Pelbagai Bentuk Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T476B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Firman Tuhan tidak menyediakan FOTO pernikahan; Firman Tuhan hanya menyediakan SKETSA pernikahan. Tidak ada pernikahan yang ideal yang cocok bagi semua pasangan, yang ada adalah pernikahan yang sehat. Pernikahan kita sehat jika kita tahu kita dikasihi, dilindungi, dan diberi kebebasan oleh pasangan kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seperti apakah bentuk pernikahan yang ideal? Setiap orang pasti memiliki gambaran tentang pernikahan yang ideal. Mungkin kita membangun gambar yang ideal itu dari buku yang kita baca atau film yang kita tonton. Atau, kita membangunnya dari pengalaman hidup bersama orang tua atau melihat orang di lingkungan kita. Sebenarnya apakah ada bentuk pernikahan yang ideal ? Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah, tidak ada. Sesungguhnya setiap individu unik dan keunikan itu mewarnai relasi yang dibangunnya. Sebagai contoh, ada orang yang membutuhkan kencan romantik secara teratur, tetapi ada pula yang tidak. Atau, ada orang yang menempatkan komunikasi di tempat teratas tetapi ada pula yang tidak. Pada akhirnya setiap pasangan harus membangun pernikahan yang pas, berdasarkan apa yang DAPAT diberikan, bukan apa yang SEHARUSNYA diberikan, oleh masing-masing.

Kita tidak harus menjadi seperti orang tua kita atau menjadi sebaliknya dari mereka. Kita tidak mesti berbeda dari tetangga kita atau sama seperti mereka. Kita pun tidak harus terlibat dalam pelayanan gerejawi bersama pasangan, seperti rekan lainnya. Karunia kita mungkin berbeda dari karunia pasangan, jadi, tidak selalu kita bisa atau seharusnya terlibat dalam pelayanan yang sama. Tuhan memanggil kita untuk melayani-Nya; Tuhan tidak memanggil kita untuk melakukan hal yang sama. Biasanya masalah muncul tatkala kita mulai menuntut pasangan untuk memberikan kepada kita sesuatu yang sulit untuk dilakukannya. Kesulitan itu bukan bersumber dari KEENGGANANNYA untuk memberikan tetapi dari KETIDAKMAMPUANNYA. Dengan kata lain, bukannya ia tidak mau, melainkan memang ia tidak sanggup. Jadi, sebelum kita menuntut pasangan untuk berbuat sesuatu, sebaiknya kita bertanya, apakah memang ia memiliki kemampuan itu. Jika kita terus menuntutnya, pada akhirnya kita akan membuatnya frustrasi. Dan, bukannya ia makin keras berusaha, ia malah mandek/berhenti dan makin menjauh dari kita.

Firman Tuhan tidak menyediakan FOTO pernikahan; Firman Tuhan hanya menyediakan SKETSA pernikahan. Kita tidak akan menemukan uraian mendetail tentang pernikahan di dalam Alkitab. Kita hanya menemukan panduan tentang pernikahan yang dikehendaki oleh Tuhan. Panduan itu adalah bahwa RELASI PERNIKAHAN MERUPAKAN PERLAMBANGAN RELASI KRISTUS DAN JEMAAT. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat dan jemaat taat kepada-Nya, suami pun harus mengasihi istri dan istri menaati suami. Di dalam sketsa pernikahan ini Tuhan memberi kebebasan kepada kita untuk meramu relasi pernikahan sesuai dengan keunikan masing-masing.

Kendati pernikahan yang ideal unik dan tidak mesti mengikuti satu corak tertentu, semua pernikahan seharusnya bertumbuh menjadi pernikahan yang SEHAT. Sehat atau tidak sehatnya pernikahan menentukan bukan saja kelanggengan pernikahan tetapi juga seberapa sehatnya pribadi yang bernaung di bawah pernikahan itu. Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang mesti ada di dalam pernikahan yang sehat.

  • Kita tahu bahwa kita DIKASIHI. Ungkapan kasih tidak mesti sama tetapi terpenting adalah kita mengetahui bahwa kita dikasihi. Sudah tentu idealnya pasangan dapat mengasihi kita dengan cara yang kita kehendaki namun pada kenyataannya tidak selalu ia dapat mengasihi dengan cara yang kita sukai. Tidak apa. Terpenting adalah kita tahu bahwa ia mengasihi kita.
  • Kita tahu bahwa kita DILINDUNGI. Sudah tentu pada tahap paling dasar, dilindungi berarti dijauhkan dari ancaman fisik. Pada tahap yang lebih tinggi, dilindungi berarti diperlakukan penting, tidak dipermalukan atau direndahkan. Kita tahu bahwa pasangan menempatkan kepentingan kita di atas kepentingan manusiawi lainnya. Kita pun tahu bahwa kita aman dalam kesetiaannya, bahwa dia tidak mengkhianati kepercayaan kita.
  • Kita tahu bahwa kita diberi KEBEBASAN. Kita tidak bebas MELAKUKAN apa saja tetapi kita bebas MENJADI diri kita apa adanya. Kita tidak harus menjadi pribadi yang berbeda hanya untuk menyenangkan hati pasangan. Sudah tentu akan ada bagian dari diri kita yang harus berubah agar dapat sepadan dengan pasangan kita tetapi perubahan itu bukanlah perubahan yang hakiki. Kita tetap dapat menjadi diri apa adanya sebab kita tahu bahwa pasangan menerima DAN merayakan diri kita seperti apa adanya.

Kesimpulan : Pernikahan yang ideal bukanlah milik sebagian orang saja; pernikahan yang ideal dapat menjadi milik kita pula. Terpenting adalah kita menyadari bahwa pernikahan yang ideal dapat mengambil pelbagai bentuk sesuai dengan keunikan masing-masing. Selama kita tahu bahwa kita dikasihi, dilindungi, dan diberi kebebasan sesungguhnya kita tengah menikmati pernikahan yang ideal. Berkaitan dengan pernikahan, Tuhan hanya mempunyai satu permintaan: HENDAKLAH PERNIKAHAN KITA MENJADI CERMINAN RELASI KRISTUS DAN JEMAAT. Efesus 5:32-33 merumuskannya, "Rahasia ini besar tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya."