Nya tidak terlalu berbeda jauh dari kehidupan seorang yang percaya dan taat pada Firman Tuhan. Mungkin salah satu perbedaan utamanya hanyalah pada apakah ia pergi ke gereja atau tidak pada hari Minggu, atau apakah ia menyumpah serapah atau tidak. Sekarang, seorang yang tidak percaya pada Tuhan dan Firman-Nya memunyai gaya kehidupan yang sangat berbeda dari orang yang percaya.

Jadi, dapat disimpulkan, di masa lalu kehidupan seorang pemuda yang percaya pada Tuhan dan Firman-Nya tidak terlalu berbeda dari orang yang tidak percaya. Sebagai akibatnya tekanan untuk meninggalkan iman kepercayaannya agar ia diterima oleh lingkungan tidak begitu besar dan ini berbeda dengan masa sekarang. Pada masa ini untuk dapat diterima oleh lingkungan yang tidak percaya pada Tuhan dan Firman-Nya, seseorang harus meninggalkan iman kepercayaannya, karena keduanya begitu berbeda. Itu sebab sekarang ada begitu banyak pemuda yang meninggalkan iman kepercayaannya.

Selain dari iman kepercayaan, hal lain yang cenderung dicari pemuda dewasa ini adalah pemenuhan keinginan pribadi. Pada masa lampau seseorang lebih memikirkan dampak keputusan pribadinya pada orang di sekitarnya. Mungkin ia memertimbangkan perasaan orangtua atau keluarganya; atau mungkin ia memikirkan kepentingan dan perasaan orang lain bila ia melakukan apa yang diinginkannya.

Pada masa sekarang keharusan untuk memerhitungkan dampak perbuatan pada orang lain sudah jauh menipis. Itu sebab keinginan untuk mengerem perbuatan demi kepentingan orang hampir tidak ada. Tujuan hidup lebih terpusat pada pemuasan keinginan pribadi dan sikap terhadap kepentingan orang lain lebih ditandai oleh ketidakpedulian. Itu sebab sekarang ada begitu banyak anak yang mengambil keputusan atau memilih jalan hidup yang berbeda dari gaya hidup orangtuanya, tanpa memusingkan perasaan orangtuanya.

Sekarang pertanyaannya adalah, apakah yang mesti kita perbuat? Sudah tentu kita kecewa dan mungkin pula, marah. Tetapi, kita tidak berdaya berbuat apa-apa. Apa pun yang kita katakan, tidak membuat mereka mengubah pikiran. Ibarat kereta, mereka terus melaju. Mereka tidak takut sebab pada kenyataannya mereka telah menjadi kelompok mayoritas. Secara tidak langsung mereka berkata kepada kita, "Kalau bisa terima saya, bagus! Kalau tidak bisa terima saya, ya tidak apa!" Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang dapat kita lakukan.

Pertama, jangan merengek-rengek memohon kepada mereka agar mereka bertobat. Sampaikan kepada mereka teguran dan akibat yang mesti ditanggung, setelah itu, berhentilah. Makin kita merengek-rengek, makin mereka tidak menghargai kita dan makin mereka tahu bahwa kita takut kehilangan mereka. Alhasil, makin tidak peduli mereka akan kita.

Kedua, apabila perilaku mereka makin tidak terkendali, maka tibalah saatnya bagi kita untuk meminta mereka keluar dari rumah dan hidup mandiri. Jangan biarkan mereka hidup di bawah atap dan dukungan kita sementara mereka hidup sekehendak hati. Dalam kondisi seperti ini ada kecenderungan anak terus menuntut kita untuk menyediakan segala kebutuhan mereka tanpa membolehkan kita bersuara menegur mereka. Singkat kata, mereka beranggapan bahwa orangtua berkewajiban menyediakan kebutuhan mereka—sampai kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Tidak! Mereka perlu tahu bahwa kita tidak berkewajiban mengongkosi kehidupan dan perbuatannya yang tidak berkenan kepada Tuhan.

Ketiga, kita harus terus berdoa bagi mereka. Kita berdoa karena kita percaya bahwa hanya Tuhan yang dapat menyadarkan mereka dan bahwa hanya Tuhan yang dapat membawa mereka kembali kepada-Nya. Lewat doa kita menyampaikan harapan kita kepada Tuhan dan lewat doa kita dibawa kembali ke jalan kasih. Meski anak melukai kita begitu dalam, kita tetap mengasihi mereka. Ya, anak perlu melihat bahwa kita tidak membenci mereka; walau kita bersikap tegas, kita tetap mengasihi. Doa menghapus kemarahan dan melahirkan kasih.

Keempat, kita harus memandang semua ini dari lensa Tuhan. Tuhan mengizinkan ini terjadi sebab Tuhan tengah mengerjakan rencana-Nya dalam hidup kita melalui kekecewaan yang kita alami. Namun, jangan lupa, sesungguhnya Tuhan pun memunyai rencana atas hidup anak-anak kita tetapi roda rencana Tuhan atas hidup mereka melindas kaki kita dan melukai kita. Amsal 19:21 mengingatkan, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terencana." Kita memunyai rencana yang baik bagi anak, tetapi Tuhan memunyai rencana yang lebih baik!