Pengaruh Ejekan atau Olokan terhadap Perkembangan Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T418B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr.Paul Gunadi
Abstrak: 
Pada dasarnya ejekan teman berdampak lumayan terhadap perkembangan jiwa si anak. Dan hal ini cenderung membuat anak memiliki perasaan minder.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Besar kecilnya pengaruh olok-olok atau ejekan terhadap perkembangan anak memang tergantung pada beberapa faktor, namun pada dasarnya ejekan teman sangat berdampak terhadap perkembangan jiwa si anak.

Amsal 12:18, "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang."

Dampak ejekan atau olokan bergantung pada beberapa faktor yaitu:

  1. Idealnya sebelum anak-anak masuk ke sekolah kira-kira 4, 5 tahun pertama dalam kehidupannya, anak itu mendapatkan kasih sayang yang kuat dari orang tuanya dan menerima tanggapan-tanggapan positif dari orang tuanya tentang keberadaan dirinya. Sehingga waktu dia masuk ke kancah sekolah pada usia 5, 6 tahun, sedikit banyak dia sudah menerima bekal dari orang tua yang mengatakan kepada dirinya bahwa dia adalah seorang manusia yang berharga. Dengan bekal itulah dia memasuki pergaulan sosial yang lebih luas daripada di rumah, yakni di sekolah.

  2. Yang berbahaya adalah kalau anak tidak mendapatkan bekal dari orang tua, dia justru sering merasa dirinya tidak berharga karena tidak dikasihi, kurang diperhatikan. Kalau di sekolah mendapatkan ejekan-ejekan yang menyakiti hati seperti itu, itu benar-benar menjadi suati vonis kebenaran bahwa dirinya adalah memang seperti hewan, seperti babi, seperti kerbau, dan sebagainya. Akhirnya konsep dirinya langsung terpengaruh oleh label-label yang telah diterimanya dari teman-temannya itu.

  3. Biasanya anak akan malu sekali karena ditertawai oleh teman-teman, selain dari malu anak juga merasa sakit hati.

Anak-anak cenderung untuk takut sekali bercerita kepada orang tua, kalau orang tua itu bersikap dua ekstrim:

  1. Anak akan takut dan enggan bercerita kalau orang tua tidak menunjukkan perhatian. Mereka akan berpikir daripada bercerita orang tua tidak menanggapi, lebih baik dia tidak usah bercerita.

  2. Orang tua yang terlalu protektif juga bisa memadamkan keinginan anak untuk bercerita kepadanya, karena seolah-olah orang tuanya itu seperti Srikandi atau pendekar. Si anak tahu kalau saya cerita, mama akan datang ke sekolah seperti pendekar membawa pedang dan akan siap membabat anak-anak yang mengejek saya. Dia akan ketakutan sebab dia takut masalahnya bertambah runyam.

Ada orang tua yang memberi tekanan bahwa bagaimanapun juga anak ini adalah karunia Tuhan jadi diciptakan oleh Tuhan suatu ciptaan Tuhan yang pasti akan dihargai oleh Tuhan sendiri. Inilah yang perlu kita komunikasikan kepada anak dan yang penting sejak kecil orang tua memang harus mempunyai komunikasi yang akrab.