Pulih dari LGBT (3)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T486C
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Sebelumnya kita sudah bicara tentang LGBT dan apa yang menyebabkannya. Sekarang kita mau melihat proses pemulihan LGBT. Untuk memulihkan LGBT memerlukan pendekatan secara psiko sosio spiritual, yakni melalui proses konseling dan masuk dalam komunitas yang baru.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seseorang yang ingin pulih dari LGBT, butuh proses multidimensi karena manusia itu kompleks. Perlu terapi psiko – sosio – spiritual, yakni : Psikologis: faktor psikis emosi. Sosio: faktor sosial, relasi dengan orang-orang lain. Spiritual: faktor spiritualitas, kedalaman relasi dengan Tuhan. Dengan pendekatan psiko – sosio – spiritual maka pemulihan dari kondisi LGBT akan bisa lebih mengakar, mengokoh dan hasilnya bisa dinikmati.

Setiap klien yang saya layani umumnya saya minta untuk mengisi kuesioner. Dari kuesioner itu saya bisa memiliki gambaran awal tentang berbagai segi kehidupan klien, termasuk pola asuh yang diterima sebagai anak, pengalaman seksualitas, pengalaman emosional maupun keyakinan-keyakinan diri. Saya akan melayani sesuai pergumulan yang dirasakan dan mengganggu diri klien. Jika klien datang dengan rasa bersalah dan perasaan terpuruk dengan perilaku homoseksualnya, saya akan melayani dari rasa bersalah itu dan mengajaknya untuk menyampaikan dalam doa bersuara untuk mengakui kesalahan dan dosanya satu per satu. Dan saya merespons dengan doa peneguhan tentang karya pengampunan Allah berdasarkan 1 Yohanes 1:9 dimana dikatakan jika kita telah mengaku dosa, Allah yang setia dan adil akan mengampuni dosa kita, menyucikan kita dari segala kejahatan.

Doa pengakuan dosa itu bersifat spesifik. Saya akan meminta klien untuk berdoa secara spesifik untuk tiap-tiap dosa, termasuk berkenaan pornografi, masturbasi dan dengan siapa saja klien telah melakukan perilaku seksual. Untuk nama-nama saya akan meminta menyebut secara spesifik dan mengajaknya kemudian berdoa untuk memutuskan ikatan jiwani dan ikatan spiritual yang telah terbentuk lewat hubungan seksual tersebut.

Umumnya rekan-rekan yang dari kalangan LGBT memiliki luka dari ayah dan atau ibu kandung. Saya akan melayani mulai dari keterlukaan ini dengan mendampinginya untuk bisa mengangkat ke permukaan keterlukaan yang muncul akibat perlakuan buruk ayah atau ibu maupun perlakuan baik ayah atau ibu yang tidak diterimanya, terutama di masa 12 tahun pertama kehidupannya. Menyebut peristiwa satu per satu, perasaan-perasaan yang melekat di dalamnya, akibat yang muncul, menyerahkan kepada Tuhan dan mengampuni. Mengampuni merupakan tindakan iman. Bukan karena orang tua pernah minta maaf dan berubah, melainkan menyalurkan anugerah pengampunan tanpa batas yang telah diterima melalui Kristus dan kini dibagi-bagikan dengan murah hati juga kepada yang bersalah, termasuk ayah dan ibu. Mengampuni itu mengupas lapis-lapis keterlukaan. Saya akan menjelaskan kepada klien untuk mengulangi langkah serupa setiap kali menemukan lapis luka lainnya. Mengampuni bukan sebatas kepada orang tua kandung saja, tapi termasuk kepada orang-orang yang pernah melakukan pelecehan seksual, menghina, orang-orang yang telah melukai perasaan dan hatinya.

Pengakuan dosa sudah dan memberi pengampunan dosa, kemudian dilanjutkan dengan peneguhan identitas baru di dalam Kristus. Mengundang Allah Bapa sebagai ayah dan ibu sejati untuk mengisi tangki cinta utuh yang tidak terisi di masa lalu dan mengisi pula di masa sekarang dan seterusnya. Relasi baru dengan Allah Bapa ini menjadi fondasi baru dan kekal untuk membangun gambar dan identitas diri sebagai ciptaan baru di dalam Kristus dan pria sejati atau wanita sejati di dalam Kristus. Disamping berdoa, saya akan membuka Alkitab dan mengajaknya menggali secara sederhana dan memberi tugas untuk membaca buku tertentu yang masih cukup mudah dibacanya untuk dipelajari dan diresapi dalam keseharian.

Konseling pribadi harus terus-menerus, diawali 1 minggu sekali kemudian 2 minggu sekali karena menyangkut banyak dimensi kehidupan: pekerjaan, pengambilan keputusan, tanggapan-tanggapan, pikiran dan perasaan, relasi dengan orang lain. Ini bukan langkah yang sia-sia tetapi langkah sistemik yang mengakar dan kokoh.

Tidak cukup dengan konseling pribadi saja, sangat perlu ditopang juga dengan komunitas baru. Prinsipnya: dilukai komunitas, dipulihkan lewat komunitas juga, misalnya orang tua dan keluarga baru di dalam Kristus. Sebenarnya gereja lokal menjadi disain Allah untuk pemulihan bagi semua keterlukaan, apalagi berkenaan dengan isu LGBT, sayangnya kebanyakan gereja masih gagap. Bersyukur di Indonesia sudah ada komunitas alternatif yaitu Pancaran Anugerah. Mereka melayani berdasarkan isu jati diri, relasi dan seksualitas, di antaranya berkenaan dengan LGBT.

Pemulihan total dari LGBT dapat dikatakan tidak ada karena kita telah terdistorsi, sudah cacat jiwa, tetapi dengan anugerah Tuhan, lewat proses pemulihan yang mengakar dan sistemik membuat isu-isu itu lebih menjadi godaan. Tidak lagi menguasainya tapi dia memunyai kuasa yang baru untuk menjalani gaya hidup yang sehat. Gaya hidup ini dalam komunitas tubuh Kristus dimana ada mentor, ada teman-teman sebaya dimana dia bisa terbuka, ada rasa aman, ada pertanggungjawaban. Ini yang akan menjaganya untuk tidak mudah jatuh, baik dalam isu miras, isu narkoba, isu pornografi termasuk isu LGBT.

Firman Tuhan dari II Korintus 12:9, "Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Mari kita merangkul saudara-saudara yang terlibat dalam LGBT dalam proses pemulihannya. Marilah yang memunyai pergumulan LGBT jangan menutup diri melainkan mencari pertolongan, ada anugerah, ada pengharapan.